Posts

Showing posts from July, 2015

Idul Fitri 1436H

Allaahu Akbar Allaahu Akbar Allahu Akbar, Laa ilaaha illallaah, Huwallaahu Akbar, Allahu Akbar Wa Lillaahil Hamd ~

Alhamdulillah, hari ini sudah Idul Fitri. Sayang sekali harus meninggalkan Ramadhan. Pertanyaannya, sudahkah Ramadhan yang telah berlalu dimanfaatkan semaksimal mungkin?

Kali ini saya akan banyak bicara. Banyak sekali. Menceritakan apa yang ingin saya ceritakan di hari pertama Idul Fitri ini. Cerita, Pikiran, Renungan yang saya dapatkan di hari ini.

Sholat Ied
Pagi ini, untuk pertama kalinya dalam hidup saya, saya dapati keluarga saya sholat Ied. Walaupun belum seperti yang saya harapkan. Setelah beberapa kali membujuk ibu saya untuk ikut sholat Ied, tiba-tiba saja pagi tadi ibu saya mengiyakan. Menyenangkan sekali. Bersyukurlah kalian yang dari kecil sudah terbiasa sholat Ied, apalagi bersama keluarga. Pertama kali saya melaksanakan Sholat Ied adalah waktu saya masuk MTs, Sholat Idul Adha. Dan pertama kali saya sholat Idul Fitri adalah tahun lalu, ya, tahun lalu. Dari kecil saya tidak pernah diajak sholat Ied, saya hanya mempelajarinya di kelas, sangat kontras dengan adik saya. Saya pun belum pernah mendapati ibu saya ikut sholat Ied. Selama ini hanya bapak dan adik saya yang ke masjid. Tapi akhirnya kali ini saya berhasil mengajak ibu saya walaupun kami sholat ke langgar dekat rumah emak, bukan ke masjid yang sama tempat bapak dan adik saya sholat Ied. Tapi ini kemajuan. Semoga saja selanjutnya semakin baik, semoga selanjutnya kami sekeluarga benar-benar sholat Ied bersama, berangkat bersama, melaksanakan sholat di jamaah yang sama. Sekali lagi kawan, bersyukurlah jika kalian sudah merasakan nikmat kebersamaan Sholat Ied bersama keluarga, tidak semua orang bisa menikmatinya.

Tradisi Idul Fitri di Sekitar Rumah
Sholat Ied di sekitar rumah saya sebenarnya secara umum mirip-mirip saja dengan daerah lain. Yang unik adalah setiap keluarga membawa makanan. Lumayan banyak dan lengkap, (biasanya) nasi, mie, oseng2 tahu/tempe/kentang (kami menyebutnya sambal goreng), daging/telur (apapun, asalkan lauk), (ada juga yang menambahkan) sayuran yang diurap, buah (biasanya pisang), makanan penutup (biasanya apem, bahasa kerennya dorayaki jawa).

Usai sholat, seperti biasa ada ceramah, setelah itu biasanya ada halal bihalal, salam-salaman gitu. Nah, biasanya setelah ini orang-orang akan membentuk kelompok-kelompok, mengambil makanan yang sudah dibawa, satu kelompok satu wadah makanan (isinya sudah lengkap). Sebelum itu, makanan-makanan dalam wadah yang sudah dibawa ditukar. Setelah itu dilakukan doa bersama. Setelah itu orang-orang melakukan makan bersama. Di sinilah serunya. Kerukunan terasa sekali di sini. Senang sekali melihat orang-orang saling berbagi. Kalau masih sisa yaaa dibawa yang punya wadah, tapi dia tidak akan mendapatkan makanan yang dia bawa dari awal, dia akan mendapatkan makanan yang dimasak oleh orang lain. Di sini saya berpikir, mungkin maksud diadakannya budaya seperti ini selain untuk meningkatkan kebersamaan juga membuat kita saling berbagi dan menghargai.

Walaupun sudah melakukan halal bihalal di masjid, sepulang dari masjid kami akan berkeliling kampung, mendatangi rumah-rumah, memohon maaf satu sama lain. Tentunya sebelumnya sungkem dulu ke keluarga sendiri. Biasanya akan terbentuk blok-blok di sini, blok anak muda cewe, anak muda cowo, sekelompok orang tua yang rumahnya dekat dan sering berkumpul, blok geng anak-anak. Ah, ramai sekali dan semua orang memakai baju terbaik mereka yang setalah saya meyakinkan diri saya (karena saya kurang suka sesuatu yang kurang natural, orang-orang yang memakai baju tidak seperti biasanya terkesan tidak natural bagi saya) itu adalah upaya menghargai diri sendiri, orang lain, dan hari yang spesial ini. Kalau blok-blok itu bertemu di jalan maka jalan akan penuh karena semuanya saling menjabat tangan, memohon maaf. Sangat berbeda dengan lebaran yang sering saya saksikan di televisi, dimana lebaran hanya sungkem ke keluarga saja. Tradisi berkunjung ini punya dua nama sepanjang pengetahuan saya, nglencer dan sejarah.

Persiapan di rumah-rumah pun tak kalah. Sebelum hari raya orang-orang akan sibuk membersihkan rumah, mengelap jendela sampai kinclong, mengepel, menyapu halaman pagi-pagi buta, ada juga yang memberikan warna baru bagi rumahnya dalam rangka menyambut Idul Fitri. Menjelang Idul Fitri, banyak orang berjualan jajanan yang dijadikan suguhan. Jadi, tidak seperti di tempat lain yang saya tahu ada yang berkeliling hanya bersalaman, memohon maaf ke rumah-rumah atau malah ada yang menu khas nya makanan berat semacam opor ayam yang dinikmati bersama keluarga dan kerabat saja, di tempat saya kami diberikan berbagai macam suguhan saat kami berkunjung, umumnya makanan ringan semacam biskuit atau jenis kerupuk. Suguhan ini memang dibiarkan ada di ruang tamu terus selama lebaran. Saya sempat berimajinasi munculnya adat ini awalnya mungkin saat Idul Fitri dulunya orang hanya berkunjung satu sama lain, mungkin yang punya rumah juga belum ada persiapan apa-apa, ya seperti saat kita biasanya menerima tamu, tak tahu kalau hari ini ternyata ada tamu datang. Akhirnya mereka mengeluarkan suguhan. Karena yang bertamu banyak, maka dari awal suguhan tersebut sudah dipajang di ruang tamu. Hahaaa itu hanya imajinasi saya.

