Posts

Showing posts from July, 2016

AUS : Behind The Scene - Part 5

Tenyata tubuh saya bisa beradaptasi cukup cekat dengan cuaca panas di Singapur. Mulai hari kedua panasnya sudah terasa biasa saja.

Saya sangat berterima kasih pada panitia AUS yang memberikan kesempatan main-main gratis eheheee. Hari kedua saya mengikuti AUS, kami diberi tiket ke National Gallery Singapore. Emmm bagi saya itu kunjungan yang menyenangkan. Bagi teman-teman yang lain sepertinya biasa saja. Menyenangkan bisa melihat karya seni begitu. Kok bingung apa yang mau saya ceritakan di galeri ini. Kami akhirnya foto bersama di rooftopnya. Ihirr, akhirnya ngepost foto.


Let me Introduce.
From the back-left side : Siwo, Riva, Glennson, Daniel, Cheryl, Laras, Me, Diva. Di depannya ada Ghani, Shasa, Ojan dan Wahid.

Selanjutnya kami ke Bugis Road. Itu juga tempat buat belanja. Oh maaaan, di sana jauh lebih murah daripada di tempat beli oleh oleh yang kami kunjungi sehari sebelumnya (Mustafa Center). Sangat menggoda untuk belanja tapi ... no. Harus mengontrol diri. Hahahaa. Dengan obrolan singkat dengan dua orang diantara mereka, saya tahu ternyata ada orang yang menganggap belanja-belanja aja, kan itu uang orang tua, kalau uang sendiri sih baru pikir-pikir. Okay.

Selanjutnya kami dinner di restoran Thailand. Teman-teman yang sudah berhari-hari di Singapur sungguh sangat berbahagia karena akhirnya makan makanan yang lebih berbumbu. Biasanya kan hambar, kalau ga gitu rasanya aneh di lidah. Tidak ada yang special.

Tak ada yang special hingga kami menemukan ... kalau kata Ojan mah, pintu paling "berfaedah" sedunia. Ada video kocaknya sih tapi di hapenya Ghani. Saya kasih ilustrasinya deh.



Itu pintu buat apa yak? Do you get it? Ah sudahlah kalau tak mengerti.

Selama di sana, biasanya yang mengantar kami kembali hanyalah Glennson seorang. Yang lainnya kalau ga pulang duluan ya main ke club. Hari itu juga. Ada kejadian lucu dimana Glennson panik minta ampun karena sebagian dari kami tiba-tiba tak terlihat sejauh mata memandang. Dikiranya sebagian dari kami masuk kereta duluan di platform yang salah.

"Hei, where's the others? They don't take that train, right? Someone call them! Call them! Oh my God, THIS IS UNBELIEVABLE. I just checked that way and when I turn they're gone." *kurang lebih ngomongnya gitu lah.

Dan "THIS IS UNBELIEVABLE" menjadi gurauan hingga saat ini karena ekspresinya Glennson sungguh lucu. Hahahaa. Ternyata yang lainnya itu ketinggalan, Ez-link cardnya Shasa bermasalah jadi sempat ga bisa lewat pintunya.


Dan selanjutnya kejadian cukup horor menimpa suite saya ...

Kok I don't get any point of this post. Ya cuma cerita saja sih hahaha

Renungan

Tersentil oleh beberapa kalimat di blog Mbak Diana.



But really, who want to expect something bad comes as the change? I don't. You may not want it too.

But it could be happened, right? Then what should we do when we think a bad change comes to our way?


Respond it. Change yourself.

Change the way you think it is a bad change.
It may come to your way in a purpose, which you have not understood yet.
Or it comes for your own good, which you have not understood yet too.





Jalan Dikit Ga Masalah laaah

Ini yang saya bingung, bagaimana membuat orang Indonesia mau jalan dikit. Sebenarnya sejak saya tingkat pertama, dosen Fisika  Dasar saya (yang sampai sekarang masih ganteng dan saya masih kagum dengan beliau) menasehati kami sekelas agar menggunakan halte dengan benar. Faktanya, sampai saat ini halte ga jelas buat apa. Kebanyakan orang (atau malah semua orang?) maunya berhenti di depan tempat yang dia tuju. Makanya, dulu beliau bilang ,"Pokoknya mulai besok, kalau sampai saya lihat kalian naik angkot ke kampus, trus turunnya ga di halte, awas saja."

