Belajar Bahasa

Menurut saya, belajar bahasa itu menarik. Setelah melalui beberapa waktu, saya menemukan bagaimana pola belajar bahasa yang saya alami. Pertama, saya akan belajar aksara dari bahasa yang berkaitan. Selanjutnya saya akan sangat bahagia dapat membaca tulisan yang disajikan walaupun masih ah eum ah eum. Proses ah-eum yang berkali-kali itu sungguh menyenangkan. Saya bisa ketawa-ketawa sendiri sambil melakukannya.

Selanjutnya, saya akan mencari-cari di situs yang dapat membantu saya. Untuk belajar Bahasa Korea, saya menemukan channel youtube yang cukup membantu. "Alat" ini memberkan pembelajaran dengan memberitahukan ungkapan-ungkapan terlebih dahulu. Untuk belajar Bahasa Jepang, saya memanfaatkan file audio-dan-teksnya yang disediakan sebuah radio. Dalam "alat" yang ini materi disajikan dalam percakapan yang selanjutnya diartikan per kata dan dijelaskan bagaimana teorinya. Ditambah juga pengetahuan tentang hal unik dari jepang. Kalau di edisi keduanya, dia memberikan fun fact kata tiruan bunyi. Satu pelajaran hanya sekitar sepuluh menit, sudah meliputi percakapan, pengartian, penjelasan dan fun fact. Sebenarnya saya juga menemukan hal serupa untuk belajar Bahasa Korea hanya saja setahu saya tidak ada buku teksnya seperti yang disediakan radio jepang tadi dan saya kurang nyaman dengan penyajiannya.

Nah di luar itu, karena saya sering nonton anime dan belakangan sedang terjebak suka nonton drama korea, dan sebenarnya juga mendengarkan lagu korea, secara tak langsung ini melatih listening. Dan saya menemukan ungkapan-ungkapan yang saya mengerti tujuan pengungkapannya meski belum tahu bagaimana pengejaannya. Tak apa, ini menambah pengetahuan haha. Kalau tak begitu, saya menemukan sebuah kata yang tiba-tiba jelas di kuping saya, membuat saya penasaran artinya apa. Oleh karena itu perlu punya kamus. Agar praktis sih, saya menggunakan Google Translate. Kan ga perlu banyak-banyak kamus haha.

Ada hal lain juga yang dilakukan, yaitu donlod aplikasi untuk belajar bahasa yang bersangkutan. Biasanya aplikasi seperti ini membantu memperkaya vocabulary. Nonton juga bisa kok memperkaya vocab hahah.

Ini sebenernya bukan berniat menyarankan kalian yang udah gede bagaimana belajar bahasa ataupun ingin mengatakan bahwa cara belajar bahasa saya baik tapi tadi sore saya kepikiran sesuatu. Gini. Saya tidak tahu bagaimana sistem pembelajaran bahasa asing (biasanya Bahasa Inggris) di Sekolah Dasar di daerah kota, saya hanya tahu bagaimana sistem di daerah tempat tinggal saya yang notabene daerah desa. Dan tentunya saya banyak tahunya di zaman saya sekolah haha.

Setahu saya, sistem mengajarkan bahasa asingnya di sekolah dasar hanya menggunakan buku saja. Hanya teks yang kemudian akan diikuti oleh beberapa pertanyaan. Juga ada penjelasan bermacam-macam grammar yang sampai saat ini pun saya juga ga ngerti -- saya menggunakan bahasa inggris sampai sekarang ya seenaknya saja, kalau kalimatnya dirasa enak ya udah gunakan saja -- ini juga bagaimana saya mengerjakan sebuah tes bahasa inggris hahaha (pengetahuan tentang grammar juga cukup membantu sih haha). Saya pikir, hanya dengan metode seperti itu akan membuat bosan dan melelahkan karena membuat terlalu sering membuka kamus.

Saya baru pertama kali dikenalkan dengan yang namanya listening di kelas 8 (ga tau ya kalau sekarang). Itu pun di selanjutnya hanya ketemu listening di try out UN dan UN di kelas 9. (10 Okt : Dan saya baru ingat ternyata UN SMP zaman saya ga ada listeningnya. Berarti saya baru dapet listening lagi pas SMA haha)

Nah, kenapa tidak sejak awal belajar bahasa di sekolah dasar dibuat fun? kenapa listening tidak diberikan sejak pertama kali belajar bahasa? saya ga tau sih kalau saja di sekolah dasar di suatu daerah sudah melakukannya. Saya merasa, dengan memberikan listening sejak dini, siswa menjadi lebih terbiasa dengan pengucapan dan mungkin juga aksen bahasa asing tsb. Apalagi jika metode seperti yang digunakan oleh radio jepang tadi digunakan. Sambil mendengarkan, siswa dapat menyimak melalui bukunya sehingga siswa tahu yang diucapkan itu apa. Ditambah dengan pengartian dan penjelasan lebih lanjut akan membantu memperkaya vocab anak sekaligus membantu memahami teorinya. Bukankah prosesnya menjedi lebih cepat dan menyenangkan? Kalaupun bukan audio, bisa saja diberikan video cerita,dan jangan lupa subtitle disertakan. Namun sayangnya cara ini hanya membuat anak tahu apa yang diucapkan, belum tentu mengerti maksudnya. Lagipula, belum semua sekolah di Indonesia, bahkan daerah Pulau Jawa, mempunyai fasilitas proyektor kan? Jadi menurut saya menggunakan audio dan buku teks dengan guru yang berkorban sedikit untuk membawa peralatan, misal tape, adalah pilihan yang bagus.

Yaaah, itu hanya opini saya berdasarkan fenomena yang saya ketahui di dekat saya. Banyak kenyataan di luar sana yang belum saya ketahui. Kalau toh ternyata apa yang saya opinikan sudah dilakukan, baguslah.

Comments

Popular posts from this blog

Es Wawan