Bersyukur : pelajaran dari emak
Tadi saat saya di rumah emak untuk mengambil sepeda saya sempat istirahat sebentar. Lalu emak nyeletuk,

"Dina iki panas ya. Padahal wingi-wingi iyup. Apa merga dina iki wong-wong lagi seneng-seneng ya? paling kuwi welase Gusti Allah (saya lupa tepatnya kalimat ini gimana) Abdi-abdiKu lagi padha pasa, lagi pada tirakat, tak wehane iyup, adem."

Intinya, menurut emak saya, cuaca saat puasa yang lebih adem itu sengaja diberikan Allah sebagai bentuk kasihNya kepada hambaNya yang sedang bertirakat, sedang berpuasa, agar hambaNya tidak terlalu kehausan ataupun kelaparan. WOW. Bahkan saya tak terpikir akan hal sekecil itu. Saya mungkin tak pernah menyadari nikmat cuaca yang diberikan Allah selama ini.


Bersyukur : pelajaran dari bapak
Setelah maghrib, saya masih di rumah, menunggu ibu dan adik saya yang mau ngikut nglencer ke Mbesuk. sambil menunggu, tiba-tiba saja bapak nyeletuk. Intinya kurang lebih begini.

"Hari raya tuh longgar, La. Motor longgar, kita masih bisa jalan-jalan, masih bisa nglencer. Bersyukur. Masih bisa beli jajanan, masih bisa ngasih sangu ke anak-anak walaupun sedikit. Semuanya itu harus disyukuri.

Kalau dapat masalah juga gitu. Kalau yang dipikirkan cuma masalahnya saja ya pusing, ga selesai-selesai. Kuncinya jangan berputus asa dari rahmat Allah. Coba pikirkan nikmat yang lain. Masih banyak sekali nikmat dari Allah yang bisa kita syukuri. Ingat, La in syakartum la aziidannakum, itu harus jadi prinsip. Saat kita mensyukuri nikmat yang kita dapat, itu bisa membuka pintu keluar dari masalah yang dihadapi."

Pelajaran kehidupan dari orang tua teman
Barusan saya nglencer bersama om dan ibu saya ke dusun Mbesuk. Tujuannya ke rumah saudara-saudara dari pihak ibu. Kebanyakan di sana rumah embah-embah buyut saya yang kebanyakan mungkin tidak kenal saya saking jauhnya heuheu. Salah satu rumah yang kami kunjungi adalah rumah bu Kayah, entah bagaimana hubungan kekerabatan kami, saya belum tahu. Tapi anak bu Kayah ini teman sekolah saya dulu. Tadi bapak teman saya itu cerita tentang teman saya yang iseng banget tanya

"Pak, aku oleh pacaran?"
"Nek nurut agama ra oleh, nurut adat ya ra oleh, nurut bapak ya ra oleh. Ning nek mok lakoni ya rapopo. Toh mbesuk sing dipukuli malaikat awamu dewe, aku ra tanggung jawab. hahaa"

Cerita ini jadi memberikan pengetahuan cara mendidik anak. Hahaaa. Bisa menjadi salah satu alternatif mendidik anak nantinya, terutama kalau anaknya sudah gede, sudah bisa diajak mikir gitu. hihiii kok jadi ngelantur sampai sini.

Es Wawan

Kemarin saya keluar dengan ibu dan adik saya. Ceritanya ibu mau membelikan kami pakaian baru dalam rangka mau lebaran (sebenarnya biasanya memang kami dibelikan pakaian baru pas mau lebaran doang sih haha). Setelah berjalan-jalan lihat beberapa toko, saya sudah mendapatkan apa yang diperlukan, tinggal adik saya. Akhirnya di toko terakhir, ibu saya mencarikan apa yang diperlukan adik saya. But they bought pentol and ice instead -___- katanya yang dicari ga ada, jadi beli jajan di depan toko saja.

Tapi siapa sangka penjual pentol itu juga jualan Es Wawan. Penampakan Es Wawan itu seperti ini.


Disebut Es Wawan karena di bungkus dan tempat menyimpan es nya ada tulisan "Wawan" yang merupakan merk es ini.

Sudah lama sekali saya tidak menemui orang jualan es ini. Terakhir saya beli harganya masih Rp600,00 (zaman MTs kalau ga salah), kemarin harganya sudah Rp1500,00 hahahaa jauh sekali. Es ini punya banyak rasa. Dulu waktu zaman saya masih TK, seingat saya cuma ada rasa cokelat, susu stroberi, susu melon, vanilla. Semuanya mengandung susu. Tapi seiring berjalannya waktu muncul rasa jeruk, stroberi, anggur yang tidak mengandung susu, seperti rasa jeruk yang ada di gambar (warna orange), juga muncul rasa (menurut saya) mocca, susu rasa durian dan susu rasa jeruk (saya lupa apakah benar jeruk, seingat saya warnanya krim orange gitu).

