Yuhuuuu ini Cerita Saja sudah sampek edisi 11. Ternyata udah banyak. Hahaha. Post ini isinya beneran cerita doang. Beberapa cerita yang dijadikan satu. Hahaha
Temanku, Sahabatku ...
Sekitar sepuluh hari yang lalu saya mendapatkan kabar yang membuat saya sedih, berlanjut membuat saya ga fokus mengerjakan makalah. Teman sebangku SMA saya sakit, dan karena itu sepertinya dia harus menunda wisudanya. Padahal sebelumnya dia juga pernah harus mengulang kuliah satu semester karena sakit juga (karena harus istirahat total gitu dia jadi ga bisa kuliah kan. Padahal kan udah lewat masa PRS, istilahnya kalau di ITB). Sedih. Sedih banget dapet kabar itu. Pokoknya nanti kalau pulang saya harus bertemu dia. Pengennya sih saya yang njenguk, eeeeh ini dia maksa biar dia yang ke rumah saya buat ngejenguk bapak saya. Ini anak minta diapain yaaaa. Ya tapi karena saya tak pandai menawar, kalahlah saya sama dia. Saya setujuin deh dia yang datang ke rumah saya sama bapaknya, sama seperti setahun yang lalu saya ke rumahnya dianterin bapak saya.
Ketemu PYC
Saya pengen banget ketemu sama PYC. Jika saya memang ditakdirkan suatu saat dapat bertemu dengan dia (semoga Allah mengabulkan keinginan saya ^^), saya pengen banget mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada PYC. Ya salah satunya karena dia saya jadi begini, jadi tertarik sama South Korea, pengen ke South Korea, sampek wallpaper mantan hp saya gambarnya peta South Korea. Trus pengen banget minta dia tanda tangan di buku diari saya (semoga saja dia mau). Trus pengen minta foto bareng, minta ijin sekalian buat diupload di blog. Trus pengen ngobrol cukup lama sama dia, sejam gitu kek. Hahaha. Bisa ga ya??? Saya pengen banget bisa ngobrol sama dia. Hahaaa fans manapun juga pengen melakukan hal yang kamu ingin lakukan tadi sama yang dia fans, Nal -_- Ya kecuali tanda tangan di buku diari sih, itu ga semua orang kepikiran.
Lovila dan Fitri nginep
Tadi malam adalah pertama kali Lovila dan Fitri menginap bersama di kosan saya. Eh apa sudah pernah tapi saya lupa ya? Hahahaa. Menyenangkan. Thanks, Guys. Semoga masih ada menginap edisi selanjutnya. Semoga rencana menginap tiap liburan di rumah masing-masing salah satu dari kita dan bergantian tempat tiap liburannya dapat terwujud nantinya. Hahahaa.
Baca dan Tulis
Saya bahagia menyadari bahwa teman-teman saya merupakan lingkungan yang positif. Belakangan ini saya menyadari orang sekeliling saya punya kebiasaan baca dan tulis. Seneng banget. Seneeeng banget. Dan entah kenapa saya jadi mikir, "ini nulis tuh emang lagi booming atau gimana ya?" Hahahaa. Gomen gomen.
BTW ga cuma saya yang senang menyadari ini. Bapak saya pun seneng banget. Sampe kemarin ada kejadian beliau memberikan rekomendasi buku ke seorang teman. Besoknya beliau minta maaf kalau ternyata yang beliau lakukan kemarin malah mencampuri urusan teman saya ini masalah pilihan buku. Saya juga sempat jadi ngrasa ga enak sama teman saya ini. Ya kan Bapak saya memberikan rekomendasi itu karena saya cerita banyak tentang teman-teman saya. Tapi dia bilang gapapa dan malah seneng sih dapet rekomendasi buku. Kata Fitri juga memang gapapa kok, bukan sesuatu yang salah. Yasudah. Terima kasih.
Temen berjuang baru
Hai, teman berjuang baru! Semoga kita bisa klop selalu hingga akhir nanti. Saya sudah berimajinasi kita nanti foto bareng di depan monumen yang di gambar itu. Trus nanti kamu fotoin saya di bawah pohon, sekalian saya numpang buat ngefoto pohonnya, bunganya sih sebenernya hahaha. Pengen bangeeet, pengen banget ngelihat pohonnya trus pamer sama dia. Wkwkwk
Lagu bagus
Udah sekitar tiga jam saya ndengerin lagu satu doang, direplay terus. Seneng sama lagunya karena tanpa tahu arti liriknya ataupun lihat video lagunya pun saya bisa merasakan emosinya. Marahnya, eh bukan, bukan sekedar marah, tapi semacam dendam, iya marah akut atau dendamnya kerasa banget. Kayaknya aslinya ini lagu Jepang deh (Ya iya lah lagunya Death Note gitu -_-). Lagu ini yang nyanyi Hong Kwang Ho, di Opera Musical Death Note tahun 2015 (kalo ga salah).
BTW Januari 2017 nanti ada Opera Musical Death Note lagi di Seoul. Hahahaa sempet pengen banget nonton *apasih*. Kim Junsu masih tetap jadi L, Light nya udah bukan Hong Kwang Ho lagi (belum tahu namanya siapa hahaha). Udah ada trailernya loh (trailer atau apa ya ini namanya). Hahahaa BTW saya lebih suka rambut karakter L yang 2017 ini daripada yang 2015, tapi tokoh Light-nya suka yang 2015 hahahaa tapi masih belum lihat akting kedua karakter Light baik 2015 sama 2017 sih hahaha, masih berdasar cover doang wkwkwk. Ngomong apa sih -_-
And this worldly life is not but diversion and amusement. And indeed, the home of the Hereafter - that is the [eternal] life, if only they knew. [Al 'Ankabut : 64]
Yang paling menjadi perhatian saya adalah And this worldly life is not but diversion and amusement. Membuat saya ingat ungkapan yang saya temukan di blog teman : Tuhan bercanda. Ungkapan yang menarik menurut saya. Duh, gimana menjelaskan apa yang ada di pikiran saya ya?
Sebelumnya, saya ingin mengatakan bahwa saya bukan ahli tafsir. Ini hanya opini saya.
Menurut saya, ungkapan "Tuhan bercanda" cocok dengan bagian ayat ini. Dalam pikiran saya, ungkapan ini menggambarkan betapa mudahnya segala sesuatu bagi Tuhan. Juga mengungkapkan Tuhan Maha Baik karena membuat skenario sedemikian indah untuk kehidupan. Dalam pikiran saya, ungkapan ini juga menceritakan bahwa saat kita menjalani hidup, sebenarnya Tuhan sedang mengajak kita bercanda. Sering sekali kan kita dapatkan hal yang tidak pernah kita duga? baik berupa bantuan untuk keluar dari masalah atau menuju sesuatu, ataupun hal yang membuat kita tersandung setelah kita mendapatkan kebahagiaan. Sering sekali, usaha yang selama ini dilakukan hingga cucur keringat penghabisan, berakhir dengan cara yang sangat mudah dan indah. Mirip seperti anak yang lagi ulang tahun dikerjain temennya dan tiba-tiba dikasih surprise yang menyenangkan. Seperti orang yang bercanda bukan? Ah, saya harap kalian menangkap maksud saya dan juga merasakannya.
Tapi yaaaa, yang namanya bercanda itu biasanya berakhir dengan ketawa, dengan bahagia. Tapi ini bukan bercanda biasa. Ini juga permainan (لَعِبٌ). Asalkan kita mengikuti aturan, InsyaAllah bisa dapet "ketawa"nya.
Nah, jadi hidup ini bercanda? Iya. Bercanda. Hanya senda gurau dan permainan, kata Allah di Al-Qur'an. Makanya, masalah kita itu kecil ... kecil sekali dibandingkan kekuasaan Allah. Makanya, Nal, jangan terlalu serius memikirkan ketersandungan (kok kata ketersandungan aneh sih), bentar lagi InsyaAllah pahitnya akan berubah jadi manis. Yakin saja.
Kamis, saat aku begitu bahagia, Dia berikan sedikit cobaan agar aku tak lupa akan Dia.
Jumat, saat aku diberikan beban pikiran yang tiba-tiba, Dia datangkan teman-teman yang super.
Sabtu, instead of making me worried abt anything, He gave me sleep, more than enough sleep.
Dan di dini hari ini, di tengah penatku, Dia berikan kejutan di luar kosanku : bulan (anggap saja) 3/4 yang menghiasi langit nan mendung, suara kodok dan jangkrik terdengar jelas, suara sungai samar-samar terdengar, dan udara dingin yang menyenangkan.
Beberapa jam yang lalu, saya mengalami saat yang menyenangkan bersama teman-teman. Kami makan bersama dan setelah sekian lama, kami tertawa bersama. Senang rasanya.
Dan baru saat ini, di jam ini, setelah merenung, saya menyadari bahwa kami yang sekarang bukanlah kami yang dulu. Bukan kami yang dulu saat kami pertama kali bertemu. Kami sudah berkembang dengan cara masing-masing. Menakjubkan rasanya menyadari bahwa waktu berjalan begitu cepat. Mendewasakan kami (Iya kah? Ya kalaupun saya ternyata belum dewasa, mereka telah mengalami pendewasaan itu). Aneh rasanya menyadari bahwa mungkin sebentar lagi kami akan berpisah.
Anyway, saya jadi penasaran sejauh mana saya berubah sejak pertama masuk ITB. Jadi pengen baca-baca postingan dari awal sampai paling recent. Halah. Sempet gitu, Nal? Sok sibuk!
Malam ini saya tidak sendirian di kosan karena ada Mbak Ulul yang menyempatkan diri main buat nemenin saya. Hahahaa. Awalnya sih saya berencana untuk riset kecil-kecilan untuk makalah tugas kuliah eh ternyata dipertemukan dengan blog seorang teman. Dia sekarang sedang ada di Jepang. Well, cerita blognya seru. Seperti yang pernah saya katakan, tulisan seseorang menggambarkan karakternya, begitu pun blog teman saya ini. Dan kok tiba-tiba saya merasa ini postingan jatohnya jadi kayak review blog teman saya ini --" bodo amat lah
Entah kenapa suasana seru yang diciptakan sepertinya mentrigger semangat tentang impian saya. Untuk menuntut ilmu dari tempat yang terbaik, untuk keliling dunia.
Saya senang ternyata ada orang lain juga yang melakukan beberapa hal yang ternyata saya sukai. Saya senang menemukan orang lain yang ternyata suka baca novel yang saya sangat suka. Sang Pemimpi dan Edensor. Dia memang tidak menyatakan bahwa dia menyukainya, tapi kalimat-kalimatnya menyiratkan itu, atau paling tidak, begitulah saya menafsirkannya.
Saya senang ternyata ada orang lain yang mendambakan mimpinya mengunjungi suatu negara, belajar di sana, sampai ngelihatin gmaps. Iya. Saya sering sekali melakukannya. Berkali-kali saya lihat posisi kota-kota di sana, saya coba cari dimana Indonesia dari negara itu : harus berapa kali scroll kah saya dapat kembali ke Indonesia? Jauhkah tempat itu dari Indonesia? Bahkan kalau kalian tahu wallpaper handphone saya, itu hasil screenshot gmaps suatu negara yang kemudian saya olah kecil-kecilan dengan software bawaan handphone biar lebih enak dilihat ketika dipadukan dengan "perkakas" di home-screen saya. Tiap akan tidur, saya melihat handphone itu, saya katakan, suatu saat saya akan ke sana, pasti sangat menyenangkan. Wallpaper laptop pun gambarnya peta dunia. Mengingatkan saya akan impian untuk keliling dunia.