Hihihi, tapi sampai sekarang saya juga masih turun dari angkot ga di halte.

Saat mengikuti AUS kemarin, saya mengalami yang namanya banyak jalan. Karena yaaa bus atau kereta yang dinaiki kan harus berhenti di tempatnya berhenti. Dan saya senang, masyarakat di sana mau mentaatinya.

Akhirnya saya jadi berpikir (lagi), kenapa di Indonesia masih belum bisa? Di Indonesia, orang maunya turun di tempat terdekat dengan tujuannya. Membuat angkutan umum berhenti di tempat yang tidak seharusnya berhenti lalu membuat pengguna jalan lain terganggu dan yang terganggu biasanya akan membunyikan klaksonnya "tiinn ... tiiin ... " "tiit.. tiiit" and I hate that. I hate that they can't be patient. Etapi salah pengguuna angkotnya sih. Etapi harusnya pengguna yang lain juga tahu, Indonesia masih begini sistem transportasi umumnya. Ah entahlah, mana yang salah.

Jadi kenapa ga bisa seperti di negara yang lebih maju, yang mau berhenti di halte walaupun harus jalan lagi?

The first thing comes to my mind is regulation. Kenapa di negara maju bisa? Ya karena sudah diberi aturan begitu dan masyarakatnya disiplin.

Yang kedua, saya jadi mikir. tempat pemberhentian angkutan umum yang disediakan apakah sudah cukup dan memadai? Saya tak tahu optimalnya tempat pemberhentian macam itu ada setiap berapa ratus meter. I think, Urban-Planning people know more about it.

Untuk infrastruktur saya pikir bukan masalah yang sulit. Maaf, yang saya tahu, ya untuk infrastruktur tinggal mengikuti bagaimana prosedur embuatan fasilitas umum dan bla bla bla. Menurut saya yang jauh lebih sulit adalah bagaimana mengubah mindset dan kebiasaan masyarakat.

Jadi bagaimana? Saya baru segini saja mikirinnya. Masih terlalu dangkal? Iya. Masih omong doang? Iya.

AUS : Behind The Scene - Part 4

Hari Rabu, 13 Juli 2016, setelah agenda AUS hari itu selesai, saya diajak teman-teman untuk main. Kami pergi ke Mustafa Center. Ceritanya beli oleh-oleh. WOW, saya baru nyampe udah beli oleh-oleh saja. Well, cerita beli oleh-olehnya ga penting.

My first ez-link card -- kawaii~
Karena sebelumnya saya menggunakan standard ticket untuk naik MRT, hari itu juga saya langsung membeli ez-link card. Biayanya cukup mahal euy huhu. Teman-teman yang lain yang sudah membeli sebelumnya mendapatkan edisi Marvell. Gambarnya macho gitu. Nah, saat saya membeli, kebetulan edisinya unyuu banget. Warnanya pink pula.



Adab naik eskalator
Dari dulu selama di Indonesia saya bingung, sebenernya kita naik eskalator itu harus di sebelah mana sih? Kiri atau kanan?

Nah pas saya di Singapur, awalnya saya cuma ngekor orang depan saya. Berdiri di sebelah kiri. Lalu saya iseng tanya ke Cheryl,
"Cheryl, ummm, in Singapore, where should we stand when we taking escalator?"
Katanya, "Kalau kamu naik hanya akan diam berdiri di eskalator, kamu ambil sisi sebelah kiri. Kalau kamu ambil sebelah kanan, kamu harus berjalan naik tangga eskalator karena itu untuk memberi jalan orang yang buru-buru."

Okay. Karena di Singapur sama seperti di Indonesia, orang berjalan di sebelah kiri, maka saya akan mengikutinya.

Jadi kawan, naik eskalator itu berdirinya satu anak tangga satu orang. Kalau mau santai, mari naik eskalator di sebelah kiri. Biarkan orang yang butuh cepat jalan di sebelah kanan. Atau kalau kalian tidak mau mengantri di sebelah kiri, just take the right side dan naik tangga sebentar, baru ngobrol dengan teman.

Naik MRT
Hari pertama jalan-jalan dengan teman2, saya tidak terlalu kaget dengan MRT. Well, kalian tahu kan, di angkutan umum biasanya ada kursi khusus untuk orang tua/ibu hamil/orang cacat/orang membawa balita. Kursi itu diharapkan dikosongkan bagi orang yang normal.