Dulu es ini populer sekali. Saya masih ingat, dulu diperbolehkan cuma beli separuh karena yaaa (saya yakin pedagangnya juga tahu) kalau kami beli satu potong penuh uang jajan kami langsung habis. Padahal kami masih perlu jajan untuk mengganjal perut hahahaa. Dan saya masih ingat, dulu bungkusnya itu rasanya asin yang saat saya cukup gede akhirnya saya tahu bahwa garam dapat menurunkan suhu es sehingga menjaga es awet dalam fasa padat. Saya juga jadi ingat kalau beli cuma separuh maka saya akan memilih bagian yang atas, yang ada bagian panjangnya karena saya pikir bagian panjang tersebut membuat isi lebih banyak dibandingkan separuh bagian lainnya. Hahahaa bahkan masih TK pun kelakuan saya sudah seperti itu wkwkwk

Buka Bersama Doa Ibu | J Raya 70

Setelah dua hari yang lalu saya buka bersama dengan teman-teman kelas 7H-8H, kali ini saya buka bersama dengan teman-teman sekelas saya saat SMA, Doa Ibu. Kali ini kami numpang di rumah Rizal. Awalnya sih katanya urunan lima ribu rupiah tiap orang tapi pada akhirnya tadi saya tak mengeluarkan uang serupiahpun hahaaa. Tapi sayang sekali yang katanya mau tarawih di mushola dekat rumah Rizal hanya berakhir wacana -__-

Sayang sekali kali ini kami belum lengkap. Masih ada beberapa teman yang KKN dan beberapa yang lain mempunyai alasan yang lain.





Buka Bersama 8H^^

13 Juli 2015 diagendakan menjadi tanggal pelaksanaan buka bersama teman-teman kelas 8H. Menyenangkan. Begitulah kiranya yang saya rasakan setelah pulang dari acara buka bersama tadi walaupun tadi bukan cara berpisah yang saya inginkan hihiii.

Kali ini saya diijinkan naik motor sendiri. Yeay^^. Saya belum tahu lokasinya. Jadi tadi saya berhenti dulu di MTs tempat saya bersekolah dulu, janjian di situ ketemu Yayak. Lama banget nunggu Yayak. Maklum sih, saya sudah berangkat setengah empat sore sedangkan saat saya sudah sampai di MTs, Yayak baru bilang mau mandi -____- Daripada lama menunggu doang, akhirnya saya jalan-jalan di dalam MTs. Masih mirip dengan lima tahun yang lalu. Bahkan pintu kopsis warnanya masih sama. Jalan depan kelas saya saat masih di kelas 7H sekarang sudah dipasang keramik, di atas mantan kelas 8H sekarang sudah ada kelas lagi, tempat nongkrong di depan kelas 9C dulu sekarang sudah dirobohkan, dibangun kelas. Sekarang depan parkiran sepeda lebih rindang, ada pohon besar. Ada tempat duduk, semacam bench di setiap kelas. Tapi secara umum masih terlihat sama seperti lima tahun yang lalu. Ah, banyak kisah di sana.

Sekian lama menunggu akhirnya Yayak datang. Tak ada yang berbeda. Masih datar seperti biasanya. Selanjutnya saya hanya perlu "mengekor" Yayak saja untuk sampai ke lokasi. Makasih Yayak, sudah memandu hingga tempat tujuan.

Kali ini kami buka bersama di tempat Sodiq bekerja. Di pemancingan Muzukha namanya. Setelah lama mencari-cari Sodiq, akhirnya ketemu juga. Dia menyiapkan menu berbuka kami. Semuanya dia lakukan sendiri. Saya pengen banget bantuin tapi pas saya bilang mau bantu "Ajaaa, mengko keruhan bosku aku malah diseneni." Pas Yayak nyeletuk bilang kalau es jeruknya, jeruknya kerasa banget, Sodiq bilang "Ya iyalah, orang itu aku yang bikin sendiri. Ya aku banyakin." Oh meeeeen, Sodiq, terimakasih sekali atas perjuanganmu demi kami semua. Terima kasih terima kasih. Maaf saya tidak bisa membantu apa-apa, malah merepotkan.

Di tempat pemancingan ini ada sesuatu yang sugoooi. Ada ikan gede banget, dipamerkan (sepertinya diawetkan). That was the biggest fish I ever met. Ada juga sangkar burung yang bertuliskan LOVE BIRD. Ternyata burung ini dinamakan demikian karena ada dua burung berwarna hijau dan satunya merah yang melakukan sesuatu dan terlihat seperti adegan ciuman hahahaaaa tapi sayang sekali tidak ada gambar untuk burung yang saya maksud ini.



Tadi setiap teman-teman cewe yang datang menanyai saya "Temen-temen se-gengmu mana?" Oh meeen mereka masih ingat juga blok-blok di kala kami masih satu kelas dulu hahahaa. Sayang sekali kelima teman saya kali ini tidak bisa datang karena berbagai urusan. Ya Allah, tolong buat buka bersama tahun depan lebih banyak lagi yang hadir.

Kali ini yang hadir ada Yayak, Sodiq, Rio, Aden, Hakim, As'ad, Irfanus, Irfan, Rofiq, Ana, Afdida, Ais, Amalia, Mbak Naning, Mbak Wasi'. Ada 16 orang termasuk saya. Senang sekali bertemu mereka. Senang sekali tahu kabar mereka. Alhamdulillah, mayoritas dari kami masih diberi kesempatan untuk kuliah. Saya bahagia mengetahuinya.

Buku Serbaguna Kelas 5 SD

Saya tidak menyangka adik saya meneruskan perjuangan saya mengisi buku ga jelas yang saya buat saat kelas 5 SD. Buku ini isinya macam-macam. Ada tempelan gambar Captain Tsubasa, dulu saya bersaing sama temen sebangku saya, kami merasa bangga jika punya kami lebih banyak. Ada juga stiker dari permen karet YOSAN, kami juga bersaing dalam penempelan stiker ini. Saya masih ingat, dulu kalau mau stiker yang anti-main-stream yang bagus gitu maka saya harus memilih permen YOSAN yang warna bungkusnya lebih pekat daripada yang lainnya. Ada juga gambar-gambar. Hebatnya itu hasil karya saya, kebanyakan mencontoh gambar di buku pelajaran. Menyadarkan saya kalau saya pernah bisa menggambar, lha sekarang?