Dan membaca postingannya tentang sidangnya, yang saya soroti adalah persahabatannya. Saya seperti bisa merasakan betapa kuatnya persahabatan mereka dalam adegan itu. Mengingatkan saya saat saya berpelukan dengan sahabat saya di masjid sekolah, sambil nangis, kami mengucapkan impian kami kuliah di tempat kuliah kami sekarang (dan sekarang sudah menjadi kenyataan, sekarang tinggal gimana cara kami "keluar" dari kampus masing-masing), dan juga menyatakan bahwa kami akan naik kereta yang sama saat pertama kali berangkat ke kota kampus masing-masing (and it happened even though we're in the different wagon but still, we're in the same train, right?). Dan itu membuat saya bertanya, di episode kuliah ini, akankah saya mengalami hal yang memberikan perasaan dan kesan sekuat itu? Hanya Tuhan yang tahu.
Hari ini sepertinya hari yang cukup membahagiakan.
NeA
Mungkin Allah sedang mengingatkan saya. Sejak beberapa hari yang lalu, Allah seperti mengingatkan saya akan TA melalui beberapa orang. Pas ke PSTK, disambut Ridhos dengan pertanyaan, "Mbak, gimana kabarnya? Sudah TA atau masih TA, Mbak?" Bagus juga tumben banget ke sekre, "Eh, Mbak Nala. Kita kaosnya samaan lah. Kamu gimana kabar? kamu udah wisuda kan?" (Waktu itu dia nanyain wisuda atau apa ya, saya lupa, pokoknya bikin saya inget TA aja.) Trus pas ke kosan Rully, diperlihatkan Rully yang mulai ngurus TA. Dia terlihat senang begitu menemui pembimbingnya bareng teman-temannya ke PT DI. Malamnya, dia belajar bareng temennya buat ujian (seru deh liat mereka belajar bareng), besoknya ujian lagi, trus selanjutnya dia mau ngedraft TA1. Ah dia semangat sekali. Trus chattingan sama temen sekosan, ditanyain, "TAmu gimana, Nal?" Oh maaaan.
Dan kemarin ada kabar cukup bagus (tapi belum ada bukti pastinya) yang membuat saya ingat bahwa saya harus segera menyelesaikan TA secepatnya sebelum rencana selanjutnya harus dieksekusi.
And guys, hari ini aku ngerjain TA. WOW. Ya ga ngerjain serius banget gitu sih. Buka-buka buku neural network dan fuzzy doang soalnya mau bikin neuro-fuzzy. Dan itu membuat saya mikir, "hellooo, dulu maneh kuliah ngapain aja, Nal?" Tadi ngerjain bareng Lovila, maksudnya mengerjakan ditemani Lovila, bukan Lovila ikut bantuin mikir. Lovila tadi sedang mengerjakan persiapan presentasi untuk seleksi kerja.
Dosbing
Lamaaa sekali saya tidak menghadap bapak-bapak dosen pembimbing. Hari ini, Allah mempertemukan saya dengan beliau berdua. Bukan. Bukan saya yang menemui tapi Tuhan yang mempertemukan kami.
Saat saya dan Lovila kembali dari pasjum buat beli cilor, saya melihat kedua dosbing, dipisahkan oleh Pak Pranoto, berjalan bersama (mungkin) menuju Salman untuk Sholat Jumat. Deg. Kepala langsung noleh ke Lovila. Dalam hati, "Duh, ada kedua dosen pembimbing. Aku kudu piye?" Dan bagaimana??? Saya menyapa dan beliau menjawab sapaan saya.
"Apa kabar ..." bodohnyaaa ternyata beliau belum selesai ngomong, saya udah jawab. Saya kira emang literally nanyain kabar hidup saya.
"Baik, Pak." barengan dengan beliau ngomong "... itunya?" maksudnya TAnya, Naonya -_-
Saya cuma senyum agak bingung. "Aa nanti saja ya."
Saya ga menemui beliau hari ini. Secaraaa ini saya mau ngelaporin apa? Sejujurnya, saya bingung harus jawab apa jika saat bertemu beliau ditanyai kenapa kok saya takkunjung selesai. Masalah utamanya adalah psikologi dan kontrol diri. Saya tahu itu. Apa iya, alasan psikologi dan kontrol diri dapat diterima? Ah karena kejadian yang menimpa saya, beberapa waktu yang lalu saya jadi kepikiran kalau ternyata takdir saya jadi dosen, saya ingin jadi dosen yang peduli, yang juga memperhatikan kondisi psikis mahasiswa saya. Bukan berarti dosbing saya bukan orang yang sama sekali tidak memperhatikan kondisi psikis orang lain. Mungkin selama ini saya saja yang kurang terbuka. Ya gitu deh. Kok jadi kemana-mana.
Mungkin ini salah satu cara Allah membantu saya untuk keluar dari masalah ini. Semoga saja bantuan-Nya selalu diberikan sehingga semuanya lancar hingga akhir.
K-Lounge
Hari ini pertama kalinya saya mengunjungi K-Lounge di CC Timur ITB. Sayang sekali saya sendirian. Di sana ada buku-buku (sepenglihatan saya isinya novel (iya gitu?), fashion drawing, textile. Saya gak liat2 lebih detil wkwkwk) dan beberapa DVD album artis Korea Selatan dan DVD drama. Dilengkapi dengan musik KPOP, lengkap sudah. Saya seneng banget nemu DVD album Just-Us-nya JYJ. Omaigod, nemu DVD doang kok bisa seseneng itu sih, cuma pegang doang juga. Kayaknya sih sebenernya DVD-DVD itu boleh di-play soalnya ada DVD player dan monitor di K-Lounge ini tapi saya ga sok inisiatif nyoba ngisengin gitu sih haha.
Salah sih, ke K-Lounge sendirian. Jadi ga fokus. Mungkin sekitar 15 menit awal saya cuma senyum-senyum sendiri sambil chattingan sama HME Bebs PSTK Girl dan mantan teman sekamar kosan.
Ketrima LPDP
BUKAN SAYA! Bukan saya yang ketrima LPDP sekarang. Daftar aja belum pernah. Temen saya yang dapet. Candra namanya. Dia tinggal nunggu LoA dari TIT nih. Omaigod! Tokyo Institute of Technology, maaaan! Saya ikutan seneng. Sepengetahuan saya sih dia kemarin sudah ngobrol bareng calon senseinya. Ah semoga lancar ya, Can. Selamat, akhirnya bentar lagi kau bisa kuliah di kampus impianmu.
Kok rasanya sudah lama ga ngeblog. Hahahaa ternyata postingan terakhir baru tanggal 15 November lalu. Sejujurnya, saya ga tahu topik yang mau ditulis apa *mringis* Pengen nulis saja.
Ummm ...
Belakangan ini sudah beberapa kali bapak saya menceritakan keadaan beliau. Katanya, setelah beliau sakit, terjadi sesuatu yang cukup aneh. Entah kenapa, semenjak beliau sakit, anak-anak di sekolah jadi senang diajar beliau. Beliau jadi rebutan kelas. Trus pas kemarin beliau sempat ga masuk beberapa hari, saat masuk langsung ditanyain anak-anak, "Kemarin kemana, Pak? Kok ga masuk. Kangen." Saya aja heran murid beliau bisa-bisanya bilang kangen. Nah saya? hahaha. Beberapa waktu lalu katanya beliau juga dikasih hadiah sama anak-anak. Dikasih buku, bulpen gitu katanya. Beliau sempat tanya, "Kalian ga takut sama Bapak? Ora gilo? Kan Bapak udah tua gini. Sakit. Udah kempong." "Enggak," kata mereka. Dan beliau luar biasa senang akan kenyataan anak-anak menyukai beliau.
Nah. Kenapa itu baru terjadi setelah beliau sakit? Di saat keadaan beliau malah lebih not-good-looking? Saya masih penasaran. Kalau kata beliau sih mungkin salah satu hikmah dari beliau sakit.
Sebelumnya, saya juga sudah baca buku "#sharing 2" karya Handry Satriago. Beliau mengalami kesulitan yang sempat membuat beliau putus asa. Tapi sekarang ... if u know him, he is CEO of a multinational company in Indonesia. Lalu timbul pertanyaan dalam benak saya, bagaimana bisa orang yang saya sebutkan tadi sekarang mendapatkan such good condition di tengah "kesusahan" yang mereka dapatkan? Bagaimana bisa mereka sesemangat itu ditengah keterbatasan mereka? Mengapa saya yang cuma dapat sesuatu yang buruk yang jauuuuh lebih kecil dibanding mereka kok masih begini-begini saja?
A thought came up to my mind. Mereka menerima keadaan mereka. Mereka sudah ikhlas. Justru mereka mensyukuri segala yang mereka punya. Mungkin ini yang belum saya punya. Menerima. Mungkin saja kamu hanya setelah berbulan-bulan belum kunjung ikhlas menerima kenyataan itu, Nal. Mungkin.
Ah saya jadi pengen nulis blog karena seorang teman. A friend of mine is in the "black hole" when I am writing this. Seems like a frustrated person. Dia bertanya, "gimana sih cara hidup dengan benar." (Idk if it's really a question since there's no question mark in the message haha)
Saya baru ngeh ada pertanyaan itu setelah saya menjawab pesannya. Saya jadi memikirkan pertanyaan itu dan tiba-tiba pikiran saya menemukan sebuah jawaban.
Gimana cara hidup dengan benar?
Dengan berusaha untuk bahagia dengan cara yang baik dan benar.
Setiap orang punya pemikiran sendiri tentang makna bahagia. Setiap orang juga punya cara masing-masing untuk mencapai kebahagiaan. Ada yang menurutnya bahagia adalah ketika dia mencapai impian terbesarnya. Ada yang bahagia hanya karena dapat memberikan bantuan pada orang lain. Ada orang yang bahagia untuk dirinya sendiri, maksud saya, dia hanya bahagia dalam dirinya karena pencapaiannya, tanpa menyadari apakah sebenarnya dia sudah membahagiakan orang lain dengan pencapaiannya itu. Ada juga orang yang bahagia untuk orang lain. Asalkan orang lain bahagia, dia akan bahagia. Ada orang yang bahagia karena dapat bersama teman dan keluarga. Ada juga yang hanya sendiri dan merenungi sekitarnya pun sudah bisa bahagia. Dan sebagainya dan sebagainya.
Bahagia itu tidak gratis. Hidup pun juga isinya tidak bahagia melulu. Makanya cara hidup dengan benar menurut saya adalah dengan berusaha untuk bahagia. Manusia akan selalu mengusahakan untuk bahagia, no matter how. Mana ada manusia yang betah-betah menjadikan depresi, putus asa, dan kondisi sulit lainnya sebagai zona nyamannya.