Well, most of the time I rode MRT, it goes well. Tapi ada juga saat dimana saya menemukan kursi itu diduduki oleh orang yang bukan semestinya.

Ada suatu saat saya capek banget, sampek tidur sambil berdiri di MRT. Keretanya penuh. Teman saya (anak Indonesia) menyuruh saya duduk di reserved seat itu. Katanya, "gapapa. Kan belum ada orang yang seperti disebutkan. Nanti kalau ada, baru dikasih." Saya tetep kekeh mending berdiri saja sih. Soalnya saya mau tidur. Kalau nanti ada orang tua trus saya tidur kan ya gimana yaaa. Well, saya ga tahu apakah pemikiran teman saya itu benar atau tidak. Setahu saya, di negara seperti Jepang, mereka akan mengosongkan kursi itu bagaimanapun keadannya. Ga tahu apakah itu beneran atau engga. Tapi saya juga mikir, kalau orang nya memang beneran capek gimana?

Ya mari kita pikirkan.
Yang jelas, intinya berikan hak kepada yang berhak.

BTW, selama saya di Singapur, sejak pertama kali saya naik MRT, saya selalu berharap bisa ketemu Kak Sy -- Orang yang pengen saya kenal dan menjadikannya teman jadi saya bisa tanya-tanya pengalamannya sepuasnya. Dia kan kerja di Singapur. Tapi ternyata tak terkabulkan. Hahahaa

Pilah sampah
Pertama kali saya sarapan di NUS, manusia-manusia peserta AUS membereskan makannya ya gitu saja. Saya pikir mereka akan memilah-milahnya. Ternyata ya sudah, semua dimasukkan di satu trash bag. Saya ga tahu bagaiamana kebijakan di Singapur tentang sampah karena seingat saya, SAYA GA NEMU TEMPAT SAMPAH DI MANAPUN DI PINGGIR JALAN. Tapi percayalah, LINGKUNGANNYA BERSIH, BERSIH BANGET. Hanya manusia yang terlalu banyak yang membuat saya kurang nyaman.

Jalannya cukup sepi
Jalan raya di sana cukup sepi karena jarang yang menggunakan mobil pribadi. Dan yang lebih penting, selama saya di sana, saya tidak pernah mendengar suara klakson. Tertib. Iya tertib banget.

Banyak orang menggunakan public transport. Makanya stasiunnya ramai.

Untuk menyebrang, mereka menyebrang pada tempatnya : Zebra cross, jembatan penyebrangan, atau lewat jalan di bawah tanah (saya lupa sebutannya) -- seperti yang pernah saya lakukan untuk menemukan Stn Opp Buona Vista dari posisi awal saya di Stn Buona Vista, saya berjalan lewat bawah tanah, tak tahu kemana arahnya. Dan ternyata hal yang sebenarnya saya lakukan adalah menuju ke halte seberangnya hahaha.

Pedestrian first. Walaupun sudah ada pengatur penyebrangan dengan traffic light, tapi jika masih ada pedestrian yang baru nyebrang di detik-detik terakhir dan tiba-tiba kendaraan harus jalan, biasanya yang bawa kendaraan akan berhenti menunggu pejalan kaki menyebrang. Dan sekali lagi, tidak ada suara klakson.

Ternyata naik kereta lama
Hal ini kami, anak Indonesia, bicarakan saat kami main ke Gardens By The Bay (Cerita Gardens By The Bay nanti saja ya). Mereka merasa, naik kereta ke sana lama sekali padahal sebelumnya mereka ke Marina Bay naik bus lebih cepat. Akhirnya ada yang angkat bicara, "kalau naik kereta itu lama karena rutenya jadi ga langsung, tapi berbelok gitu. Makanya sebenernya orang sini juga agak males naik kereta."

Lhoh kok rasanya kontradiktif? Males naik kereta, tapi keretanya rame lhoo. Jalan rayanya cukup sepi lhooo.

Ya gitu deh pokoknya. Semoga membuat kita introspeksi diri untuk memperbaiki bagaimana cara hidup kita dan bagaimana kita berhubungan dengan orang di fasilitas umum.

I envy them for being discipline and not selfish.