Kemarin saya juga menemukan buku gambar masa SMA saya yang berukuran A3. Wah ternyata dulu saya punya bakat seni yang lebih terlatih daripada sekarang hihi





Dan ternyata di belakangnya adik saya sudah mengisi bagian yang kosong



On The Way Home

Here, right now, I am on the train. For the first time in my life, I take executive class. Hahaa if there was no promo I wouldn't take this train.

Kali ini saya naik kereta api Turangga yang saya pikir rutenya berakhir di Madiun. Jadilah saya cuma membeli tiket untuk turun di Madiun. Padahal dari madiun ke Kediri itu transportnya rada ribet. Kalau mau naik kereta, ada kahuripan tapi ongkosnya 90ribu rupiah, eman reeek. Kalaupun mau ngebis juga harus naik bis dua kali.

Saya mendapatkan tempat duduk di samping seorang petugas perkeretaapian yang kebetulan sepertinya sedang tidak bertugas dan akan pulang. Dari beliau saya tahu kalau pemberhentian terakhir kereta ini di stasiun Gubeng Surabaya. WOW! transport dari Surabaya ke Kediri itu jauh lebih gampang. Kalau beruntung saya bisa naik kereta lokal yang jadwalnya dekat jadwal kedatangan saya.

Karena tadi malam tidak bisa searching karena tak ada sinyal, akhirnya saya meminta banyak bala bantuan, teman-teman yang ada di Surabaya, Ellen, Chetrin, Elma hingga Wheland yang tak tahu apa-apa tentang Jawa Timur pun saya mintai tolong gyahahahaa. Akhirnya saya tahu ada kereta lokal jam setengah sembilan dari Surabaya ke Kediri, kereta Rapih Dhoho. Tepat sekali kereta yang saya naiki sampai di Surabaya pukul 8.12 tapi khawatir juga kalau waktunya tdak cukup untuk membeli tiket Rapih Dhoho mengingat sekarang sudah H-7 lebaran pasti stasiun rame banget. Hahahaa tapi ternyata ada alternatif lain, yaitu turun di Jombang trus nungguin kereta Rapih Dhoho atau naik bus.

Setelah searching ternyata kereta itu sampai di Jombang baru jam 10 sedangkan Turangga sampai di Jombang jam 7 -___- bisa tua 3 jam menunggu kereta. Setelah diskusi dan mencari info di grup (ceritanya tengah malam sudah sampai di area yang gampang sinyal), akhirnya saya memutuskan untuk naik bis dari Jombang saja. Hahaha. Yosh, sekarang tinggal nge-lobby biar dibolehin turun di Jombang.

(Setelah akhirnya sampai Jombang juga)
Pada akhirnya saya tidak perlu melobby petugas. Tidak ada orang yang naik dan duduk di kursi saya jadi saya santai saja. Kursi samping saya sempat diisi mbak-mbak yang iseng banget Madiun- Jombang naik kereta eksekutif hahahaa. Ternyata dia lulusan ITS. Banyak cerita  yang saya dapat. Cerita yang cukup membuka pikiran saya. Bagaimana kehidupan dia dulu di kampus yang dekat dengan dosen, bagaimana pendapatnya terhadap pendidikan saat ini. Saya lebih banyak mendengarkan.

Tiba di Jombang kami turun bersama. Berpisah di stasiun. Dia menunggu jemputan, saya nunggu bus jurusan Tulungagung yang ternyata lewat depan stasiun banget. I took neither Harapan Jaya nor Pelita Indah like what my friends and my dad said. I took Baruna instead. Bus ini bus ekonomi AC. Saya yakin dulunya saat masih baru bus ini bagus. Saat saya tumpangi, bus ini sudah mirip seperti bus ekonomi yang lama.

Jika kalian ingin melihat bagaimana keadaan Indonesia maka kalian perlu naik kereta ekonomi atau bus ekonomi atau mendatangi pasar-pasar tradisional (that's what I thought). Di sana kalian akan melihat bagaimana kehidupan rakyat, bagaimana wajah Indonesia, ya karena negara itu tercermin dari orang-orangnya haha. Saya temui beberapa jenis pekerjaan yang "berkeliaran" di bus. Pengamen (saya sebal dengan pengamen yang tadi pakai gitar, bukan karena ngamennya, tapi kaosnya), mulai dari yang pakai gitar, karaoke hingga hanya menyanyikan nadzoman. Saya juga menemui banyak penjual makanan walaupun sekarang sedang bulan Ramadhan. Juga penjual tutup panci dan semacam alat jahit untuk sol, juga ada penjual buku.

(FYI)
Nadzoman : Semacam sajak yang dilagukan. Biasanya berisi ilmu pengetahuan. Ini adalah metode hafalan yang biasa digunakan di pendidikan ala pesantren.

Bus yang saya tumpangi sempat berhenti cukup lama. Sopir busnya istirahat. Kaget sekali selama perjalanan saya mengetahui ternyata banyak sekali orang yang tidak berpuasa. Ah, kalau memang udzur ya gimana, Nal?

Sekitar satu jam perjalanan akhirnya saya sampai di tempat pemberhentian yang saya inginkan. Tiga kilometer lagi dari rumah. Hahaaa

KP | 08 Juli 2015

Post ini dimaksudkan untuk dipost Rabu, 8 Juli 2015. Namun saya hanya punya kuota tengah malam. Jadilah baru sekarang saya post.

Kemarin (Rabu) saya dan Fanny kembali ke LEN. Sebenarnya kami merencanakan akan ke sana Selasa tapi ternyata gagal. Fanny telat bangun. Tumben banget. Paling tidak tidak hanya saya yang pernah menggagalkan rencana untuk berangkat KP dengan alasan telat bangun hahahaa.

For the first time, kali ini saya ke LEN nebeng. Fanny menawarkan tebengan jadi saya mau saja. Kali ini dia benar-benar menyelamatkan kantong saya, totally, hihihi.

