Menuhankan Tuhan
Memang sih, seharusnya kita mengeluhnya, berharapnya, mengemisnya kepada Tuhan. Tapi jujur ya, ini menurut saya susah dilakukan. Secara tak sadar banyak yang ketagihan curhat ke manusia, termasuk saya. Caranya ada dua macam sejauh pengamatan saya. Yang pertama, langsung private ke orang tertentu. Yang kedua posting di media sosial. BTW blog termasuk media sosial bukan?
BTW INI CUMA PENDAPAT SAYA YA. Saya juga masih susah mempraktikan pelajaran dari post ini.
Manusia memang perlu yang namanya curhat. Biasanya habis curhat jadi lebih lega, lebih enteng. Semua manusia pasti pernah curhat ke orang lain. Sah-sah saja sih menurut saya tapi alangkah baiknya sebelum curhat ke manusia, curhat dulu sama Yang Memberi Masalah. Alangkah baiknya saat curhat ke manusia tidak mengharapkan apa-apa, hanya menjadi media mengeluarkan semua isi hati karena sejatinya manusia tak bisa apa-apa to tanpa Tuhan? Kalaupun saat curhat ke manusia dan kita dibantu menemukan solusi, bukankah itu cara Tuhan menolong kita?
Kalau menurut saya sih, biasanya ketika kita terbiasa menceritakan diri kita ke seorang teman, biasanya dia akan menjadi teman dekat kita. Saya yakin ini juga berlaku jika kita terbiasa curhat ke Yang Maha Kuasa. Bukankah Tuhan menyambut dengan sangat baik ketika kita mau mendekatkan diri pada-Nya?
Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat). Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR. Bukhari no. 6970 dan Muslim no. 2675).
Yang menurut saya kurang bener adalah cara kedua. Mungkin saya juga pernah melakukannya. Gimana ya, saya bingung nulisnya. Untuk orang yang "suka menulis" biasanya lega setelah menuangkan isi hatinya ke dalam tulisan dan entah kenapa narcissistic manusia mudah muncul ke permukaan. Saya lega ketika sudah menulisnya tapi sering saya mikir, "kalau saya ngepost ini dan dibaca orang banyak, apakah itu bisa berarti saya sedang memohon kepada manusia? Apakah itu berarti saya ingin manusia tahu apa yang saya rasakan dan berharap orang mau bersimpati atau ekstrimnya berbelaskasihan kepada saya? Kalau sudah begini apakah saya sedang berharap pada manusia dan sedang kurang menuhankan Tuhan?". Dulu juga pernah diingatkan bapak, kalau nulis jangan sampai isinya keluhan, jangan sampai mengeluh pada manusia. trus selanjutnya galau apakah tulisannya dipost atau tidak.
Hahaaa trus saya jadi bingung deh. Mungkin beberapa postingan lama secara tak sadar berisi keluhan hahaaa. Tapi entah kenapa saya dengan tololnya (karena masih bingung tentang ini) memperbolehkan diri saya ngepost tentang keadaan saya, bukan untuk mengeluh dan dikasihani manusia, tapi untuk mengingatkan yang membaca. Semoga kita semua istiqomah menuhankan Tuhan.
Comments
Post a Comment