Smart Healthcare

Kawan, kali ini saya ingin bercerita tentang sebuah seminar yang saya ikuti saat mengikuti AUS sekitar seminggu yang lalu. Sebenarnya kali ini merupakan concurrent session, kebetulan saya kebagian seminar berjudul Smart Healthcare : Using Big Data Analytics and Technology to Gain Insights. Seminar ini dibawakan oleh Dr Lowly Low Lee Yong yang merupakan FOunder dan CEO dari MHC Asia.

Well, sejujurnya, saya kurang ngeh di seminar ini soalnya pembicaranya terpengaruh aksen bahasa mandarinnya. Ngomongnya cepet pula. Saya yang listeningnya kurang gini mah nangkepnya jadi secuplik-secuplik. Kebanyakan ngewes saja lewat di telinga saya tanpa sempat dibawa ke otak untuk dicerna. Maafkeun.

Jadi mari saya ceritakan apa yang saya dapat dengan secuplik-secuplik itu. Tentunya dibantu dengan googling juga.

Di seminar ini (sepenangkapan saya) sebenarnya Dr Low hanya menjelaskan apa yang dilakukan MHCAsia. Begini, MHC Asia -- stands for Make Health Connect -- merupakan sebuah perusahaan yang "bermain-main" dengan Big Data (really big, I think) to empower consumers dengan informasi. MHC Asia menghubungkan dokter, rumah sakit, perusahaan asuransi, perusahaan produk kesehatan -- terutama obat, dan clients (hopefully I don't miss a thing).

MHC is a leading Third Party Administration (TPA) company, that helps companies, major insurers and medical providers improve their medical claims processing, efficiency, and workforce productivity by eliminating paper work. Being the first web-based medical claims system in Southeast Asia, MHC has successfully linked up a network of 1000 clinics in Singapore and 550 clinics in Malaysia.

Data apa saja?

Well, MHCAsia dapat menyediakan report pada perusahaan kesehatan, misal perusahaan obat-obatan untuk mengecek di negara bagian mana saja produknya terpasarkan.

Dengan menghubungkan dokter, rumah sakit, dan klinik, customer dapat mengetahui bagaimana riwayat layanan kesehatan di sana. Bahkan ada sistem rating untuk dokter. Jadi pasien dapat menemukan dokter terbaik yang sesuai.

MHC Asia juga menyediakan Clinic Locator sehingga pengguna dapat menemukan klinik terdekat dan mengetahui bagaimana kualitas pelayanan kesehatan di sana.

Waktu itu Dr Low juga bilang, dokter yang ter-connect-kan, harus mengisi sesuatu setiap menerima pasien. Yang saya tangkap, data obat yang diberikan juga harus dimasukkan. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya penggelapan obat.

Dan sepertinya masih ada layanan yang disediakan namun hanya lewat telinga saya. for more details, please visit http://www.mhcasia.com/

Well, it's new thing for me. Good idea to make all of stuffs to be transparent. Tentunya Smart Healthcare bukan hanya seperti yang diceritakan di atas. It's just a few examples. Pasti ke depannya akan ada perkembangan lagi karena menemukan masalah yang lain.

Perusahaan Singapur nih, dan dia sudah mulai merambah ke Indonesia. Lalu bagaimana di Indonesia? Mari kita merenung, apa yang bisa kita lakukan?

Di sesi yang sama juga berlangsung seminar yang lain. tapi saya ga ikutan. Kan saya di seminar yang Healthcare.
- Smart Digital Services : Enhancing Communications with Technology
 Hal yang paling saya tangkap dari cerita singkat seorang teman yang mengikuti seminar ini adalah, salah satu perusahaan telekomunikasi di Singapur sedang mengembangkan teknologi telekomunikasi yang memungkinkan penggunanya dapat menggunakan simcardnya di mana saja tanpa harus ada istilah roaming.

Maksudnya, sekarang kan penyedia jasa telekomunikasi memberlakukan sistem roaming untuk negara tertentu dan tarifnya muahal lagi. Nah, mereka berpikir kenapa tidak dibuat telekomunikasi ini dapat digunakan di mana saja sehingga orang tidak perlu ganti simcard di negara tujuannya.

