AUS : Behind The Scene - Part 4
Hari Rabu, 13 Juli 2016, setelah agenda AUS hari itu selesai, saya diajak teman-teman untuk main. Kami pergi ke Mustafa Center. Ceritanya beli oleh-oleh. WOW, saya baru nyampe udah beli oleh-oleh saja. Well, cerita beli oleh-olehnya ga penting.
My first ez-link card -- kawaii~
Karena sebelumnya saya menggunakan standard ticket untuk naik MRT, hari itu juga saya langsung membeli ez-link card. Biayanya cukup mahal euy huhu. Teman-teman yang lain yang sudah membeli sebelumnya mendapatkan edisi Marvell. Gambarnya macho gitu. Nah, saat saya membeli, kebetulan edisinya unyuu banget. Warnanya pink pula.
Adab naik eskalator
Dari dulu selama di Indonesia saya bingung, sebenernya kita naik eskalator itu harus di sebelah mana sih? Kiri atau kanan?
Nah pas saya di Singapur, awalnya saya cuma ngekor orang depan saya. Berdiri di sebelah kiri. Lalu saya iseng tanya ke Cheryl,
"Cheryl, ummm, in Singapore, where should we stand when we taking escalator?"
Katanya, "Kalau kamu naik hanya akan diam berdiri di eskalator, kamu ambil sisi sebelah kiri. Kalau kamu ambil sebelah kanan, kamu harus berjalan naik tangga eskalator karena itu untuk memberi jalan orang yang buru-buru."
Okay. Karena di Singapur sama seperti di Indonesia, orang berjalan di sebelah kiri, maka saya akan mengikutinya.
Jadi kawan, naik eskalator itu berdirinya satu anak tangga satu orang. Kalau mau santai, mari naik eskalator di sebelah kiri. Biarkan orang yang butuh cepat jalan di sebelah kanan. Atau kalau kalian tidak mau mengantri di sebelah kiri, just take the right side dan naik tangga sebentar, baru ngobrol dengan teman.
Naik MRT
Hari pertama jalan-jalan dengan teman2, saya tidak terlalu kaget dengan MRT. Well, kalian tahu kan, di angkutan umum biasanya ada kursi khusus untuk orang tua/ibu hamil/orang cacat/orang membawa balita. Kursi itu diharapkan dikosongkan bagi orang yang normal.
Well, most of the time I rode MRT, it goes well. Tapi ada juga saat dimana saya menemukan kursi itu diduduki oleh orang yang bukan semestinya.
Ada suatu saat saya capek banget, sampek tidur sambil berdiri di MRT. Keretanya penuh. Teman saya (anak Indonesia) menyuruh saya duduk di reserved seat itu. Katanya, "gapapa. Kan belum ada orang yang seperti disebutkan. Nanti kalau ada, baru dikasih." Saya tetep kekeh mending berdiri saja sih. Soalnya saya mau tidur. Kalau nanti ada orang tua trus saya tidur kan ya gimana yaaa. Well, saya ga tahu apakah pemikiran teman saya itu benar atau tidak. Setahu saya, di negara seperti Jepang, mereka akan mengosongkan kursi itu bagaimanapun keadannya. Ga tahu apakah itu beneran atau engga. Tapi saya juga mikir, kalau orang nya memang beneran capek gimana?
Ya mari kita pikirkan.
Yang jelas, intinya berikan hak kepada yang berhak.
BTW, selama saya di Singapur, sejak pertama kali saya naik MRT, saya selalu berharap bisa ketemu Kak Sy -- Orang yang pengen saya kenal dan menjadikannya teman jadi saya bisa tanya-tanya pengalamannya sepuasnya. Dia kan kerja di Singapur. Tapi ternyata tak terkabulkan. Hahahaa
Pilah sampah
Pertama kali saya sarapan di NUS, manusia-manusia peserta AUS membereskan makannya ya gitu saja. Saya pikir mereka akan memilah-milahnya. Ternyata ya sudah, semua dimasukkan di satu trash bag. Saya ga tahu bagaiamana kebijakan di Singapur tentang sampah karena seingat saya, SAYA GA NEMU TEMPAT SAMPAH DI MANAPUN DI PINGGIR JALAN. Tapi percayalah, LINGKUNGANNYA BERSIH, BERSIH BANGET. Hanya manusia yang terlalu banyak yang membuat saya kurang nyaman.