Agenda hari ini sangat singkat. Kami meminta tolong Pak Ridlo untuk mengisi lembar kendali yang diberikan prodi. Sekalian kami meminta evaluasi selama kami KP. Kami juga minta maaf, sekalian ini mau lebaran. Sekalian mengingatkan janjinya mengajak kami ke gedung C, tapi ternyata di gedung C produknya belum jadi. Kami dijanjikan nanti saat kami kembali untuk menyerahkan berkas kami akan diajak melihat-lihat ke gedung C. 

Beliau memberikan wejangan kepada kami agar mempertajam intuisi dan meningkatkan skill komunikasi. Yea, memang itu seperti menjadi kebutuhan dasar dalam kehidupan nyata. Obrolan berlanjut ke tugas akhir. Beliau memberikan wejangan agar kami jangan memilih sesuatu karena sesuatu itu susah atau ‘wah’ tapi “pilihlah sesuatu yang berguna,” begitu kata beliau. Kami yang tahu apa yang kami mau. Jadi apapun kami nantinya, beliau meminta kami untuk mau bekerja sama dengan bidang lain dan membuat sesuatu yang berguna, “ya intinya pada akhirnya berbakti pada Nusa dan Bangsa.” Entah bagaimana ceritanya pembicaraan beliau sampai ke wejangan kalau mau bikin produk, tentukan target pasar dan buat packaging yang sesuai dan menarik. Hihihi

どうしよ?

Semester baru akan segera dimulai walaupun masih sekitar satu bulan lagi hihi. Saya baru sadar, ternyata setahun ke depan tahun keempat saya di ITB. Normalnya menjadi tahun terakhir di ITB. Saya berharap bisa termasuk orang-orang yang normal tapi luar biasa hahahaa.

Banyak hal yang ingin saya lakukan dan belum saya lakukan di ITB. Saya jadi berpikir, apakah waktu satu tahun cukup? Kenapa saya tidak melakukannya dari dulu? Sepertinya dulu saya belum cukup kuat untuk menguatkan diri saya yang mudah takut duluan sebelum perang. Ah, menyesal memang ada di belakang.

State saat ini masih mirip seperti semester sebelumnya, masih belum menemukan rencana yang pasti untuk semester baru. Tapi saya merasa ada yang berbeda di saat ini. Saya merasa akan banyak bala bantuan yang datang untuk membantu saya mencapai apa yang saya inginkan. Lebih tepatnya saya merasa diri saya yang mau mencari bantuan setelah selama ini saya cukup tertutup hihi.

Memang belum ada rencana yang pasti. Tapi sudah ada garis besarnya hanya saja belum jelas mau dilewatkan jalan yang mana. Banyak hal yang ingin saya lakukan. (1) Belajar bahasa inggris, (2) kepo pengalaman apply S2, kepo beasiswa, akan diusahakan memulai langkah mencapainya. (3) Juga pengen ngajar les. (4) Pengen juga berkegiatan yang berhubungan dengan "ngoprek" yang selama ini belum pernah tercapai dan saya baru tersadar, hal yang di awal masuk ITB saya inginkan malah belum saya lakukan. Entah jalannya bagaimana. Kalau ikut unit, emmm setahu saya unit-unit yang seperti itu bukanya di semester dua. Sebenarnya bisa saja ikutan proyek dosen, hanya saja saat ini belum menemukan jalan menuju ke sana. (5) Pengen juga jadi asprak lagi hihi

KP | 06 Juli 2015

Hari ini sesuai perjanjian saya dan Fanny di hari Jumat kemarin, kami datang ke LEN. Apa yang harus kami kerjakan di hari Jumat kemarin, pagi tadi sudah selesai. Berangkatlah kami menemui Pak Ridlo. Akhirnya setelah selama ini miskomunikasi, kali ini kami menangkap dengan benar apa yang dijelaskan oleh Pak Ridlo. Buktinya kerjaan kami pagi tadi sudah cukup benar, hanya perlu revisi di beberapa bagian. Untuk bagian saya sendiri hanya diminta untuk membedakan port untuk masukan dari train route check yang lurus dan belok. Akhirnya kami mengerjakan kembali dan ba'da dzuhur tadi kami kembali melapor ke Pak Ridlo. Setelah dicek, ternyata sudah benar.

Akhirnyaaa selesai juga. Selanjutnya kami dibebaskan untuk membuat laporan atau mau belajar lagi. Jujur, di hati yang paling dalam, saya pengen ngerjain laporan tapi juga pengen belajar lagi. Gimana yaaa. Hahahaa tapi biar kompak sama Fanny, saya ngikut saja, bikin laporan hahahaa.

Ada pelajaran yang saya petik selama pengerjaan tugas yang terakhir ini. Hal yang mudah, mudah banget malah, akan lama terselesaikan jika orang-orang yang terlibat belum sepaham. Dan perlu mengurangi "ketidakenakan" bertanya untuk membuat semuanya sepaham.

Awalnya kami tadi mau pamitan sama Pak Ridlo. Kami merasa mungkin hari ini adalah hari terakhir kami masuk kantor sebelum lebaran. Namun ternyata kami besok harus kembali untuk menyerahkan lembar kendali yang harus diisi pembimbing. Jadi kami putuskan besok saja hahahaa. Sekalian kami mau menagih janji Pak Ridlo untuk mengajak kami jalan-jalan ke Gedung C untuk melihat proses produksi. Barangkali beliau mau menepatinya walaupun persyaratannya (syaratnya  kami berenam fullteam) mungkin tidak terpenuhi hahahaa.

Imajinasi Masa Depan

Baru-baru ini sepertinya saya melakukan hal yang sedikit konyol tapi mungkin juga wajar, lhoh. Mengamati apa yang terjadi pada pengalaman kerja praktik saya, secara tak sadar saya menyimpulkan pekerjaan yang bagaimana yang saya inginkan di masa depan. Namun ternyata imajinasi ini tidak hanya tentang pekerjaan tapi juga imajinasi kalau saya berkeluarga. Sebenarnya saya terpikir, kok saya mikir ginian ya. Tapi kadang saya ngeles ke diri saya sendiri. Ah, mungkin ini salah satu proses menuju dewasa hahahaaaa.