- Smart Ageing : Benefitting the Elderly through Innovation
Saya belum tanya-tanya euy. Namun yang saya tangkap dari salah satu project peserta, Smart Ageing ini bermaksud untuk membuat lansia lebih mengenal teknologi dan dapat menggunakannya dengan baik. Tentunya juga menyediakan teknologi yang mudah dan nyaman digunakan oleh orang lansia.

Untuk mendapat gambaran lebih lanjut, silakan googling Silverline Mobile. Atau lihat appnya di smartphone. Hehehee. Silverline merupakan sebuah perusahaan yang memberikan teknologi dan juga kampanye untuk lansia tentang penggunaan teknologi.




Saya bingung mau nulis apa lagi. Kebanyakan "lecture" yang saya ikuti memang hanya perusahaan yang menceritakan apa yang dilakukannya. Masa iya, saya cuma ngepost perusahaan ini ngapain -- ya itu saya kasih tahu perusahaannya trus kalian bisa cari sendiri kaleee.

Saya mau menegaskan, itu semua hanya contoh. Mungkin cukup biasa namun cukup membuka wawasan. Oooh ternyata ada perusahaan yang begini to. Oooh di negara maju yang dilakuin ini nih. Mungkin di Indonesia bisa dibikin yang beginian nih. Awalnya mungkin kita bisa mulai dengan mencontoh, lama kelamaan peluang kita untuk berkreasi menjadi lebih besar karena pengalaman.

Smart City

Well, sebelum saya melangkah lebih jauh dengan ngepost hal-hal "serius" yang saya dapatkan saat mengikuti AUS -- berbagai "smart" yang merupakan elemen dari kota cerdas, mari kita mulai dengan mengenal dulu apa itu sebenarnya kota cerdas. Saya tidak mengikuti penjelasan atau seminar pembukaan ini karena well, kalian sudah tahu, saya baru mengikuti acara di hari ketiga. Jadi saya akan menjelaskan apa yang saya dapat dari membaca artikel.

Berdasarkan beberapa bacaan yang saya baca, simply we can say, smart city adalah sebuah urban development yang mengintegrasikan ICT (Information and Communication Technology) untuk memberikan solusi untuk mengatur aset kota. Aset kota termasuk sistem informasi badan pemerintahan, sistem transportasi, power plants, rumah sakit, sarana edukasi, manajemen sampah, dan berbagai community services lainnya. Dengan penggunaan teknologi, kita dapat meningkatkan efisiensi dari pelayanan dan pemenuhan kebutuhan penduduk dan harapannya, ini dapat meningkatkan kualitas hidup penduduk.

Menurut sebuah artikel, ternyata hingga saat ini ada tiga generasi smart cities.

Smart Cities 1.0 : Technology Driven
Smart cities tipe ini dicirikan dengan para penyedia teknologi yang memberikan teknologinya sebagai solusi untuk kotanya namun kurang mempertimbangkan implikasi dari teknologinya atau bagaimana teknologinya dapat mempengaruhi kualitas hidup penduduk. Jadi kasarnya sih seperti masyarakat tahu ada teknologi ini, mereka tak tahu bagaimana menggunakannya, tak tahu bagaimana keuntungannya. Yang mereka tahu, mereka harus menggunakannya.

Smart Cities 2.0 : Technology Enabled, City-Led
Nah kalau yang ini, ada campur tangan pemerintah yang terlihat. Pejabat pemerintah fokus pada solusi teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup. Pemerintah yang menentukan bagaimana masa depan kotanya dan bagaimana penyebaran smart technology dan inovasi lainnya.

Smart Cities 3.0 : Citizen Co-Creation
Tipe smart city yang ini melibatkan penduduknya untuk men-drive kotanya menjadi kota yang lebih smart. 

Penjelasannya sangat singkat. Untuk bacaan lebih lanjut, silakan baca ini teman-teman, http://www.fastcoexist.com/3047795/the-3-generations-of-smart-cities

Dan ini ada video yang menurut saya cukup bagus untuk teman-teman yang belum tahu smart city itu seperti apa : https://youtu.be/Br5aJa6MkBc 

Tapi entah kenapa saya yakin semua yang baca blog ini sudah tahu. Ya lagian siapa yang baca blog ini? Etapi sempat ada orang tidak dikenal dan sepertinya masih SMA yang baca dan komen di blog saya. Jadi yasudah saya kasih aja ya. Hahaha

Ternyata, Singapur lebih ambisius. Mereka ga hanya mau bikin smart city, tapi mau bikin smart nation. Well, it's extremely a huge thing. Namun pertama kali saya mendengar smart nation di Singapur, saya berpikir, memangnya di Singapura ada berapa kota ya? Dan saya pikir, dengan area negaranya yang kecil, manajemennya akan jauh lebih mudah dibandingkan Indonesia yang jauuuuuh lebih besar dan terpisah-pisah -- ya Indonesia kan negara kepulauan. 