Jalannya cukup sepi
Jalan raya di sana cukup sepi karena jarang yang menggunakan mobil pribadi. Dan yang lebih penting, selama saya di sana, saya tidak pernah mendengar suara klakson. Tertib. Iya tertib banget.
Banyak orang menggunakan public transport. Makanya stasiunnya ramai.
Untuk menyebrang, mereka menyebrang pada tempatnya : Zebra cross, jembatan penyebrangan, atau lewat jalan di bawah tanah (saya lupa sebutannya) -- seperti yang pernah saya lakukan untuk menemukan Stn Opp Buona Vista dari posisi awal saya di Stn Buona Vista, saya berjalan lewat bawah tanah, tak tahu kemana arahnya. Dan ternyata hal yang sebenarnya saya lakukan adalah menuju ke halte seberangnya hahaha.
Pedestrian first. Walaupun sudah ada pengatur penyebrangan dengan traffic light, tapi jika masih ada pedestrian yang baru nyebrang di detik-detik terakhir dan tiba-tiba kendaraan harus jalan, biasanya yang bawa kendaraan akan berhenti menunggu pejalan kaki menyebrang. Dan sekali lagi, tidak ada suara klakson.
Ternyata naik kereta lama
Hal ini kami, anak Indonesia, bicarakan saat kami main ke Gardens By The Bay (Cerita Gardens By The Bay nanti saja ya). Mereka merasa, naik kereta ke sana lama sekali padahal sebelumnya mereka ke Marina Bay naik bus lebih cepat. Akhirnya ada yang angkat bicara, "kalau naik kereta itu lama karena rutenya jadi ga langsung, tapi berbelok gitu. Makanya sebenernya orang sini juga agak males naik kereta."
Lhoh kok rasanya kontradiktif? Males naik kereta, tapi keretanya rame lhoo. Jalan rayanya cukup sepi lhooo.
Ya gitu deh pokoknya. Semoga membuat kita introspeksi diri untuk memperbaiki bagaimana cara hidup kita dan bagaimana kita berhubungan dengan orang di fasilitas umum.
I envy them for being discipline and not selfish.
My first ez-link card -- kawaii~
Karena sebelumnya saya menggunakan standard ticket untuk naik MRT, hari itu juga saya langsung membeli ez-link card. Biayanya cukup mahal euy huhu. Teman-teman yang lain yang sudah membeli sebelumnya mendapatkan edisi Marvell. Gambarnya macho gitu. Nah, saat saya membeli, kebetulan edisinya unyuu banget. Warnanya pink pula.
Adab naik eskalator
Dari dulu selama di Indonesia saya bingung, sebenernya kita naik eskalator itu harus di sebelah mana sih? Kiri atau kanan?
Nah pas saya di Singapur, awalnya saya cuma ngekor orang depan saya. Berdiri di sebelah kiri. Lalu saya iseng tanya ke Cheryl,
"Cheryl, ummm, in Singapore, where should we stand when we taking escalator?"
Katanya, "Kalau kamu naik hanya akan diam berdiri di eskalator, kamu ambil sisi sebelah kiri. Kalau kamu ambil sebelah kanan, kamu harus berjalan naik tangga eskalator karena itu untuk memberi jalan orang yang buru-buru."
Okay. Karena di Singapur sama seperti di Indonesia, orang berjalan di sebelah kiri, maka saya akan mengikutinya.
Jadi kawan, naik eskalator itu berdirinya satu anak tangga satu orang. Kalau mau santai, mari naik eskalator di sebelah kiri. Biarkan orang yang butuh cepat jalan di sebelah kanan. Atau kalau kalian tidak mau mengantri di sebelah kiri, just take the right side dan naik tangga sebentar, baru ngobrol dengan teman.
Naik MRT
Hari pertama jalan-jalan dengan teman2, saya tidak terlalu kaget dengan MRT. Well, kalian tahu kan, di angkutan umum biasanya ada kursi khusus untuk orang tua/ibu hamil/orang cacat/orang membawa balita. Kursi itu diharapkan dikosongkan bagi orang yang normal.