Namun perlu digaris bawahi, dibold sekalian, dengan cara yang baik dan benar. Dari sini saya menemukan beberapa poin dari baik dan benar, yaitu :
- cara yang halaalan thoyyiban, - niatnya baik,
- tidak merugikan orang lain,
- tidak menyalahi norma, terutama norma agama dan susila,
- tidak membuatnya melupakan Tuhan, jika dia percaya Tuhan
Saya yakin, orang yang mengusahakan kebahagiannya dengan cara yang tidak baik sejatinya tidak merasakan kebahagiaan dalam hatinya. Pasti ada ketidaknyamanan dalam hatinya. Sekecil apapun itu.
Poin terakhir perlu disoroti lebih lanjut. Frasa "mengusahakan bahagia" membuat seolah hidup ini selalu memandang ke depan. Selalu mengejar. Sebenarnya, ada kalanya kita perlu merenung. Percuma saja kita mengusahakan bahagia dengan cara yang sesuai dengan empat poin teratas namun membuat kita "menuhankan" dunia. Seolah kita tak berdaya tanpa dunia. Tak bisa hidup tanpa dunia. Dunia maksudnya ya segala sesuatu di dunia ini even if it's only a single and small thing. Poin ini yang akan menjadi rem kita.
Di sisi lain, di saat kita berada pada state negatif, poin terakhir tadi akan menjadi penyemangat kita jika kita mampu mengamalkannya. Akan membuat kita merenung kembali betapa beruntungnya kita dalam kehidupan ini, betapa banyak hal yang harusnya kita syukuri tapi malah terlupakan karena kita sebelumnya hanya terfokus meratapi nasib, dan menyadarkan kita bahwa masalah kita sesungguhnya masalah yang sangat kecil. Dengan begitu, kekuatan untuk bangkit menjadi terkumpul.
Jadi ... tidak ada cara saklek bagaimana menjalani hidup dengan benar. Hanya mengusahakan untuk bahagia dengan cara yang baik dan benar yang kemudian diturunkan menjadi milestones yang lebih spesifik. Jika sempat tersandung, usahakanlah lagi menjadi bahagia.
Ya semoga penulisnya ga omdo wkwkwk --> ini ngrusak flow banget deh hahahaa
Dulu, entah di kuliah tingkat berapa, saya sadar ternyata saya sangat kurang dalam berterima kasih. Dulu saya sering sekali lupa untuk mengatakan terima kasih atas segala hal baik yang diberikan orang lain kepada saya. Ya sekarang mungkin belum sebaik yang seharusnya sih (saya juga ga tahu harusnya seperti apa hahaa) namun saya merasa sekarang saya lebih mendingan dalam hal mengucapkan terima kasih. Terlepas dari bagaimana mengungkapkan terima kasihnya, at least, sekarang saya lebih sering ingat untuk mengucapkan terima kasih. Dan baru saja saya kepikiran sepertinya tugas saya saat TW43 berperan besar dalam hal ini.
Oke intronya sudah selesai. Intinya tentang berterima kasih. Sekarang, di postingan ini saya ingin mengajak pembaca untuk mencoba membiasakan berterima kasih dalam hal yang sangat spesifik : naik angkot.
Saya sih masih sering banget naik angkot. Entah sejak kapan saya memulai kebiasaan ini, belakangan ini saya hampir selalu mengucapkan terima kasih bersamaan dengan saat memberikan ongkos angkot. Seingat saya, waktu itu saya berpikir bahwa kerjanya pak sopir ini ga enak lhooo. Mereka beneran hampir bekerja sebagai sopir, literally sopir saja. I mean, sopir yang nyetir doang, yang komunikasinya cuma sebatas "kiri, pak" atau "kiri depan". Hampir tak ada yang ngajak ngobrol sekalipun tepat di sampingnya ada penumpang. Mereka ditinggal penumpang mainan gawai masing-masing. Nyesek ga sih? Entah kenapa kok saya ngelihatnya nyesek ya?
Hahaa pernahkah kalian bertanya bagaimana kehidupan mereka? Ya bukan kehidupan yang pribadi banget. Ya seputar profesinya sebagai tukang angkot lah. Tahukah kalian bagaimana sistem "bisnis" mereka? Bagaimana perasaan mereka ketika macet? Seberapa besar pendapatan mereka? dan bla bla bla ... Kalau kalian tahu, kalian pasti akan lebih mengerti bagaimana posisi mereka. Ya kadang memang perlakuan mereka nyebelin sih tapi kalau tahu jawaban pertanyaan-pertanyaan tadi, kemungkinan besar kalian dapat memakluminya.
Belum lagi, seperti yang pernah saya ceritakan di postingan CERITA ANGKOT bagian dicuekin, nyesek coy, ngeliatnya aja nyesek.
Makanya saya pikir, para sopir angkot itu perlu diapresiasi, bukan hanya dengan uang ongkos yang kita berikan. Uang ongkos kan memang kewajiban kita. Menurut saya, ucapan terima kasih dan senyuman ketika mengulurkan uang ongkos adalah salah satu bentuk apresiasi simpel yang eummm .... Kalau ada orang bilang terima kasih ke saya sih saya merasa seneng gitu. Saya pikir semua orang juga begitu, termasuk sopir angkot.
Listening to Vanilla Twilight --- repeat mode hahaha
Vanilla Twilight by Owl City adalah salah satu dari sekian lagu yang spesial bagi saya. Dia membuat saya mengingat akan Afik, teman masa TPB (sekarang juga sih), Mas Lubis, dan PTI.
Dulu, Afik adalah salah satu teman yang menyukai Owl City. Suatu saat saya bilang kalau lagunya Owl City yang berjudul To The Sky bagus, dia setuju, malah menambahi "lebih bagus lagi yang Vanilla Twilight." Dan semenjak itu lah saya tahu lagu ini. Hahaha. Sekarang Afik sudah officially graduated. Dua hari yang lalu saya bertemu dia. Wajahnya bahagia. Sukses ya, Fik.
Btw, Lagu To The Sky sendiri membawa ingatan saya ke Sabuga, OSKM, dan Kak Tizar Bijaksana -- Presiden KM 2011-2012. Beliau yang mengenalkan saya pada lagu ini, juga pada kata woles. Waktu itu Kak Tizar menjadi sosok yang keren banget di mata saya yang masih mahasiswa yang waktu itu baru berusia beberapa hari.
Nah, lalu kenapa Mas Lubis dan PTI juga ikut-ikutan? Lagu Vanilla Twilight menjadi salah satu lagu favorit saya di semester 1. Selalu menemani saya saat mengerjakan tugas PTI. Dan saat mengerjakan tugas besarnya, saya selalu mengerjakannya di ruang bersama asrama, sambal ndengerin lagu ini. Makasih banget ya Mas Lubis, waktu itu kamu mau digangguin berminggu-minggu, hampir tiap hari di tengah malam (karena pulang PLE juga sudah malam), ditanyain ini itu, dimintai bantuan ini itu buat ngerjain tubes PTI. Thank you.
Saat ini, Mas Lubis belum juga lulus. Saya tak tahu dia sekarang di mana, apakah TAnya sudah selesai, kenapa dia belum kunjung mau lulus. Yang saya dengar, dia sudah bekerja. Sempat dengar itu berhubungan dengan Google. Tak tahu apakah dia bekerja di Google atau dia main-main bisnis yang melibatkan perusahaan itu. Entahlah.
Aku ingin menjadi orang yang selalu bersyukur akan segala yang ada, sekecil apapun hal itu sehingga aku dapat menertawakan kesulitan yang menyerangku, dan aku dapat mengatakan "hey, kau bukan tandingan semangatku."
Kemarin sore saya bertemu kakak tingkat saya. Tidak sengaja, dia melihat dektop saya dan berkomentar,
"Itu wallpaper?"
"Iya"
"Wow"
Beberapa teman yang melihat wallpaper saya komentarnya juga memberikan impresi bahwa mereka heran akan wallpaper saya. Memangnya aneh ya?
I like it. Membuat saya merasa bahwa dunia ini kecil. Hanya sebesar layar desktop saya. Membuat saya berpikir, ah Jepang deket kok. Eropa juga deket. Oooh ternyata Austria kecil banget ya. dll. Membuat saya semakin ingin keliling dunia.
Saya khawatir selama ini saya memberikan pengaruh buruk kepada orang sekitar saya. Saya lebih concern kepada teman sekamar yang intensitas bersamanya sangat tinggi. Khawatir lah kalau saya malah jadi pembawa hal buruk. Siapa sih yang mau dicap jadi pembawa hal buruk.
Saya merasa selama ini saya sudah menulari teman saya untuk :
- Hobi ndengerin musik, berisik banget deh --> temen sekamar mengatakan bahwa sebenarnya dia sebelumnya memang sudah sering ndengerin musik kok. Sedikit lega. Tapi tetap saja saya sadar kalau hal itu bertambah saat saya menjadi teman sekamarnya.
- Ngebo. Saya juga sering banget males ngapa-ngapain --> temen sekamar mengatakan bahwa dia juga dari dulu suka tidur kok. Lebih tenang.
- Apalagi yaaa? Kok cuma ngrasa itu doang
Trus tadi pagi senang mengetahui ternyata saya juga menularkan hal baik kepada teman sekamar saya. Katanya, "umm aku semangat belajar Bahasa Inggris sejak kita sekamar loh. Sebelumnya ... huh benci banget sama Bahasa Inggris. Soalnya Bahasa Inggris kamu kan lebih bagus daripada aku jadi kalau aku salah-salah ada yang benerin."
Waaaah senang rasanya dapat memberikan pengaruh baik ke lingkungan sekitar -- halah cuma temen sekamar juga.
Seperti yang kita tahu, saat ini internet sangat marak di kalangan masyarakat Indonesia. Pada awalnya memang internet digunakan hanya sebatas untuk akses informasi dan sosial media namun semenjak populernya teknologi Internet of Things (IoT), internet digunakan untuk berbagai keperluan. Kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung sudah memanfaatkan internet untuk pembangunan kota pintar. Kota pintar merupakan sebuah urban development yang mengintegrasikan ICT (Information and Communication Technology) untuk memberikan solusi untuk mengatur aset kota. Di Kota Bandung, dalam konsep smart city-nya,sistem pemerintahan dibuat lebih transparan, cepat dan mudah diakses. Sebagai contoh, penggunaan social media sebagai sarana komunikasi antara pejabat pemerintah dan masyarakat. Untuk mendukung sistem kota pintar ini, pemerintah kota Bandung memiliki Bandung Command Center yang merupakan pusat sistem teknologi informasi untuk mengawasi aktivitas kota Bandung. Di dalamnya terdapat berbagai aplikasi untuk mengawasi dan mengontrol kondisi kota, misal pengawasan kondisi lalu lintas melalui CCTV dan juga pengawasan kendaraan pemerintah seperti bus kota dan masih banyak lagi fungsi yang lain. Agar lebih terbayang, pembaca dapat melihat video pengenalan BCC berikut.
sumber: youtube.com
Trend global menunjukkan bahwa pada 2050 dua per tiga dari penduduk dunia akan hidup di daerah kota sehingga besar kemungkinan bagaimana Indonesia nantinya akan banyak ditentukan oleh kota-kotanya. Saat ini kota-kota kecil di Indonesia mulai mengikuti tren kota pintar ini. Jika perkembangan positif internet terus terjadi di Indonesia, terutama dalam pemanfaatan teknologi kota pintar seperti ini, dapatkah pembaca membayangkan apa yang akan terjadi di masa depan?