Ini ada video singkat pengantar tentang Smart Nation-nya Singapur : https://www.youtube.com/watch?v=JI6-hB2Bl1A

Dan ini juga ada video singkat tentang gagasan smart city di Indonesia : https://www.youtube.com/watch?v=X19OsELusaI 


But guys, ngomongin smart city, tentunya ga hanya membicarakan teknologinya namun juga manusianya. Semuanya tak akan bisa tercapai jika manusianya tidak mendukungnya. That's why we need to be a good person. I mean, we know about the technology, we use it properly and wisely. Bukan hanya bagaimana menggunakan teknologinya tapi kita sebagai penduduknya juga harus bermoral baik agar peningkatan kualitas hidup itu diiringi dengan kenyamanan, keamanan dan kerukunan. Jadi hidup ini bisa terasa lebih indah gitu lho.

Terimakasih^^

Omae omae ...

Ternyata "omae" dalam Bahasa Jepun artinya "kamu". Padahal belakangan ini saya nyebut "omae" bukan bermaksud begitu. Kenapa saya belakangan ini jadi sering bilang "omae"?

Bermula dari saat di Singapur. Karena banyak ngobrol sama anak-anak dan pakai English, biasanya kalau kaget, kagum gitu saya sering menggunakan "Oh My God!". Nah, karena keseringan, jadi bukan "Oh My God!" lagi, tapi "Omaigod". Trus jadi semakin singkat, "O My ..." Trus terplesetkan menjadi "Omae omae".

Banyak hal yang ingin saya baca dan saya tonton. Ohooo, tiba-tiba saja pagi ini berniat membuka GoogleBooks.


  • Nemu buku judulnya Matematika Kehidupan, wishlist nambah lagi nih.
  • Trus baru inget, mau beli The Lost Symbol belum jadi. Pengennya sih beli e-booknya saja, lebih murah hihihi.
  • Sebelumnya udah pernah baca novel karya Dan Brown juga, yang judulnya Inferno. Trus jadi inget, bentar lagi filmnya Inferno rilis. Kata Wikipedia sih rilisnya bakal Oktober nanti. Ga sabar buat nonton. Uuuuu~ Ternyata The Lost Symbol sempet ada trailernya, mau dibikin movie, tapi ternyata ga jadi, digantikan sama Inferno.
  • Gara-gara lihat movie, jadi inget belum nonton Detective Conan Movie 20 : The Darkest Nightmare. Padahal udah rilis April lalu. Pengen banget nonton.
  • Bentar lagi juga ada movienya One Piece. Kata Umi sih itu film Gold --> ga tau maksudnya apaan. Pengen nonton jugaa.
  • Kemarin juga baru beli buku yang sebenarnya sama sekali belum masuk wishlist. Saya beli The Lone Ranger. Beli karena di Sang Pemimpi nama tokoh utama di The Lone Ranger dijadikan julukan untuk Arai dan Ikal. Juga beli buku, yang lupa judulnya, dia udah masuk best seller New York Times. Keduanya belum dibaca.
  • Ohiyaaa, belum nonton One Piece eps 750, coy!
Ah ternyata cuma dikit. Hahahaaa


Random - Selingan

Omae omae. saya berencana nulis semua pengalaman saya selama ikutan AUS tapi kok setelah dilist jadi banyak banget :(( Takut bosen nulis euy :((




AUS Singapore - YSE

Sayang sekali saya telat datang ke acara AUS ini. Saya terpaksa melewatkan dua hari pertama :((

Hari ketiga adalah hari pertama saya bertemu dengan kelompok saya. Pertama kali kami berkumpul saat sarapan. Yaaa sarapan diambil per kelompok. Tidak seperti makan siang yang ngambilnya per individu.

