Ganteng Imajiner
Hari senin saya makan malam bareng Agung sama Ratih di Gelap Nyawang. Luar biasa perjuangan kami bertiga menembus hujan. Maneh Alay, Nal. Mungkin benar kata Candra, "kita itu dipertemukan dengan orang lain kemungkinan besar ada persamaan diantaranya." Kebetulan kami bertiga suka nonton anime. Jadi topik malam itu sudah jelas bukan?
Banyak banget anime yang diobrolin, terutama anime zaman kami masih SD. Zaman dulu kan banyak film kartun tiap hari minggu. Dan saya menemukan ternyata saya dan Ratih punya pemikiran yang sama. Beberapa tokoh anime kami sepakat dia ganteng. Ganteng banget. Trus nanya Agung deh.
Ratih :"Mas Agung, tokoh anime cewe yang menurut Mas Agung paling cantik siapa?"
Agung :"Ga ada."
Ratih :"Hah? masa ga ada? Bukannya biasanya di anime itu tokohnya cantik-cantik ya? kayak yang sempurna gitu lhooo. Ramping, kulitnya putih, ..."
Nala :"Hooo, berarti yang cantik bagi Agung itu yang di dunia nyata, Tih. Ga kayak kita."
Ratih : "Kita sukanya ganteng yang fana gitu ya, Mbak?"
Nala : "Hahaaa, iya, kegantengan yang tidak akan pernah ditemui dalam dunia nyata."
Obrolan berlanjut ke beberapa movie dari anime yang live action, maksudnya diperankan oleh manusia. Memang jadi kurang menarik sih menurut saya. Soalnya tokohnya ga mirip kayak di anime. Sepertinya perkataan Ratih "ganteng yang fana" itu lebih cocok kalau diganti "ganteng yang imajiner", ga punya komponen di sumbu real nya, ga bakal bisa ditemui di dunia real.
Trus sehabis makan diajakin Ratih dan Agung main piano di sebelah Galeri Soemardja. Saya baru tahu lah ada piano yang boleh dimainkan bukan anak seni rupa di sana. Trus Ratih diajarin Agung main doremidasolasido, ngelemesin jari sih. Saya nimbrung-nimbrung saja. Trus di akhir Agung kami minta main sebuah lagu. Lagunya terdengar ceria banget. ternyata musiknya ini, Summer by Joe Hisaishi. Sukaaaaa
Comments
Post a Comment