Mudahnya Akses Kesehatan
IoT dapat menghubungkan berbagai pihak yang berhubungan dengan kesehatan. Saat ini di Indonesia sudah dimulai dengan membuat pasien lebih dekat melalui sistem registrasi online. Di masa depan, tentunya teknologi berkaitan dengan layanan kesehatan akan semakin baik.
Coba bayangkan, di masa depan saat kita perlu berobat ke dokter, sebelum berangkat ke rumah sakit atau klinik yang kita belum tahu bagaimana kualitasnya, kita dapat membuka sebuah aplikasi clinic locator. Kemudian kita akan mendapatkan berbagai klinik dan rumah sakit yang ada di sekitar kita, lengkap dengan informasi seperti alamat dan reputasi atau ranking dari klinik atau rumah sakit tersebut berdasarkan feedback dari pelanggan sebelumnya. Lebih jauh lagi, kita dapat melihat list dokter yang tersedia lengkap dengan jadwal, keahliannya dan kualitas pelayanannya. Dengan begini, kita dapat mendapatkan pelayanan yang terbaik yang sesuai dengan kita. Dapat dibayangkan juga hal ini akan membuat setiap instansi akan berusaha sebaik mungkin meningkatkan pelayanan kesehatannya.
Di masa depan, bisa saja kita tidak perlu ke rumah sakit untuk check-up. Hanya perlu memasang sensor yang diperlukan pada tubuh dan data akan dikirimkan ke dokter untuk dianalisis. Hal ini juga sangat membantu pelayanan kesehatan di daerah yang kurang dokter spesialis. Dengan teknologi seperti ini dokter spesialis di ibukota dapat membantu dokter di puskesmas desa untuk menganalisis kondisi pasien dan membantu menentukan langkah selanjutnya.
Korupsi di Bidang Kesehatan? NO!
Saat ini masih banyak kasus penggelapan obat terjadi di Indonesia. Mengapa hal ini dapat terjadi? Pendataan yang masih buruk merupakan penyebab utama. Bayangkan di masa depan, semua dokter harus memasukkan data obat apa saja dan seberapa banyak yang diberikan ke pasien. Dengan sistem pengolah data yang baik, instansi yang lebih tinggi dapat memonitor dan menemukan suspicious activity jika terjadi keanehan antara suplai dan data pemberian obat. Dengan begini, adanya korupsi melalui penggelapan obat dapat ditekan.
Kemudahan Mobilitas dan Transaksi Memicu Produktivitas
Tentunya kita sangat berharap sistem transportasi di Indonesia menjadi semakin baik. Bersamaan dengan itu, sistem pelayanan transportasi juga harus semakin baik. Internet akan membantu hal tersebut.
Di masa depan, kita akan semakin mudah dalam bepergian. Mudah dalam hal persiapannya juga prosesnya. Saat ini kita sudah merasakan bagian persiapannya. Internet memudahkan kita untuk mempersiapkan perjalanan dengan lebih mudah. Kita bisa memesan tiket kereta api tanpa harus pergi ke stasiun. Namun di masa yang akan datang kita bahkan tak perlu membeli tiket. Dengan teknologi smart card kita hanya perlu memastikan kartu kita memiliki saldo yang cukup untuk perjalanan. Kalaupun harus mengisi, kita dapat melakukan top-up melalui gadget kita. Lebih dari itu, satu kartu itu dapat digunakan untuk membayar jenis transportasi yang lain, bus atau angkot misalnya, sehingga kita tak perlu lagi merasa sebal karena sopir angkot yang memberikan tarif terlalu mahal. Sebenarnya teknologi ini sudah ada di Negara maju seperti Singapura. Di Indonesia memang belum ada namun pasti akan ada dalam beberapa tahun ke depan.
Kemudahan dalam mobilitas ini membuat waktu menjadi lebih efektif dan memberikan kesempatan penduduk untuk lebih produktif. Tidak perlu membuang-buang waktu hanya untuk sekedar mengantre atau bertransaksi menggunakan cash.
Pemerataan Pendidikan dan Peningkatan Kualitas Pendidikan
Internet dapat mendekatkan yang jauh. Saat ini masih banyak daerah di Indonesia terutama daerah timur yang terbelakang dalam bidang pendidikan. Banyak hal yang membuatnya kurang dalam pendidikan, salah satunya karena kurangnya tenaga pendidik berkualitas. Dalam dua puluh tahun mendatang pasti akan ada peningkatan jumlah tenaga pendidik di daerah-daerah tersebut. Namun ditambah dengan pemanfaatan teknologi internet, kualitas pendidikan dapat digenjot lebih lanjut.
Bayangkan bagaimana pendidikan di Indonesia akan menjadi lebih bagus jika pendidiknya benar-benar berkualitas. Peningkatan kualitas tenaga pendidik ini dapat dilakukan dengan membuat pendidik belajar dari sumber yang terpercaya. Dengan Internet, pendidik di Papua dapat belajar dan berkonsultasi langsung dengan profesor di Jakarta. Tidak hanya itu, internet juga menghilangkan batas teritorial. Saat ini kita dapat mendapatkan ilmu yang setara dengan universitas-universitas terdepan di dunia dengan mengikuti online course.
Selain dengan online course yang dapat diikuti oleh semua kalangan termasuk murid, peningkatan kualitas murid juga dapat ditingkatkan dengan memasukkan teknologi ke dalam kegiatan belajar mengajar. Bayangkan betapa menyenangkannya belajar jika saat di kelas siswa diajak berkonsultasi langsung dengan pakarnya walaupun secara virtual, atau dengan mengadakan kompetisi virtual dengan sekolah lain. Semua hal ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia yang berujung pada peningkatan kualitas penduduk.
Ketahanan Energi Nasional
Masih banyak daerah di Indonesia yang belum tersentuh listrik. Suplai energi utama di Indonesia sampai saat ini masih menggunakan bahan bakar fosil seperti batu bara dan minyak bumi. Padahal kebutuhan energi akan semakin meningkat dan seperti yang kita tahu, Indonesia mempunyai potensi alam yang sangat besar. Oleh karena itu, saat ini pengembangan energi terbarukan marak dilakukan.
Selain itu, di Indonesia juga sudah mulai berkembang konsep smart home dan green building dimana penggabungan keduanya akan menjadi tren masa depan Indonesia. Penggabungan kedua konsep ini akan menghasilkan hunian yang lebih ramah lingkungan dengan efektivitas penggunaan energi. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat penghuni dapat memonitor dan mengontrol penggunaan listrik di rumahnya.
Teknologi Feed-in Tariff dimana pihak swasta dapat menjual listrik ke Perusahaan Listrik Negara (PLN) juga mulai menjadi tren. Biasanya listrik yang dijual berasal dari energi terbarukan seperti matahari dan angin. Saat ini memang masih hanya perusahaan besar saja yang dapat melakukan feed-in tariff ini namun kedepannya sangat mungkin konsep ini akan berlaku untuk rumah-rumah. Jika setiap rumah mempunyai panel surya untuk membantu memenuhi kebutuhan listriknya, jika ternyata listrik yang dihasilkan berlebih, listrik tersebut dapat dijual ke PLN dan dapat disalurkan untuk digunakan di daerah lain yang membutuhkan. Mungkin satu rumah tak begitu besar listrik yang dapat disalurkan namun jika seluruh rumah di kota yang memberikan bisa saja listrik tersebut cukup untuk membantu menerangi daerah-daerah terpencil yang kesusahan listrik atau paling tidak mencegah terjadinya pemadaman listrik di area lain di kota tersebut.
Konsep smart home dan green building semakin mendukung kemungkinan sistem feed-in tariff ini. Dengan teknologi smart home, penghuni dapat menyalakan atau mematikan berbagai peralatan listrik di rumahnya melalui gadget sehingga penggunaan listrik dapat terkontrol walaupun sedang jauh dari rumah. Selain itu pengguna juga dapat memonitor seberapa besar penggunaan listrik bulan ini atau listrik yang dihasilkan beserta penghasilan yang didapatkan dari listrik tersebut.
Kombinasi dari teknologi-teknologi ini akan membuat Indonesia tidak bergantung pada bahan bakar fosil dan memanfaatkan potensi alam yang ada.
Peningkatan Ekonomi dan Ketangguhan Masyarakat dengan Munculnya Berbagai Usaha Kreatif
Internet membawa usaha manusia menjadi lebih kreatif. Berbagai usaha berbasis teknologi seperti GO-JEK, Tokopedia dll sudah dapat dinikmati saat ini. Kedepannya, pemanfaatan internet dalam pembangunan ekonomi akan semakin besar. Kemudahan yang diberikan internet membuat orang menjadi lebih kreatif untuk memecahkan masalah di sekitarnya. Hal ini akan mendorong orang untuk membuat usaha. Internet akan memfasilitasi usaha kreatif mulai dari sebagai media marketing hingga menjadi produk utama yang dijual. Akan semakin banyak usaha kreatif dan start-up di berbagai bidang berdiri di Indonesia. Hal ini akan memberikan dampak positif berupa terbukanya lapangan kerja yang lebih banyak, pemberdayaan masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang positif. Fasilitas yang serba cepat dan mudah yang dihasilkan juga akan mendorong peningkatan kesejahteraan penduduk.
Selain itu, kreativitas ini membuat masyarakat tidak bergantung terlalu banyak pada pemerintah. Ketika masyarakat tidak bergantung lebih pada pemerintah, akan tercipta masyarakat yang tangguh dan lebih siap menghadapi kondisi yang buruk.
Integrasi Indonesia yang Lebih Baik
Kemajuan Indonesia tidak dapat dihasilkan oleh sebagian saja. Semua pihak harus dihubungkan. Internet dapat menghubungkan semua pihak dalam Negara : pemerintah, universitas, start-ups, dan berbagai pihak harus dihubungkan untuk menghasilkan perkembangan yang harmonis. Dalam hal ini, semua pihak akan mendukung satu sama lain. Misal saja start-up, dia akan berkembang lebih cepat dengan bantuan riset universitas dan dukungan pemerintah sementara universitas memerlukan dukungan pemerintah untuk menjamin keberlangsungan risetnya. Di sisi lain, pemerintah juga perlu diawasi oleh masyarakatnya secara langsung. Oleh karena itu, di masa yang akan datang, integrasi dari berbagai pihak adalah suatu kebutuhan yang mutlak untuk membangun Indonesia.
Itulah gambaran Indonesia di masa depan menurut saya, dilihat dari perspektif kota pintar. Kesemua hal tersebut tidak akan tercapai tanpa didukung penduduk yang juga smart. Generasi muda harus dibina agar menjadi smart citizens. Smart citizens bukanlah penduduk yang pintar mengakali pemerintah namun penduduk yang bijak dan bertanggung jawab dalam memanfaatkan teknologi yang ada untuk membangun daerahnya.
Beberapa hari ini saya disadarkan akan sesuatu yang sebenarnya sudah saya tahu dari zaman dulu. Bukan hal yang baru namun mendapatkannya dari pikiran sendiri, melalui perenungan sendiri, rasanya sangat berbeda dengan hanya sekedar katanya atau mengetahuinya secara normatif.