Sayang sekali ternyata kegiatan AUS dalam sehari sangat panjang untuk dibuat post. Jadi saya buat per topik saja lah.

In a cloudy morning, hari ketiga dimulai dengan sebuah lecture : Young Social Entrepreneurs (YSE) - Sharing : VolunteerNow

Lecture ini dibawakan oleh Mr Abhishek di awal. VolunteerNow merupakan salah satu social enterprise yang ada di Singapur. Singkatnya, VolunteerNow menyediakan sebuah platform untuk mempermudah warga untuk menjadi sukarelawan. Yah, bermula dari banyak kan, orang yang pengen jadi volunteer, tapi ga tahu harus gimana, ga tahu nyumbang ke mana. Nah, di sinilah, VolunteerNow menjembatani organisasi yang membutuhkan ke volunteers.

VolunteerNow helps people find awesome volunteering opportunities. It was founded in 2012 by Abhishek Marla and Utkarsh Gupta. It is unique online portal that connects NGO’s and Corporates to various volunteering opportunities. It is also an established medium for CSR campaigns and initiatives across several countries in South-East Asia and India.
Check : http://sites.ndtv.com/roadsafety/foundation-partner-volunteer-now/ 

Kalau saya pikir-pikir, hal semacam ini akan mempermudah manusia untuk membantu satu sama lain. Kasarnya sih, biar yang berkecukupan tahu dan peduli, yang kesusahan bisa segera mendapat bantuan. Biar ingat kalau di luar sana masih ada yang membutuhkan dan di harta kita mungkin ada sebagian hak mereka.

Katanya sih, platform ini akan lebih dikembangkan lagi dengan menambahkan machine learning yang lebih waw. Jadi programnya bisa mengeluarkan jawaban atas permintaan yang rumit, misal "saya pengen nge-volunteer. Saya available weekend doang. Saya tinggal di xxx road. Saya pengen volunteernya di bidang edukasi.

Well, pasti kepikiran, kalau usaha seperti ini dapet untungnya kayak gimana. Kan uang dari sukarelawannya diberikan ke yang membutuhkan. Masa iya orang yang pusing-pusing ria mikirin algoritma pemrograman, mikirin desain, bla bla bla ga dibayar? Mulia sekali hidup mereka jika bekerja tanpa pamrih.

Ada beberapa taktik, Kawan. Sepertinya tidak semuanya dibocorkan. Yang saya catat hanya adanya dua versi : freemium dan premium (yang harus bayar), dan jadi media campaign CSR perusahaan. Ya pastinya ada banyak jalan lain untuk menghidupi usaha ini agar tetap dapat bertahan melayani masyarakat.

Kebetulan waktu itu ada sebuah buku dari VolunteerNow yang diedarkan. Saya lihat, itu dokumentasi salah satu kegiatan VolunteerNow. Kegiatannya simpel banget. Mengedukasi anak-anak dan pengguna jalan tentang lalu lintas. Kegiatannya ada yang berupa (1) campaign langsung di jalan. Pengguna jalan otomatis langsung aware dong dengan campaign langsung aksi di jalan itu. Kalau dengan lihat langsung masih ngelanggar saat itu juga sih, kayaknya itu kebangetan. (2) Ada lagi yang memberikan edukasi ke sekolah-sekolah gitu. Dan di campaign-nya saya juga lihat anak sekolah itu diajak turun. Simpel kan?

Di akhir, Mr Abhishek mengatakan mumpung masih muda, kita isi masa muda kita dengan hal yang menyenangkan dan bermanfaat. Ada juga hal yang mirip dengan tulisan Mbak Diana yang pernah saya baca. Intinya sih, Jangan bepergian in hurry. Jangan bepergian hanya untuk menikmati keindahannya saja, lihat juga di luar keindahannya. Jangan bepergian tanpa memberikan manfaat ke tempat yang kita kunjungi.

Selanjutnya, lecture dilanjutkan oleh ... , aduh maaf, lupa namanya. Lecture ini menjelaskan tentang YSE yang merupakan salah satu program dari Singapore International Foundation. Kabar baik untuk kalian yang berjiwa bisnis dan sosial. 

The SIF's Young Social Entrepreneurs (YSE) programme seeks to inspire, equip and enable youth to embark on social enterprises in Singapore and beyond.

