Sholat
Beruntunglah
kalian yang sholat tahajjudnya ga wacana. Beruntunglah kalian yang sholat lima
waktunya bener, I mean ga
bolong-bolong. Tadi pagi eh dini hari pas
saya belum tidur, ada sms dari bapak, nyuruh saya sholat tahajjud trus minta
didoakan. Belakangan ini bapak sering sms begitu, minta didoakan. Bodohnya,
kerena belum tidur, saya ga balas dan “nanti deh, tidur dulu bentar”. Eeeeh
ternyata wacana. Menyesal. Trus pagi-pagi baca Al-Qur’an, pas banget baca ayat
ini.
“Laksanakanlah sholat sejak matahari
tergelincir sampai gelapnya malam dan (laksanakan pula sholat) Subuh. Sungguh
Sholat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat).
Dan pada sebagian malam, lakukanlah Sholat
Tahajjud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu
mengangkatmu ke tempat yang terpuji.”
Q.S. Al-Isra (17) : 78-79
Jleb. Jleb.
It stated clearly, sangat disarankan untuk Sholat Tahajjud, sedangkan tadi saya
sudah diberi peringatan, nasihat lewat orang tua dan malah meninggalkannya.
Haha dasar! Padahal bisa saja saya sholat dulu trus baru tidur. Sholat Tahajjud
kan ga harus tidur malam dulu. Memang Nala orang super wacana. Makanya berubah,
Nal! Berubah ini juga jangan wacana!
BTW keadaan
saat ini berkali-kali mengingatkan bahwa saatnya untuk menjadi mandiri, secara
material, mental ataupun spiritual. It
doesn’t mean I don’t need anyone but, you know, I think I have to give more
than before in tirakat, Ikhtiar, struggle, yah intinya harus
mengusahakan yang terbaik dengan cara yang lebih baik.
Sekarang
mungkin saatnya, kalau kata Harris J, di lagunya yang berjudul I Promise, "the table finally turns". Sebelumnya, entah kalian mau percaya atau tidak, ibadah
dan doa orang tua saya sangat berpengaruh terhadap performa saya. Trus jadi
pengen bahas seperti yang sempat dibahas Pak Pranoto di kelas DSKC bahwa jiwa
kita punya aura, punya energi yang bisa mempengaruhi orang lain, dan saya pikir
saya percaya itu. Sebelumnya, doa untuk keluarga hanya itu-itu saja maka
sekarang harus ditambah. Harus. Saya sarankan kalian yang baca tulisan ini juga
begitu. Bukankah doa bisa “mendekatkan” yang berdoa dengan yang didoakan? Sebelumnya
masih harus dioprak-oprak buat Sholat Subuh, sekarang harus bisa bangun sendiri.
Malu atuh, Nal. Adik kosan aja bisa. Sekarang
bukan saatnya to be too dependent upon
them, harus dikurang-kurangi mengeluhnya karena mengeluh memang sejatinya
tak baik, menimbulkan pikiran-pikiran negatif.
Comments
Post a Comment