Selama kerja praktik ini saya mendapatkan pembimbing yang memberikan kelonggaran datang minimal seminggu sekali karena jenis kerjaan yang saya dapat lebih mengarah ke programming jadi tidak harus dikerjakan di kantor. Dari apa yang saya alami, saya susah sekali untuk mengerjakan tugas kalau saya tidak masuk (walaupun ini juga belum cukup men-trigger saya untuk berangkat ke kantor). Saya merasa justru kelonggaran yang terlalu longgar malah menghambat saya karena saya tipe deadliner jadi kalau masih merasa longgar ya belum dikerjain. Tapi ini walaupun deadline masih jauh, akan berbeda kasus jika lingkungannya mendukung. Ada yang mengharuskan saya masuk, dan kalau di kantor maka mau tak mau saya harus mengerjakan sesuatu.

Tidak hanya dari satu poin di atas, dari beberapa pengamatan yang saya lakukan, saya jadi berimajinasi. Suatu saat nanti jika saya bekerja, saya ingin pekerjaan yang bisa berinteraksi dengan orang. Bukan yang hanya berkutat dengan benda saja. Bukan berarti pula pekerjaan seperti sales, atau costumer service yang super ramah itu. Bukan juga yang terlalu “nguli”. Saya ingin pekerjaan yang seimbang, saya ngoprek tapi juga harus berinteraksi dengan orang lain. Saya bilang harus, karena kalau tidak diharuskan mungkin saya akan main dengan benda saja sampai mumet baru keluar buat lihat pepohonan. 

Saya malah terbayang suatu saat saya membuat gerakan seperti Ricky Elson dan bisa menginspirasi orang lain, mengajak orang lain untuk maju. Terkadang juga malah terbayang bikin sekolah kayak di film 3 Idiots. Tapi dua hal ini sangat mungkin dijalani bersamaan. Sangat mungkin. Saya ingin sekali memberikan semangat kepada anak negeri ini. Tak hanya lewat kata-kata tapi saya juga ingin mereka tersemangati melihat apa yang saya lakukan. Bukan berarti pamer. Hopefully you know what I mean

Jadi nanti kalau sudah berkeluarga saya tetep pengen kerja. Sepertinya saya tak mau hanya diam di rumah karena saya akan menjadi malas ketika tidak diharuskan ngapa-ngapain. Bahkan dari pengamatan saya, saya lebih sering sholat Dhuha kalau saya berangkat KP atau kuliah. Selain itu saya punya mimpi yang lain yang ingin saya wujudkan dengan hasil kerja saya sendiri, tapi kalau suatu saat ada yang mau membantu akan saya terima dengan senang hati hihi.

Saya pengen nanti bisa kerja dan maksimal jam 4 sore sudah sampai di rumah. Saya pengen walaupun saya kerja, saya tetap ada waktu buat anak saya nantinya. Selain itu juga pengen pulangnya harus lebih duluan daripada suami hahahaa. 

Senin-Jumat kerja. Weekend saya pengen menjadi waktu buat keluarga. Sempat mengimajinasikan kalau Sabtu adalah waktu buat bersih-bersih rumah. Saya bagian dalam rumah, nanti suami bagian ngurusin yang luar rumah, such as kebun, pekarangan, atau semacamnya. Kalau anak-anak liburnya Sabtu-Minggu, maka bersih-bersih rumah ini akan menjadi kegiatan keluarga yang menyenangkan hahahaa. Karena hari Sabtunya sudah bersih-bersih maka hari Minggu bisa jalan-jalan bareng keluarga. Entah kemana.

Saya mencoba mengimajinasikan bagaimana saya berkomunikasi dengan orang tua suami saya nantinya. Kalau suami saya orang Jawa, kemungkinan besar saya akan pakai basa krama sebisa saya. Akhirnya saya jadi mikir, ke “orang lain” saja pakai basa krama masa ke orang tua kandung sendiri ga pakai basa krama. Akhirnya saya berpikir sepertinya saya harus mulai membiasakan basa krama ke orang tua saya tapi sampai sekarang masih bingung bagaimana memulainya.

Melihat keadaan sekitar kost yang demikian padat, saya bersyukur rumah orang tua saya masih lebih nyaman. Kami masih punya space yang lebih dibandingkan dengan rumah-rumah di sekitar kosan saya. Akhirnya saya pun terpikir. Suatu saat nanti, saya ga pengen punya rumah di area yang terlalu kota (menurut definisi saya). Saya suka area yang tenang, yang “hijau” sehingga setiap pagi terasa segar. Ga pengen punya rumah yang mewah-mewah yang sampek kayak rumah gedong begitu. Ga pengen juga rumah yang kayak apartemen gitu. Juga kurang pengen rumah yang di kompleks yang jarang ketemu tetangga. Kok kayaknya pengennya rada ribet ya hahahaa. 

Trus juga sempat berimajinasi nanti kalau kerja naik sepeda saja. Kalau jauh baru naik angkutan umum, motor atau mobil. Pokoknya urutan prioritasnya sepeda, angkutan umum, motor, mobil. Entah kenapa saya juga berimajinasi di saat itu teknologi sepeda sudah keren, kayak di buku TOFI Perburuan Bintang Sirius dimana sepedanya bisa melaju secepat mobil. Dan saat itu juga teknologi transportasi umum di Indonesia saat itu sudah pakai kereta semacem shinkansen jadi kereta jadi transportasi utama (walaupun kalau boleh realistis, sebenarnya kemungkinan besar kalau sudah ada saat itu baru di salah satu pulau di Indonesia saja). Walaupun berimajinasi punya mobil buat keluar sekeluarga (ya, pengennya mobil hanya dipakai kalau keluar sekeluarga. Kalau tiap kerja bawa mobil kan sayang, makan space besar di jalan tapi isinya ga penuh), saya berimajinasi mau diskusi sama keluarga nanti, tabungannya buat tabungan haji dulu saja.