Dimulai dari yang negatif dulu. Dulu ketika saya berinteraksi dengan yang berhubungan dengan kpop atau drama korea, entah itu fans beratnya atau hanya mendengar kisah seseorang melalui orang lainnya, respon saya adalah, "kok bisa sih sampek kayak gitu", "apa sih menariknya?". Saya super heran ketika mbak kosan saya cerita bahwa mantan penghuni mantan kamar saya dulu penggemar korea, sampek jarang kuliah, tiap malem dia ketawa-ketawa sambil nggebuk2 lantai kosan yang terbuat dari kayu. Karena jarang sekali keluar, orang sekitar khawatir dan digedor-gedor, sekalian dibilangin biar ga berisik malem-malem sih, bahkan sampai dosennya ngedatengin kosan karena dia jadi super jarang kuliah. Nah sekarang nih saya merasakannya, ternyata kecanduan korea itu memang nyata dan sulit berpalingnya juga nyata.
Ada juga beberapa hal positif yang saya dapat beberapa hari ini.
Melihat bagaimana fenomena sekitar saya, akhirnya saya sadar bahwa orang yang dulu remah-remah pun dapat menjadi keren dan menginsprasi orang lain. Dan ini dengan cara yang tak diduga-duga. Kakak tingkat yang saya ngefans, pengen kenalan properly tapi belum keturutan, dulu belum pernah kepikiran bisa programming. Dia dulu malah merasa sepertinya dia lebih suka yang berhubungan dengan hardware (sepenangkapan saya haha). Tapi ternyata Tuhan membawa jalan hidup dia untuk berteman dengan programming ketika Dia mengabulkan salah satu mimpinya. TAnya juga tenyata dibawa ke arah programming. Kerjaan yang didapatkan pun bukan posisi yang dia apply tapi posisi yang didapatkan karena departemen tempat dia sekarang bekerja tertarik dengan dia. Ada lagi yang lain, teman saya. Dia yang terlihat selalu tersenyum lemah lembut, rendah hati, bahagia dan belakangan terlihat mencapai sesuatu yang keren, ternyata dia dulu juga pernah terpuruk. Namun ternyata Tuhan membawa dia untuk mencapai sesuatu yang keren.
Saya akhirnya sadar, semuanya sudah digariskan, kalau Bapak saya mengingatkan saya sih katanya "sudah ditulis sejak zaman azali." Mau kita awalnya merasa akan passion di manapun, Tuhan akan memberikan jalan sedemikian sehingga yang sesuai dengan jalan takdirNya. Kakak tingkat saya yang tadi bisa jadi contohnya. Selain itu, saya sempat mengikuti sebuah seminar yang diadakan oleh sebuah perusahaan surat kabar. Saya tertarik dengan wartawan yang menjadi pembicara. Dia dulu kuliah jurusan arsitektur. Dia suka bidang itu. Namun ternyata Tuhan membimbing dia untuk bermanfaat melalui jalan menjadi penulis. Beliau sudah membuat sebuah -- mari kita bilang proyek tentang kebencanaan. Keliling Indonesia, mengulik pengetahuan masa lalu dan pengetahuan lokal tentang kebencanaan. Jadi kayak semacam National Geographic versi Indonesia. Namun beliau bukan benar-benar berpaling dari yang telah ditekuni sebelumnya, beliau masih senang melakukannya, as a hobby. Keren? Iya. Menginspirasi? Iya. Berguna? Iya. *menurut saya*
Setiap orang diberikan ujian sendiri-sendiri juga baru keluar dari pemikiran saya. Kenapa baru sadar sih kalau tiap orang diuji di bidang yang berbeda-beda. Saya merasa tersentuh dengan kenyataan itu. Ketika saya masih harus berperang lebih dengan diri saya sendiri, teman sekamar saya harus berperang menghadapi kenyataan lingkungan kerja dan keluarganya, memikirkan mimpi dan rencana ke depannya sebagai seseorang yang sudah lulus. Salah seorang teman yang lain harus berperang melawan diri dalam perspektif yang berbeda dengan saya. Contohnya sudah saja ya haha. Saya tersentuh, Tuhan benar-benar melihat kita secara individu. Tuhan mendidik kita dengan materi yang berbeda, dengan porsi yang berbeda. Tuhan benar-benar memperhatikan setiap diri kita.
"Pak, kalau gini-gini aja aku semangat ya. Kalau dapet susah dikit, langsung deh, negatif melulu." "Lhooo, kamu harus selalu semangat. Kalau kamu yang sehat wal 'afiyat gitu ga semangat, rugi, kamu. Bapak aja yang kurang gini semangat kok. Bapak semangat loh. Semangat sembuh. Semangat doain kamu juga." "Pak, kemarin pas Bapak bilang aku ga boleh melakukan keinginan yang itu, aku langsung ga semangat lo. Langsung down. Kok tiba-tiba sekarang dibolehin?" "Ya hidup biasa lah, ada aja angin-angin yang menggoyahkan. Tadi pas kamu sms nanyain tentang keinginan itu, Bapak langsung semangat lho. Sekarang Bapak udah semangat nih. Kamu juga harus semangat."
Menurut saya, belajar bahasa itu menarik. Setelah melalui beberapa waktu, saya menemukan bagaimana pola belajar bahasa yang saya alami. Pertama, saya akan belajar aksara dari bahasa yang berkaitan. Selanjutnya saya akan sangat bahagia dapat membaca tulisan yang disajikan walaupun masih ah eum ah eum. Proses ah-eum yang berkali-kali itu sungguh menyenangkan. Saya bisa ketawa-ketawa sendiri sambil melakukannya.
Selanjutnya, saya akan mencari-cari di situs yang dapat membantu saya. Untuk belajar Bahasa Korea, saya menemukan channel youtube yang cukup membantu. "Alat" ini memberkan pembelajaran dengan memberitahukan ungkapan-ungkapan terlebih dahulu. Untuk belajar Bahasa Jepang, saya memanfaatkan file audio-dan-teksnya yang disediakan sebuah radio. Dalam "alat" yang ini materi disajikan dalam percakapan yang selanjutnya diartikan per kata dan dijelaskan bagaimana teorinya. Ditambah juga pengetahuan tentang hal unik dari jepang. Kalau di edisi keduanya, dia memberikan fun fact kata tiruan bunyi. Satu pelajaran hanya sekitar sepuluh menit, sudah meliputi percakapan, pengartian, penjelasan dan fun fact. Sebenarnya saya juga menemukan hal serupa untuk belajar Bahasa Korea hanya saja setahu saya tidak ada buku teksnya seperti yang disediakan radio jepang tadi dan saya kurang nyaman dengan penyajiannya.
Nah di luar itu, karena saya sering nonton anime dan belakangan sedang terjebak suka nonton drama korea, dan sebenarnya juga mendengarkan lagu korea, secara tak langsung ini melatih listening. Dan saya menemukan ungkapan-ungkapan yang saya mengerti tujuan pengungkapannya meski belum tahu bagaimana pengejaannya. Tak apa, ini menambah pengetahuan haha. Kalau tak begitu, saya menemukan sebuah kata yang tiba-tiba jelas di kuping saya, membuat saya penasaran artinya apa. Oleh karena itu perlu punya kamus. Agar praktis sih, saya menggunakan Google Translate. Kan ga perlu banyak-banyak kamus haha.
Ada hal lain juga yang dilakukan, yaitu donlod aplikasi untuk belajar bahasa yang bersangkutan. Biasanya aplikasi seperti ini membantu memperkaya vocabulary. Nonton juga bisa kok memperkaya vocab hahah.
Ini sebenernya bukan berniat menyarankan kalian yang udah gede bagaimana belajar bahasa ataupun ingin mengatakan bahwa cara belajar bahasa saya baik tapi tadi sore saya kepikiran sesuatu. Gini. Saya tidak tahu bagaimana sistem pembelajaran bahasa asing (biasanya Bahasa Inggris) di Sekolah Dasar di daerah kota, saya hanya tahu bagaimana sistem di daerah tempat tinggal saya yang notabene daerah desa. Dan tentunya saya banyak tahunya di zaman saya sekolah haha.
Setahu saya, sistem mengajarkan bahasa asingnya di sekolah dasar hanya menggunakan buku saja. Hanya teks yang kemudian akan diikuti oleh beberapa pertanyaan. Juga ada penjelasan bermacam-macam grammar yang sampai saat ini pun saya juga ga ngerti -- saya menggunakan bahasa inggris sampai sekarang ya seenaknya saja, kalau kalimatnya dirasa enak ya udah gunakan saja -- ini juga bagaimana saya mengerjakan sebuah tes bahasa inggris hahaha (pengetahuan tentang grammar juga cukup membantu sih haha). Saya pikir, hanya dengan metode seperti itu akan membuat bosan dan melelahkan karena membuat terlalu sering membuka kamus.
Saya baru pertama kali dikenalkan dengan yang namanya listening di kelas 8 (ga tau ya kalau sekarang). Itu pun di selanjutnya hanya ketemu listening di try out UN dan UN di kelas 9. (10 Okt : Dan saya baru ingat ternyata UN SMP zaman saya ga ada listeningnya. Berarti saya baru dapet listening lagi pas SMA haha)
Nah, kenapa tidak sejak awal belajar bahasa di sekolah dasar dibuat fun? kenapa listening tidak diberikan sejak pertama kali belajar bahasa? saya ga tau sih kalau saja di sekolah dasar di suatu daerah sudah melakukannya. Saya merasa, dengan memberikan listening sejak dini, siswa menjadi lebih terbiasa dengan pengucapan dan mungkin juga aksen bahasa asing tsb. Apalagi jika metode seperti yang digunakan oleh radio jepang tadi digunakan. Sambil mendengarkan, siswa dapat menyimak melalui bukunya sehingga siswa tahu yang diucapkan itu apa. Ditambah dengan pengartian dan penjelasan lebih lanjut akan membantu memperkaya vocab anak sekaligus membantu memahami teorinya. Bukankah prosesnya menjedi lebih cepat dan menyenangkan? Kalaupun bukan audio, bisa saja diberikan video cerita,dan jangan lupa subtitle disertakan. Namun sayangnya cara ini hanya membuat anak tahu apa yang diucapkan, belum tentu mengerti maksudnya. Lagipula, belum semua sekolah di Indonesia, bahkan daerah Pulau Jawa, mempunyai fasilitas proyektor kan? Jadi menurut saya menggunakan audio dan buku teks dengan guru yang berkorban sedikit untuk membawa peralatan, misal tape, adalah pilihan yang bagus.
Yaaah, itu hanya opini saya berdasarkan fenomena yang saya ketahui di dekat saya. Banyak kenyataan di luar sana yang belum saya ketahui. Kalau toh ternyata apa yang saya opinikan sudah dilakukan, baguslah.
Tuhan,
Aku tak tahu cinta itu sebenarnya seperti apa
Aku tak tahu bagaimana aku harus mencintai
Pun aku tak tahu bagaimana keadaanku saat ini
Apakah aku sedang mencinta?
Tuhan,
Terkadang aku berpikir
Sudah keraskah hatiku?