Well, most of the time I rode MRT, it goes well. Tapi ada juga saat dimana saya menemukan kursi itu diduduki oleh orang yang bukan semestinya.
Ada suatu saat saya capek banget, sampek tidur sambil berdiri di MRT. Keretanya penuh. Teman saya (anak Indonesia) menyuruh saya duduk di reserved seat itu. Katanya, "gapapa. Kan belum ada orang yang seperti disebutkan. Nanti kalau ada, baru dikasih." Saya tetep kekeh mending berdiri saja sih. Soalnya saya mau tidur. Kalau nanti ada orang tua trus saya tidur kan ya gimana yaaa. Well, saya ga tahu apakah pemikiran teman saya itu benar atau tidak. Setahu saya, di negara seperti Jepang, mereka akan mengosongkan kursi itu bagaimanapun keadannya. Ga tahu apakah itu beneran atau engga. Tapi saya juga mikir, kalau orang nya memang beneran capek gimana?
Ya mari kita pikirkan.
Yang jelas, intinya berikan hak kepada yang berhak.
BTW, selama saya di Singapur, sejak pertama kali saya naik MRT, saya selalu berharap bisa ketemu Kak Sy -- Orang yang pengen saya kenal dan menjadikannya teman jadi saya bisa tanya-tanya pengalamannya sepuasnya. Dia kan kerja di Singapur. Tapi ternyata tak terkabulkan. Hahahaa
Pilah sampah
Pertama kali saya sarapan di NUS, manusia-manusia peserta AUS membereskan makannya ya gitu saja. Saya pikir mereka akan memilah-milahnya. Ternyata ya sudah, semua dimasukkan di satu trash bag. Saya ga tahu bagaiamana kebijakan di Singapur tentang sampah karena seingat saya, SAYA GA NEMU TEMPAT SAMPAH DI MANAPUN DI PINGGIR JALAN. Tapi percayalah, LINGKUNGANNYA BERSIH, BERSIH BANGET. Hanya manusia yang terlalu banyak yang membuat saya kurang nyaman.
Jalannya cukup sepi
Jalan raya di sana cukup sepi karena jarang yang menggunakan mobil pribadi. Dan yang lebih penting, selama saya di sana, saya tidak pernah mendengar suara klakson. Tertib. Iya tertib banget.
Banyak orang menggunakan public transport. Makanya stasiunnya ramai.
Untuk menyebrang, mereka menyebrang pada tempatnya : Zebra cross, jembatan penyebrangan, atau lewat jalan di bawah tanah (saya lupa sebutannya) -- seperti yang pernah saya lakukan untuk menemukan Stn Opp Buona Vista dari posisi awal saya di Stn Buona Vista, saya berjalan lewat bawah tanah, tak tahu kemana arahnya. Dan ternyata hal yang sebenarnya saya lakukan adalah menuju ke halte seberangnya hahaha.
Pedestrian first. Walaupun sudah ada pengatur penyebrangan dengan traffic light, tapi jika masih ada pedestrian yang baru nyebrang di detik-detik terakhir dan tiba-tiba kendaraan harus jalan, biasanya yang bawa kendaraan akan berhenti menunggu pejalan kaki menyebrang. Dan sekali lagi, tidak ada suara klakson.
Ternyata naik kereta lama
Hal ini kami, anak Indonesia, bicarakan saat kami main ke Gardens By The Bay (Cerita Gardens By The Bay nanti saja ya). Mereka merasa, naik kereta ke sana lama sekali padahal sebelumnya mereka ke Marina Bay naik bus lebih cepat. Akhirnya ada yang angkat bicara, "kalau naik kereta itu lama karena rutenya jadi ga langsung, tapi berbelok gitu. Makanya sebenernya orang sini juga agak males naik kereta."
Lhoh kok rasanya kontradiktif? Males naik kereta, tapi keretanya rame lhoo. Jalan rayanya cukup sepi lhooo.
Ya gitu deh pokoknya. Semoga membuat kita introspeksi diri untuk memperbaiki bagaimana cara hidup kita dan bagaimana kita berhubungan dengan orang di fasilitas umum.
I envy them for being discipline and not selfish.
Comments
Post a Comment