Sebenarnya masih ada beberapa hal lain yang terpikir tapi . . . ah, mungkin lebih baik saya ceritakan pada orang-orang tertentu saja

Something I Have to Throw Away

Ehm,  Sebenernya judul ini muncul dari cerita saya tentang salah satu sifat saya. Buat pengantar sekaligus penggambarannya saya mau  menceritakan seorang kakak tingkat saya dulu. I know him, but I don't think he does know me, I mean mungkin dia cuma familiar sama wajah saya. Oke, mari kita sebut dia kak Sy.

Saat ini, Kak Sy menjadi salah satu list orang-orang yang saya kepoin blog-nya. Sebenernya awalnya karena kepo cerita tentang exchange sih tapi karena membaca blog orang lain itu menyenangkan sampai sekarang jadi langganan. Jadi saya tahu kakak ini karena suatu seminar exchange, dia menjadi salah satu pembicara saat itu karena tahun sebelumnya dia jadi peserta exchange tersebut. Sejak saat itulah saya jadi kepo and I found him an inspirational person. Impressed by his spirit and his "maybe well planned" future.

Saya juga pernah ngontak Kak Sy dua kali. Yang pertama tanya-tanya tentang exchange. Saat itu saya mau daftar exchange tapi ga jadi karena ternyata banyak aspek dalam diri saya yang belum siap. Yang kedua ngasih tau info praktikum yang kebetulan ternyata kak Sy ambil di semester yang sama seperti saya karena dia cuti setahun buat exchange. Tiap ketemu di jalan, I tried to say hi, but what happened next was I only nodded my head instead of saying Hi. Hahaha kikuk juga.

Beberapa hari yang lalu juga begitu, pagi-pagi saya berangkat KP, I found him sitting on a bench in front of parkiran Sipil. Sebuah helm bersamanya. Mungkin dia menunggu seseorang. Bukannya menyapa, saya malah ngurusin SMS. Dan saat di kantor, pas mau ketemu Pak Ridlo buat tanya-tanya, saya kaget ada kak Sy lagi ngerjain sesuatu di meja di seberang meja pembimbing saya. Mungkin dia kerja di perusahaan yang sama dengan tempat KP saya, saya pikir. Oh meeeen, kenapa harus sering dipertemukan (lagi) dengan orang yang saya tahu tapi dia hanya familiar dengan wajah saya? dan ga cuma sekali ini kasus seperti ini terjadi. Ada beberapa orang yang saya tahu, sering ketemu, tapi karena belum ada sesi kenalan yang "formal" saya jadi ga berani menyapa. Yaaah, I think it's something I have to reduce if I want someone to be my friend. Dan saya malah sering ketemu dengan mereka. Mungkin Allah ingin saya mengurangi sifat ini. Insyaallah, I'll try.

KP | 04 Juli 2015

Kemarin saya sama Fanny masuk KP lagi setelah rencana hari sebelumnya saya gagalkan karena saya kesiangan. Sebenarnya sudah dua kali saya menggagalkan rencana kami untuk masuk KP gara-gara kesiangan dan satu kali lagi nyaris saya gagalkan dengan alasan yang sama tapi karena Fanny waktu itu udah berangkat, saya jadi berangkat juga walaupun waktu itu setengah 11 baru sampai gedung diklat hihihi.

Akhirnya tugas yang diberikan kepada kami kemarin "selesai", menurut versi kami. Kami nyaris pulang karena Pak Ridlo mengabarkan bahwa beliau tidak datang ke kantor. Daripada ga ada kerjaan jadi jam setengah 2 kami putuskan untuk pulang. Eh ternyata kami dapati Pak Ridlo di mejanya.

"Gimana gimana" Seperti biasa, kata pertama yang keluar dari Pak Ridlo setiap kami menemui beliau.
"Lhoh, Pak, katanya ga masuk"
"Saya berubah pikiran."

Akhirnya kami melaporkan hasil kerja kami. Dan jeng jeeeeng apa yang kami kerjakan belum sesuai dengan yang diinginkan. Akhirnya untuk kesekian kalinya Pak Ridlo menjelaskan kepada kami. Dan kami memutuskan untuk memperbaikinya, mengerjakannya lagi di kantor, ga jadi pulang. Hohooo, mungkin selama ini kami belum menemukan metode yang tepat untuk memahami penjelasan Pak Ridlo atau mungkin Pak Ridlo belum menemukan metode yang tepat untuk menjelaskan dengan jelas kepada kami. Bisa jadi keduanya.

Gitar

Saya terpaksa belajar gitar saat kelas 11. Mata pelajaran Kesenian mengharuskan saya untuk tampil di depan kelas membawakan sebuah lagu dengan diiringi musik dari gitar. Jadilah Aku Percaya KamuD’Masiv menjadi lagu pertama yang saya pelajari. Dan berkat “keterpaksaan” masa SMA itu, sekarang saya sudah punya keahlian main gitar. Hanya kunci C, D, E, F, G, A, Am, Em, Dm, dan Bm (masih sering fail). Ya, hanya itu. Bekal yang sangat sedikit. Jadi selama ini lagu-lagu yang saya mainkan kebanyakan ya yang isinya kunci itu-itu saja hahahaaa. Soalnya kalau udah pakai kunci yang “berdiri” sering ga bisa bunyi karena nekan senarnya kurang kuat, jari saya udah sakit duluan.

Belakangan ini saya sering lihat videonya Sungha Jung. Pertama kali saya lihat videonya yang memainkan Payphone – Maroon5­, saya terkagum-kagum. Bukan melihat orangnya, tapi melihat tangannya hahahaa. Semenjak itu saya jadi sering nonton video-videonya. Gara-gara ini nih saya jadi pengen belajar gitar lagi, belajar yang fingerstyle tapi sampai sekarang jari-jari ini masih kaku, jadi masih belum berhasil.