Hingga tak dapat merasakan indahnya puisi
Hingga tak dapat merasakan indahnya alam
Hingga tak dapat terenyuh melihat kenyataan di luar sana
Hingga tak dapat merasakan kasih sayang yang datang padaku
Tuhan,
Dengan aku yang seperti ini,
Dengan keadaanku yang seperti ini,
Dengan sifat dan kelakuanku yang seperti ini,
Apakah aku termasuk sudah mencintaiMu?
Apakah aku termasuk orang yang Engkau cintai?
Ataukah aku sudah terlalu terjebak cinta yang lain?
Saya barusan baca-baca file yang saya tulis di masa lampau. I found this. I intended to post it but for several reason I postponed it. Somehow I want to post it now (of course with comments) wkwkwk. It was written on Feb 17, 2016
***
lu·rah[1] n1 kepala pemerintahan tingkat terendah; kepala desa; 2 kepala atau pimpinan suatu bagian pekerjaan
Ketua PSTK punya sebutan Lurah. Berarti ini keempat kalinya saya merasakan sebagian proses bagaimana pemimpin di unit saya terpilih. Barusan hearing calon lurah PSTK di Labtek VI. Terima kasih hearing, kalian memfasilitasiku juga untuk bertemu kawan-kawan dan melupakan “sakit hati” yang baru melanda (barusan disindir anak muda. Nau’dzubillaahi min dzaalik. Semoga tak terjadi lagi dan semoga anak cucuku nanti berbudi pekerti yang baik). *BTW saya lupa ini sakit hatinya karena kejadian yang mana wkwk* Setelah sekian lama, akhirnya hari ini saya ketemu Mita, Mince, Tata dan Brod yang jarang ke sekre. Wahaaa akhirnya tadi saya ketawa. Alhamdulillaah.
Yang nyalon namanya Imung. Itu lhooo keluarga bonang, anak EL’14. Somehow, I proud of him. Dia sudah melangkah jauh untuk menjadi orang keren versi dia. Seperti biasa, pemilu begituan ada timses kan ya. Nah, timsesnya ditanyain nih sama senior, sama angkatan saya maksudnya, kenapa mau bantuin? Keluarlah jawaban yang tentunya (menurut saya) bukan default. Feels like it came from their heart. And I wonder, Do I have that kind of friend? *apaandahNal
Pas mau pulang, Mince, Tata, sama Candra ngomongin Imung. Saya nimbrung. Sungguh ini sepertinya terlalu berlebihan dan terlalu membesarkan hati.
C : “Ciee, Nala.”
M : “Nal, kayaknya semuanya "jadi" deh, Nal. Anak-anak didikmu. Yang satunya sebenernya "jadi" juga kan ... Cuma kemarin ada masalah.”
T : “Cie, best couple PLE.”
N : “Teman-teman, kan dia bisa jadi gitu karena dia sendiri. Dia mau belajar.”
C : “Kan kamu first impression-nya mereka di PSTK, Nal.”
Well, saya sungguh bangga, “anak-anak didik” saya bisa jadi orang keren. But sometimes, it makes me envy them hahaaa. Penyakit hati yang masih sulit dihilangkan -_-
***
Sebenernya ga cuma Imung yang keren. Saya merasa semua yang pernah saya ajarin main bonang sudah jauuuuh lebih keren daripada saya. Mereka sudah jadi ini-itu, sudah ikutan ini-itu, sudah berkarya ini-itu, sudah menjadi pribadi yang hard working, pokoknya udah yang keren-keren deh.
Guys, terima kasih atas kebersamaan selama ini. Saya bahagia dapat mengenal kalian. Saya bahagia dapat menjadi bagian dari "hal pertama" kalian di dunia kampus. Terima kasih sudah memberikan contoh yang baik, terutama untuk saya. Terima kasih sudah pernah mengisi momen bahagia saya :)
--OOT
BTW saya jadi kepikiran untuk membuat semacam rubrik khusus berisi ucapan terima kasih untuk orang-yang-saya-ingin-mengucapkan-terima-kasih-kepadanya. Dibikin ga yaaa? wkwkwk
Saya barusan bikin esai. Ada bagian yang membuat saya harus mengingat masa SMA saya. Saya teringatkan dan tersadarkan kembali, dalam sebuah perspektif, saya mengalami yang namanya degradasi karya dan degradasi mental. Mengapa hal ini dapat terjadi? Biarkan saya merenung
Barusan saya kepikiran sesuatu saat melihat isi buah pear. Saya jadi tersadar (atau mungkin juga teringatkan kembali) semua di dunia ini seperti biji, termasuk manusia. Setiap yang ada di dunia ini pasti akan berkembang baik atau dapat kita katakan bermanfaat jika ditempatkan dalam kondisi yang sesuai. Dan saya yakin, adanya sesuatu tersebut di dunia ini pasti juga sudah disediakan tempat yang memang diberikan untuk dia.
Belakangan ini saya dan teman sekamar sedang berada dalam sebuah fasa yang mirip. Beberapa kali kami membicarakannya, kami berkesimpulan bahwa puber kami telat dan belakangan kami malah menebak kami mengalami puber kedua. Wkwkwk. What the hell are u talking about, Nal?
Sebelumnya nih ya, saya dan teman sekamar saya setipe : tipe ganteng yang disukai adalah ganteng imajiner -- gantengnya anime gitu deeeh, sama sekali heran sama orang yang suka drama korea apalagi kecanduan kpop, ga terlalu ngeh deh kalau masalah asmara-asmara dunia nyata yang versi temen seumuran.
Gejala keranjingan Korea
Sesungguhnya keinginan menulis ini dimulai dari drama korea. Suatu hari ...
"Um, kok tiba-tiba aku pengen nonton drama korea ya? Dulu pas di asrama sering banget nonton drama korea ih."
Eh ternyata Umi juga sedang mengalami hal yang sama. Dari situlah kami berdua bertemu dengan drama Let's Fight Ghost yang membuat teman sekamar "kecantol" sama tokoh utamanya. Dan dari situ pula belakangan ini kami nonton beberapa drama korea. Kalau kata temen Umi mah, "Kamu nih, itu drama tahun kapaaan, kamu nontonnya kapan."
Ngerti orang ganteng (masa iya?)
(saya yakin cewe lainnya juga mengalami hal semacam ini)
Selama saya nonton drama bareng Umi, kami selalu komentar-komentar pemerannya ganteng atau engga. Kalau sudah bilang ganteng, yang lain bilang ga ganteng pun tetep keukeuh. Hahaha. Astagaaa gejala apa ini. Menemukan "Oppa"
Yah gara-gara nonton drama korea nih Umi jadi (kayaknya) super ngefans sama salah satu anggota 2PM padahal menurut saya biasa aja. Tapi yang menurut saya ganteng dan membuat saya ketagihan youtube-an malah dibilang Umi biasa aja. Ya memang selera orang beda-beda.
Dan saya, fitri dan lovila sepakat yang belakangan membuat saya jadi youtube-an terus ini memang ganteng. Yes! Senang banget ada yang berpikiran sama. Memang dia ganteng. Suaranya bagus pula. Wuuuu
Baper pengen nikah (katanya)
INI BUKAN SAYA.
Yah begitulah. Kami berdua yang sudah umur segini baru-baru ini ngomongin mana orang ganteng. Kayaknya sampe ngefans juga. Di luar hal yang berhubungan dengan drama dan sejenisnya, obrolan juga sering nabrak bahasan yang namanya nikah since my roommate is 2 years older than me -___- makanya jadi keluar kalimat, "Nal, kok kayaknya kita pubernya telat ya. Biasanya anak-anak masa-masa beginiannya udah sejak TPB lalu."
Saya heran deh. Kenapa belakangan ini saya gampang banget masuk ke kurayami? Sesungguhnya itu sangat menyebalkan. Saya ingin keluar dari sana tapi tapi tapi ... yah begitulah.
Tiba-tiba tadi malam saya kepikiran Amel, teman sebangku saya pas SMA. Akhirnya saya telfonan sama dia sekitar jam 11 malam. Hahaha. Ternyata kami mengalami hal yang sama. Hanya saja dia sudah melewatinya beberapa hari yang lalu.
Tuhan baik sekali membuat saya kepikiran untuk mengontak Amel. Dengan gaya bicara Amel yang menggebu-gebu dan memang dia lebih dewasa dibandingkan saya, bikin saya seneng ndengerin ceritanya. Hahaha.
Pelajaran dari obrolan tadi malam : Keluarlah! Tuhan akan mempertemukanmu dengan orang-orang yang akan membantumu. Mungkin tidak membantu masalahmu secara langsung, bisa jadi mereka dikirim untuk menghibur hatimu yang sedang gundah.
Ahaaa. Amel tadi malam mention kami dulu juga bisa melewati kesulitan masa SMA, kali ini pasti bisa. Ah jadi inget, ucapan saya dan Amel (tapi Amel lupa) pas di masjid SMA bahwa suatu saat kami akan berangkat bersama, naik kereta yang sama, saya ke Bandung dan dia ke Yogyakarta. Dan itu menjadi kenyataan dengan ketidaksengajaan. Hahaha
Huaaaaa sudah lama sekali ga ngikutin Bleach. Tiba-tiba saja kemarin teman sekamar mengabarkan kalau Oda (pengarang One Piece) memberikan selamat atas tamatnya cerita manga Bleach. WHAT??? UDAH SELESAI???
Oh maaaan, saya wacana melulu mau ngikutin manganya. Genre action, adventure gitu lebih seru dinikmati dalam bentuk anime, jadi males juga baca manganya. Hahaaa
Jadi kangen nonton Bleach. Itu anime favorit saya sampai zaman SMA -- Saya baru menyelesaikan nonton animenya pas SMA hahaha. Saking senengnya, Ichigo pernah jadi bahan saya ngerjain tugas Bahasa Inggris padahal temen yang lainnya ngebahas tokoh di dunia nyata. Sayang sekali animenya hanya sampai episode (kalau ga salah) 366. Selanjutnya cuma manga saja.
Haaaa, kangen Toshiro Hitsugaya dan Byakuya Kuchiki yang ganteng, juga Kon yang lucu bangets, dan tentunya Ichigo yang keren (tapi lebih ganteng Toshiro) >_<
Anyway, selamat ya, Tite Kubo. Akhirnya Bleach selesai setelah 15 tahun ^^
Ehm ... Saya memang masih mahasiswi sih. Tapi sudah di penghujung begini. Nah, entah kenapa saya menyebut posisi saya (yang harusnya bisa lulus kemarin Juli kalau mau usaha lebih) sebagai posisi transisi dari mahasiswa ke bukan mahasiswa -- manusia biasa. HAHAHA
Di suatu sore beberapa hari yang lalu, saya berjalan akan pulang dari kampus. Saya melihat sekeliling. Salah satu impresi yang saya rasakan : ramai. Namun ramainya menyenangkan. Dan saya baru sadar, dengan kacamata seseorang yang (semoga) akan menjadi manusia biasa ini, ternyata masa mahasiswa itu menyenangkan. Kalau saya lihat sih semenyenangkan main pas zaman kecil gitu lhooo. Ternyata mahasiswa itu semangat -- semangat masa muda. Beda banget lah sama manusia biasa meskipun dia mantan mahasiswa. Dan saya melihat semangat "paling unyu" itu di mahasiswa "tingkat muda". Iya. Semangat dan impresi mahasiswa di setiap tingkatnya memang berbeda hahaha.
