Jalan Dikit Ga Masalah laaah

Ini yang saya bingung, bagaimana membuat orang Indonesia mau jalan dikit. Sebenarnya sejak saya tingkat pertama, dosen Fisika  Dasar saya (yang sampai sekarang masih ganteng dan saya masih kagum dengan beliau) menasehati kami sekelas agar menggunakan halte dengan benar. Faktanya, sampai saat ini halte ga jelas buat apa. Kebanyakan orang (atau malah semua orang?) maunya berhenti di depan tempat yang dia tuju. Makanya, dulu beliau bilang ,"Pokoknya mulai besok, kalau sampai saya lihat kalian naik angkot ke kampus, trus turunnya ga di halte, awas saja."

Hihihi, tapi sampai sekarang saya juga masih turun dari angkot ga di halte.

Saat mengikuti AUS kemarin, saya mengalami yang namanya banyak jalan. Karena yaaa bus atau kereta yang dinaiki kan harus berhenti di tempatnya berhenti. Dan saya senang, masyarakat di sana mau mentaatinya.

Akhirnya saya jadi berpikir (lagi), kenapa di Indonesia masih belum bisa? Di Indonesia, orang maunya turun di tempat terdekat dengan tujuannya. Membuat angkutan umum berhenti di tempat yang tidak seharusnya berhenti lalu membuat pengguna jalan lain terganggu dan yang terganggu biasanya akan membunyikan klaksonnya "tiinn ... tiiin ... " "tiit.. tiiit" and I hate that. I hate that they can't be patient. Etapi salah pengguuna angkotnya sih. Etapi harusnya pengguna yang lain juga tahu, Indonesia masih begini sistem transportasi umumnya. Ah entahlah, mana yang salah.

Jadi kenapa ga bisa seperti di negara yang lebih maju, yang mau berhenti di halte walaupun harus jalan lagi?

The first thing comes to my mind is regulation. Kenapa di negara maju bisa? Ya karena sudah diberi aturan begitu dan masyarakatnya disiplin.

Yang kedua, saya jadi mikir. tempat pemberhentian angkutan umum yang disediakan apakah sudah cukup dan memadai? Saya tak tahu optimalnya tempat pemberhentian macam itu ada setiap berapa ratus meter. I think, Urban-Planning people know more about it.

Untuk infrastruktur saya pikir bukan masalah yang sulit. Maaf, yang saya tahu, ya untuk infrastruktur tinggal mengikuti bagaimana prosedur embuatan fasilitas umum dan bla bla bla. Menurut saya yang jauh lebih sulit adalah bagaimana mengubah mindset dan kebiasaan masyarakat.

Jadi bagaimana? Saya baru segini saja mikirinnya. Masih terlalu dangkal? Iya. Masih omong doang? Iya.

Comments

Popular posts from this blog

Es Wawan