Trus belakangan juga sudah nonton video tutorialnya. Jadi semakin pengen belajar, terutama buat mainin yang sudah dimainkan Sungha Jung. Abis keren sih cara mainnya. Tapi ada satu kendala : belum punya gitar. Jadi selama ini saya kalau main gitar pinjem gitar orang. Sekarang paling baru iseng-iseng main gitar kalau main ke sekre unit. Sayang sekali harus menunggu paling tidak bulan depan untuk bisa membeli gitar sendiri melihat kondisi kantong yang pas-pasan ini padahal saya sudah punya wishlist lagu yang ingin dimainkan.

 The Scientist – Coldplay
I’m Yours – Jason Mraz
River Flows in You – Yiruma (arranged by Sungha Jung)

Semoga saja bisa segera punya gitar sendiri jadi bisa belajarnya di kosan, tanpa dilihat orang. Maklum, saya tipe yang ga enak kalau ngapa-ngapain dilihatin orang.

14 Ramadhan 1436 H | Kali kedua “bertemu” Ricky Elson

Postingan ini dimaksudkan untuk dipost kemarin, tapi harap maklum, baru ada koneksi internet tengah malam begini hihi.

Hari ini (sebenernya kemarin, tapi karena ditulis kemarin yaaa bilangnya hari ini) saya sengaja datang ke masjid Salman, masjid depan kampus saya, untuk menghadiri acara yang diadakan setiap sore di bulan Ramadhan ini. Acara tersebut bernama Inspirasi Ramadhan. Tanggal 1 Juli ini sudah saya rencanakan untuk menghadirinya karena pembicara yang mengisi kali ini adalah Ricky Elson.

Beberapa waktu terakhir ini saya tahu bagaimana cerita Ricky Elson, tentunya dengan kepo akun facebooknya. Dari kepo-an itu saya merasa menemukan sesuatu yang menginspirasi dari seorang Ricky Elson. Makanya saya ingin sekali datang ke acara sore ini.

Kali ini saya dapati beliau dengan rambut yang lebih panjang dibandingkan dengan terakhir kali saya “bertemu” beliau di acara yang sama, tahun lalu. Di awal “ceramah”nya tadi pun saya sudah mendapatkan “tamparan” sendiri.
“Saya bingung mengapa saya harus memberikan semangat kepada adik-adik. Seharusnya adik-adiklah yang memberikan semangat kepada adik-adik kita di luar sana”
Itu hanya perkataan beliau versi ingatan saya. Kalimat tepatnya, saya sudah lupa.

Ada benarnya juga. Itu menurut saya. Saya tidak memungkiri, kita semua memerlukan bantuan semangat dari orang lain. Saya tahu kita semua memerlukan trigger dalam kehidupan kita. Namun yang menjadi pertanyaan (ini sebenarnya pertanyaan untuk diri saya sendiri), Apakah saya sudah memberikan semangat kepada orang lain? Apakah kita sudah memberikan semangat, inspirasi kepada anak-anak di luar sana agar mata dan hati mereka terbuka, agar mereka tahu bahwa mereka bisa, agar mereka tahu bahwa cita-cita mereka sangat mungkin dicapai, agar mereka tahu bahwa negeri ini sangat bisa diperbaiki dan mereka bisa melakukannya. Jadi sedikit melankolis hahaa.

Tadi Ricky Elson membawakan pembicaraannya dengan dilengkapi slide yang saya pikir itu slide untuk mahasiswa yang KP di LAN, Ciheras. Ah, mengingatkan kembali keinginan belajar ke sana. 

Dilanjutkan dengan cerita beliau bahwa sebenarnya dari kecil kita sudah belajar engineering, terutama permainan zaman dahulu, bukan seperti zaman sekarang yang kebanyakan mainnya sliding layar saja (meskipun juga pasti juga melibatkan otak, tapi sliding layar saja kan tidak menambah pengalaman secara fisik). Pembahasan berlanjut hingga intinya kita ini bisa, banyak orang-orang hebat di negeri ini, bukan hal yang tidak mungkin untuk membuat negeri kita tidak tertinggal lagi

Beliau juga menceritakan beberapa ide yang terpikir oleh beliau yang membuat saya kagum. Tentang kincir angin, dimana semua universitas dapat mengembangkan kincir angin dan datanya dipaparkan secara terbuka dan online sehingga semua orang yang terlibat dapat melihat kincir manakah yang memiliki performa yang lebih bagus kemudian yang lain akan mengembangkan kincirnya menjadi seperti yang lebih baik itu, kemudian pengembangan dilakukan dan looping terjadi hingga suatu saat akan ditemukan kincir yang “paling baik” (saya beri tanda kutip karena saya yakin, manusia akan terus berkembang dan melakukan pengembangan terhadap sekitarnya, jadi maksud saya teknologi itu pasti akan bergerak menjadi lebih baik). 

Setiap kali kita mengusahakan sesuatu, pasti akan ada banyak rintangan. Sayangnya ada orang-orang yang baru melihat dinding rintangan itu sudah takut duluan. Pesimis. Harusnya dinding itu diidentifikasi dulu sehingga kita menemukan apa yang bisa kita lakukan untuk melewatinya, apakah bisa dilompati, dihancurkan, atau kita harus menggali jalur di bawahnya. Bagi saya itu jleb juga sih hehe, merasa masih begini-begini saja hahahaaa.

Ada bagian yang saya tangkap sebagai berikut, untuk berkarya tentunya kita perlu mencoba, di situlah proses belajar terjadi. Bisa dimulai dengan meniru. Apa salahnya dengan meniru? Asalkan tidak diakui sendiri tak apa kan? Dari situ akan menemukan alternatif-alternatif pengembangan dan muncullah karya yang baru.

Wah, sebagian yang lain saya lupa apa isinya apa hehee. Ya pokoknya intinya asalkan ada kemauan pasti ada jalan. Pasti bisa. Pasti bisa.