Dan impresi yang sama saya rasakan pagi-pagi tadi saat saya dengan isengnya berangkat ke kampus meskipun ga ada kuliah. Melihat mereka yang berlari-lari, ada yang naik angkot juga, hahaha seneng ngelihatnya. Semangat sekali ...
Hihi, gini. Semua berawal dari impresi yang saya rasakan. Dalam agama saya terdapat beberapa (sebut saja) ungkapan dalam Bahasa Arab untuk mengungkapkan (bisa dibilang) ekspresi sesuai situasi tertentu. Mari ambil contoh Alhamdulillah dan Astaghfirullahaladziim.
Dua kata tsb memberikan impresi yang berbeda. Kalimat Alhamdulillah diucapkan sebagai ungkapan syukur, yang artinya besar kemungkinan kalimat ini diungkapkan dalam suasana bahagia. Sedangkan kalimat Astaghfirullahaladziim adalah ungkapan permohonan ampun. Kalimat ini berkaitan dengan pengalaman atau hal buruk dan biasa diucapkan dalam rangka penyesalan.
Nah, saya menemukan sesuatu beberapa waktu yang lalu nih. Beberapa hari yang lalu saya sedang "kurang bener". Woh negative thoughts came to my mind laaa. Lalu saya mengucapkan Astaghfirullahaladziim berkali-kali. Ceritanya menyesal dan sedih banget -- meratapi nasib kali ya. Cukup lama, ga ilang-ilang rasanya. Lalu saya ingat pernah disuruh untuk membiasakan mengucap Hamdalah walaupun hatinya belum ikut. Jadi saya coba tuh. Cuma mengucap hamdalah tanpa meresapi artinya. Rasanya sedikit tenang. Lalu saya coba lebih dalami, setiap mengucap hamdalah, saya coba mengingat satu nikmat. Semakin lega.
Nah dari situlah saya berpikir. Jika impresi itu terjadi pada subyek-yang-sudah-mengerti-maksud-kalimat-tsb hanya dengan mengucapkannya meskipun hatinya belum ikut, maka apakah hal yang sama akan terjadi pada orang yang belum mengerti sama sekali apa maksud kalimat tsb?
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ﴿٦﴾
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Q.S. Al-Insyirah : 5-6
Berdasarkan terjemahan yang banyak saya temui, ayat di atas diartikan ya seperti terjemahan di atas. Kata مَعَ diterjemahkan menjadi sesudah. Hingga beberapa waktu yang lalu ngobrol dikit dengan bapak, beliau bilang artinya "sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan". Saya jadi baru ingat, dulu selama saya ikut ngaji kitab ala anak pondok gitu, kata مَعَ diartikan "sartane" atau "beserta" dalam Bahasa Indonesia.
Ini mungkin agak ga penting sih. Haha. Saya belum mempelajari ilmu shorof secara dalam. Masih cetek kali pengetahuan saya ini. Tapi berkat obrolan itu entah kenapa saya lebih setuju bahwa maksud ayat tsb sebenarnya di setiap kesulitan itu beneran ada kemudahan di dekatnya. Bukan kemudahan datang setelah kesulitan itu berlalu tetapi bersamaan dengan datangnya kesulitan itu Tuhan sudah memberikan kemudahan sepaket dengannya. Tinggal masalah waktu saja kita dapat melihat kemudahan itu. Lagipula, kesulitan dapat berlalu karena ada kemudahan, bukan? Jadi memang JALAN KELUAR ITU ADA TEPAT BERSAMA KESULITAN ITU ADA. Itu janji Allah.
Berdasarkan apa yang saya barusan pikirkan, dimulai dari mengamati diri saya sendiri sih sebenarnya hihi, sakitnya manusia itu ada tiga jenis : Sakit fisik, sakit jiwa secara psikologi, dan sakit jiwa secara spiritual. Sayangnya, sepertinya ketiga jenis komponen ini (fisik, psikologi dan spiritual) saling berpengaruh.
Saya pikir ada hubungan sangat erat antara keadaan jiwa spiritual dan psikologi seseorang. Sejauh pengamatan saya, orang-orang yang baik spiritualitasnya memiliki kedamaian yang terlihat pada dirinya. Bagaimanapun kondisi di dunia fisiknya, orang tsb tetap tampak bahagia (saya yakin dalam dirinya juga bahagia atau lebih tepat jika saya katakan tentram). Sedangkan saat kondisi spiritualitasnya, maaf, sedang kurang baik. sisi negatifnya keluar. Bingung dalam pikirannya sendiri. Dan ini men-drive pikiran dan sikap negatif keluar. Mentally affected.
Namun saya belum mengamati bagaimana dengan kasus orang yang katanya tidak percaya dengan Tuhan.
Singkatnya, saya menemukan (dan ini hanya pengamatan amatir) bahwa kondisi spiritual mempengaruhi kondisi mental sesorang, mempengaruhi pikirannya. Pikiran-pikiran ini men-drive fisiknya untuk menyesuaikan diri. Otak juga bekerja berdasarkan kondisi emosi juga bukan? Muncullah hormon-hormon untuk mengekspresikan kondisi mental itu. Akhirnya semua ini membentuk ekspresi fisiknya. Wal hasil kita bisa melihat bagaimana kondisi fisik orang yang bahagia, orang yang sedih, orang yang tanpa tujuan, dll.
Banyak kan kita menemukan orang yang sakit karena terlalu banyak beban pikiran? Tapi banyak juga kita temukan sesorang yang sakit kondisinya membaik dengan cepat setelah mentalnya tenang. Dan entah kenapa sepengamatan saya mental yang tenang ini didapatkan setelah ada kata pasrah "tertempel di jidatnya" atau dia menjadi pribadi yang bersyukur atas apa yang dia miliki saat ini.
Hingga saat ini, saya belum menemukan hubungan yang sebaliknya dari ketiga komponen ini : fisik individu mempengaruhi mentalnya sendiri atau mental yang mempengaruhi keadaan spiritual.
Kondisi fisik lingkungan sekitar memang dapat mempengaruhi mental seseorang. Namun bagaimana seseorang bereaksi terhadap stimulus dari luar, menurut saya juga bergantung pada bagaimana kondisi spiritualnya saat itu.
***ah ngomong apa kau, Nal***
Jika menurut pembaca ada yang salah dengan apa yang saya pikirkan. mohon luruskan.
Finally, yesterday was the farewell of internship session 2 :(
As usual, there is withdrawal syndrome but not as much as the first one. Sedih sih. Kemarin kami harus memberesi perkakas-perkakas itu. And we forgot to take photo with our supervisor. Hiks.
one have been done. So what's next? How will you start your next concern?
Saya sudah banyak ngepost behind the scene yah. *di post ini percakapannya ga persis aslinya. Ya kali saya bisa inget persis detilnya.*
Hari Jumat, 15 Juni 2016 adalah satu-satunya hari selama saya di Singapur tanpa jalan-jalan. Saya dan teman sekelompok (dan sebenarnya juga kelompok lain) mempersiapkan presentasi untuk esok harinya.
Tapi saya ga berniat cerita momen itu di post ini eheheee.
Sabtu malam adalah malam terakhir kami di Singapur dan malam paling berkesan menurut saya. Sore hari kami mengunjungi Gardens By The Bay since we got free tickets haha. Pertama kalinya kami main tanpa ditemani teman-teman dari Singapura. Kami mbolang saja, kalau kata anak-anak mah, "let's get lost together". Padahal naik MRT itu gampang banget. Tinggal memahami makna gambar-gambar rute di stasiun maka InsyaAllah tidak akan nyasar.
Gardens By The Bay
Sebenernya ini surga dunia buat saya. Saya yang awalnya capek, bahkan sampai tidur berdiri di MRT, langsung beneran melek pas sampai sana. Sayang sekali hp saya mati kala itu. Aaaah saya hanya bisa mememorikannya dengan indra dan memori alam saya, BTW kenapa surga dunia, Nal? Soalnya di sana banyak banget tumbuhan dan yang lebih penting, banyak banget bunga karena memang yang "disajikan" di sana ya tumbuh-tumbuhan itu. Sayang sih rame dan waktunya singkat. Hahahaaa
Tiga tempat kami kunjungi : Skywalk, Flower Dome dan Cloud Forest.
flower dome. sumber gambar : google
skywalk. sumber gambar : google
cloud forest. sumber gambar : google
Seneng banget bisa lihat segitu banyak tanaman dan ditata sebegitu rapinya, Sejuk banget di dalam flower dome (yang saya yakin itu juga efek pengatur suhu ruangan) dan di cloud forest (itu sih karena efek air terjun buatannya). Waw keren banget. Cloud forest adalah "taman" vertikal paling gede yang pernah saya lihat sampai saat ini. Saya berimajinasi, saya bisa jalan santai, pelan, merentangkan tangan, menikmati semuanya sampek merem2. Gitu deh. Kayak di film2. Sayangnya itu hanya imajinasi.
Sayang banget lah rame dan waktunya sedikit jadi kurang menikmati gitu. Kami harus segera caw karena kami janjian dengan teman-teman Indomie (Leg Singapur yang ke Bandung, memberi nama grup mereka "Indomie"). Kami mau makan bareng dan menikmati malam terakhir kami bersama di Singapur.
Makanan Indonesia di Singapur : Ayam Penyet Ria *ga promosi
Kami makan di Ayam Penyet Ria. Relatif lebih murah daripada di restoran Thailand yang kami kunjungi sebelumnya. Saya baru sadar, porsi ayamnya gedhe banget. Kelihatan banget sih "ayam suntikan". Di Indonesia juga "ayam suntikan" sih tapi ga segedhe itu. Karena sebuah pikiran yang muncul beberapa hari sebelumnya, saya jadi ga mau makan ayam di sana. Hahahaa. Wal hasil pesen udang deh.
Orang mabuk
Malam itu juga berkesan karena itu adalah pertama kalinya saya melihat orang mabuk secara langsung. Setelah makan, kami pulang. Kami berpisah dengan teman-teman Indomie di stasiun Orchard (kalau ga salah). Sebelum berpisah, kami bertemu dengan Bennet dan dua orang temannya. Mereka bertiga lagi mabuk. Dua temannya udah cukup lost control. Hahahaaa ternyata orang mabuk itu gitu to mukanya. Merah merona, ngomong ga jelas, jalannya ga bener. Hahahaaaa. Tapi serem euy.
Let's get lost together
Malam itu pertama kalinya kami pulang tidak diantar sama sekali. Kami bersembilan dilepas di stasiun itu (Salah satu dari kami ikutan mereka clubbing). Kami hanya diberi tahu untuk ke Stn.Botanic Gardens lalu naik bus 151. Dan di malam itulah, akhirnya Siwo beneran bertindak menjadi leader dan buddy kami. Dia menggantikan kerjaan Glennson selama ini. Hahahaa malam itu dia menghitung jumlah kami setiap beberapa waktu sekali. Hahahaaaa.
Kami sampai di Botanic Gardens. Kami langsung mencari halte bus terdekat. Tinggal kurang dari 20 meter dari halte bus, kami melihat bus 151 sudah sekitar 15 meter menjauh dari halte. Bus nya sudah berangkat. Panik deh panik. Diva yang punya apps buat liat jadwal kedatangan bus, ga bisa nemu bus 151 lagi di halte itu. Makin panik nih.
Bertanyalah saya ke orang di Halte.
"Excuse me. Anooo. What time is the last bus will be?"
"I think it depends on the bus. You can see it on the board."
Jalan ke papan. Ngecek.
"guys, what time is it?"
"OMG, that was the last bus!"
Makin panik makin panik. Tanya orang lagi. Orang yang sama.
"Emmm do you know how to get to University Town? Umm I mean NUS."
Orangnya ga tahu. Tapi ada orang lain yang njawab.
"I think you better take MRT to Clementi"
"Ah OK. Thank you."
Berlarianlah kami cepat-cepat menuju stasiun kembali. Kami memutuskan untuk naik kereta sampai Buona Vista lalu naik bus 196, seperti biasa. Suasananya panik nih. Soalnya MRT hanya beroperasi sampai jam 11pm
"Kalau nanti pas sampek di sana busnya udah abis, yaudah sih, nanti jalan."
"Kan kalau begini ada sesuatu yang mengesankan gitu kan. Malam terakhir ketinggalan bus. Jalan sampek kampus. Nanti pasti paling diinget tuh."
(up) entah siapa yang komentar gitu hahaha.
Saya pernah keliling sendirian di Buona Vista di hari pertama saya sampai di Singapur. Saya tahu jalannya. Tapi ya kurang mantep gitu. Secara, kemampuan mengingat saya ini ... perlu ditingkatkan. Yang paling panik Diva sih.
"Kaaak, ayo cepet!" kata Diva.
Si Wahid di belakang berusaha menenangkan, "Tenang. Kalem. Hati-hati jalannya. Tenang-tenang. Gue anak keamanan kok." So what? Apa hubungannya sama maneh anak keamanan OSKM, Hid?
Pas saya nunjukin jalan, yang kelihatan malah menuju MRT lain (padahal itu memang jalannya). Diva panik banget nih. "Kak, ga ada jalannya ini." Dia balik naik eskalator ke atas. Shasa dan Laras pun ikutan.
"Guys, Itu ada jalan keluar!! Guys, Itu ada jalan keluar!!" Saya teriak-teriak di lorong stasiun yang udah sepi karena udah mau jam 11. Saya jadi ikutan panik coy.
Akhirnya, they followed me and we found Opp Buona Vista bus stop. Bus selanjutnya masih sekitar 10 menit kemudian. Aman.
Pelajaran yang kami dapat di malam terakhir kami di Singapur
Don't let panicked girl lead the way
Begitulah malam terakhir kami. Epic tapi menyenangkan.
Tumben sekali hari ini saya tidak telat masuk ke kantor. Ternyata berangkat pagi hari ini menyenangkan karena suasananya membawa nostalgia. Ahaaaa~
Suasana pagi sisa guyuran hujan semalam memang menyenangkan. Dingin namun mengingatkan akan "kehangatan" suasana pagi di rumah. Memangnya suasana pagimu sehangat apa? Emm mungkin sehangat duduk di depan perapian, nggangguin ibu masak. Mungkin juga sehangat susu buatan Ibu. Alaaaah.
Pagi ini membawa memori dibonceng bapak untuk diantar ke sekolah. Melewati sedikit persawahan yang berkabut. Ah, tiba-tiba saja kangen dibonceng bapak. Jadi kangen rumah begini. Padahal belakangan sedang ga pengen pulang ke rumah walaupun sudah berkali-kali ditanyai "nanti tanggal 12 jadi pulang ga?". Apa nanti saya jadi pulang saja ya?
Jarang-jarang saya ketagihan drama korea begini. Saya baru nonton drama korea yang agak serius nih. Judulnya Beautiful Mind. Bercerita tentang kehidupan kedokteran, utamanya kehidupan tokoh utama yang psikopat dan perlahan jadi normal. Saya ketagihan nih. Eh apa ini cuma withdrawal syndrome doang ya? Haha. Misteri, psikologi, medis, politik, sedikit romance, dan banyak hal yang berhubungan dengan mata kuliah Etika Profesi dan Rekayasa ada di drama itu. Karena porsi romance-nya yang sedikit dan tokohnya yang punya social disorder, lebih spesifiknya tidak bisa merasakan, mengekspresikan emosi dan membaca emosi orang lain, ditambah tokohnya diposisikan di usia "cukup tua", membuat romance-nya jadi sweet dan kadang kocak gitu. Sayang banget sih tokoh utamanya yang cowo kurang muda jadi kelihatan banget gap umur cowo dan cewe dengan hanya melihat mukanya.
Gara-gara nonton drama ini saya jadi mikir, politik itu rumit sekali. Atau mungkin sebenarnya yang membuat rumit itu politik tidak bersih? Hahahaaa. Kepikiran juga ternyata menjadi dokter adalah sebuah tanggung jawab yang besar. Besar banget. Urusannya sama nyawa orang lagi. Dan menjadi dokter yang baik itu lebih berat lagi. WOW.
Tenyata tubuh saya bisa beradaptasi cukup cekat dengan cuaca panas di Singapur. Mulai hari kedua panasnya sudah terasa biasa saja.
Saya sangat berterima kasih pada panitia AUS yang memberikan kesempatan main-main gratis eheheee. Hari kedua saya mengikuti AUS, kami diberi tiket ke National Gallery Singapore. Emmm bagi saya itu kunjungan yang menyenangkan. Bagi teman-teman yang lain sepertinya biasa saja. Menyenangkan bisa melihat karya seni begitu. Kok bingung apa yang mau saya ceritakan di galeri ini. Kami akhirnya foto bersama di rooftopnya. Ihirr, akhirnya ngepost foto.
Let me Introduce.
From the back-left side : Siwo, Riva, Glennson, Daniel, Cheryl, Laras, Me, Diva. Di depannya ada Ghani, Shasa, Ojan dan Wahid.
Selanjutnya kami ke Bugis Road. Itu juga tempat buat belanja. Oh maaaan, di sana jauh lebih murah daripada di tempat beli oleh oleh yang kami kunjungi sehari sebelumnya (Mustafa Center). Sangat menggoda untuk belanja tapi ... no. Harus mengontrol diri. Hahahaa. Dengan obrolan singkat dengan dua orang diantara mereka, saya tahu ternyata ada orang yang menganggap belanja-belanja aja, kan itu uang orang tua, kalau uang sendiri sih baru pikir-pikir. Okay.
Selanjutnya kami dinner di restoran Thailand. Teman-teman yang sudah berhari-hari di Singapur sungguh sangat berbahagia karena akhirnya makan makanan yang lebih berbumbu. Biasanya kan hambar, kalau ga gitu rasanya aneh di lidah. Tidak ada yang special.
Tak ada yang special hingga kami menemukan ... kalau kata Ojan mah, pintu paling "berfaedah" sedunia. Ada video kocaknya sih tapi di hapenya Ghani. Saya kasih ilustrasinya deh.
Itu pintu buat apa yak? Do you get it? Ah sudahlah kalau tak mengerti.
Selama di sana, biasanya yang mengantar kami kembali hanyalah Glennson seorang. Yang lainnya kalau ga pulang duluan ya main ke club. Hari itu juga. Ada kejadian lucu dimana Glennson panik minta ampun karena sebagian dari kami tiba-tiba tak terlihat sejauh mata memandang. Dikiranya sebagian dari kami masuk kereta duluan di platform yang salah.
"Hei, where's the others? They don't take that train, right? Someone call them! Call them! Oh my God, THIS IS UNBELIEVABLE. I just checked that way and when I turn they're gone." *kurang lebih ngomongnya gitu lah.
Dan "THIS IS UNBELIEVABLE" menjadi gurauan hingga saat ini karena ekspresinya Glennson sungguh lucu. Hahahaa. Ternyata yang lainnya itu ketinggalan, Ez-link cardnya Shasa bermasalah jadi sempat ga bisa lewat pintunya.
Dan selanjutnya kejadian cukup horor menimpa suite saya ...
Kok I don't get any point of this post. Ya cuma cerita saja sih hahaha
Tersentil oleh beberapa kalimat di blog Mbak Diana.
But really, who want to expect something bad comes as the change? I don't. You may not want it too. But it could be happened, right? Then what should we do when we think a bad change comes to our way? Respond it. Change yourself. Change the way you think it is a bad change. It may come to your way in a purpose, which you have not understood yet. Or it comes for your own good, which you have not understood yet too.
Ini yang saya bingung, bagaimana membuat orang Indonesia mau jalan dikit. Sebenarnya sejak saya tingkat pertama, dosen Fisika Dasar saya (yang sampai sekarang masih ganteng dan saya masih kagum dengan beliau) menasehati kami sekelas agar menggunakan halte dengan benar. Faktanya, sampai saat ini halte ga jelas buat apa. Kebanyakan orang (atau malah semua orang?) maunya berhenti di depan tempat yang dia tuju. Makanya, dulu beliau bilang ,"Pokoknya mulai besok, kalau sampai saya lihat kalian naik angkot ke kampus, trus turunnya ga di halte, awas saja."
Hihihi, tapi sampai sekarang saya juga masih turun dari angkot ga di halte.
Saat mengikuti AUS kemarin, saya mengalami yang namanya banyak jalan. Karena yaaa bus atau kereta yang dinaiki kan harus berhenti di tempatnya berhenti. Dan saya senang, masyarakat di sana mau mentaatinya.
Akhirnya saya jadi berpikir (lagi), kenapa di Indonesia masih belum bisa? Di Indonesia, orang maunya turun di tempat terdekat dengan tujuannya. Membuat angkutan umum berhenti di tempat yang tidak seharusnya berhenti lalu membuat pengguna jalan lain terganggu dan yang terganggu biasanya akan membunyikan klaksonnya "tiinn ... tiiin ... " "tiit.. tiiit" and I hate that. I hate that they can't be patient. Etapi salah pengguuna angkotnya sih. Etapi harusnya pengguna yang lain juga tahu, Indonesia masih begini sistem transportasi umumnya. Ah entahlah, mana yang salah.
Jadi kenapa ga bisa seperti di negara yang lebih maju, yang mau berhenti di halte walaupun harus jalan lagi?
The first thing comes to my mind is regulation. Kenapa di negara maju bisa? Ya karena sudah diberi aturan begitu dan masyarakatnya disiplin.
Yang kedua, saya jadi mikir. tempat pemberhentian angkutan umum yang disediakan apakah sudah cukup dan memadai? Saya tak tahu optimalnya tempat pemberhentian macam itu ada setiap berapa ratus meter. I think, Urban-Planning people know more about it.
Untuk infrastruktur saya pikir bukan masalah yang sulit. Maaf, yang saya tahu, ya untuk infrastruktur tinggal mengikuti bagaimana prosedur embuatan fasilitas umum dan bla bla bla. Menurut saya yang jauh lebih sulit adalah bagaimana mengubah mindset dan kebiasaan masyarakat.
Jadi bagaimana? Saya baru segini saja mikirinnya. Masih terlalu dangkal? Iya. Masih omong doang? Iya.