The programme nurtures a multinational network of social entrepreneurs, where the power of ideas, know-how and resources can be harnessed to enrich lives and effect positive change for a better world


Intinya, jika teman-teman punya usaha atau ide usaha yang berpeluang menjadi social enterprise, teman-teman bisa ikut YSE. DI YSE, akan ada workshop terkait dengan social entrepreneurship. 16 peserta terpilih (kalau ga salah) akan mendapat kesempatan dibimbing mentor selama 8 bulan (kalau ga salah) untuk mengembangkan bisnisnya. Dan tim yang terpilih dari yang terpilih akan mendapatkan hadiah berupa uang untuk mengembangkan usahanya. Di luar itu semua, tentunya ini kesempatan yang baik untuk mendapatkan network, pengalaman, dan memperluas wawasan. Untuk info lebih lengkap, silakan kunjungi www.sif.org.sg/yse

Mau Dibawa Kemana?

Saya ingin menyelingi postingan biar ga melulu tentang AUS. Sebenernya sudah ingin menulis tentang ini dari sekitar sebulan yang lalu tapi seperti biasa, procastinating masih menjadi kebiasaan.

Saya mau cerita dulu.

Recently, saya mengamati tulisan-tulisan di sebuah storytelling community, dimana penggunanya dapat mem-post artikel, cerita, fan fiction, maupun puisi. Saya lebih concern ke karya berupa cerita, seperti novel.

Pertama kali saya membuka komunitas ini, saya sudah diberi tahu teman sekamar kalau isinya aneh-aneh. Harus pintar-pintar milih. Well, dari covernya pun juga sudah kelihatan aneh-anehnya.

Saya baru mengamati di genre science fiction, romance, mystery, fantasy. Tipe buku yang paling mungkin saya baca. Saya kaget dengan bagian genre romancenya. Ga kaget yang berlebihan gitu sih, heran saja.

Gini, ini pertama kalinya saya nemu "buku" yang isinya cerita romance dan banyak di antara buku-buku itu yang mengandung sesuatu yang menurut saya sudah masuk mature. Hopefully you know what I mean. Ga cuma satu-dua loh tapi banyak banget yang muncul itu tipe-tipe yang seperti itu.

USIA
Saya masih agak oke saja kalau di sana sudah ada peringatan, misal tanda [18+]. Ah menurut saya, 18 tahun pun juga belum saatnya baca begituan. Tapi ada beberapa yang ga ada warningnya loh. Walaupun sudah ada peringatan, gimana kalau anaknya penasaran? Hayolo

YANG GITU-GITU(?)
Terlepas dari usia, saya juga khawatir sama keadaan moral anak muda dan orang tua (yang masih cukup muda) saat ini. Gini, saya pernah menemukan cerita dengan pemerannya masih anak SMA. Dari cerita itu, saya menangkap, anak SMA pergaulannya sudah yang ngerti gitu-gitu. Apa hayo? Ya kayak ciuman, groping sth, yaaaaaa pokoknya gitu-gitu deh. Kok ternyata ga enak buat ditulis. Tokoh utama di cerita itu memang belum melakukan hubungan seks tapi sudah yang gitu-gitu. Dan menurut cerita itu, being virgin dalam usia segitu (usia anak SMA paling ngepol 18 lah ya) adalah sesuatu yang aneh. OMAIGOD! Ya Allah, ini anak sma mau di bawa kemana? Terlepas dari pengetahuan tentang gitu-gituan, pergaulannya itu lho, menurut saya sangat jauh dari mengajarkan sopan santun. Misal nih kayak suka hangout yang foya-foya, bullying someone, berani sama orang tua.

Oh God! ini penggambaran kehidupan anak sma di cerita itu. Tenang. Cuma dikit kok yang saya temui. Masih banyak cerita anak sma yang isinya masih bikin senyum2 gitu, cerita yang bocah banget gitu deh. Hahaha. Etapi, terlepas dari efek jika seorang anak yang tidak semestinya membacanya dan akhirnya bisa mencontohnya, bukankah salah satu jalan sebuah cerita dapat muncul ke permukaan adalah itu sudah kejadian? Apa iya keadaan anak muda saat ini ada yang seperti itu? Kalau dari beberapa pengamatan, sepertinya jawabnya iya.

MENGHALALKAN YANG TIDAK HALAL(?)
Saya banyak menjumpai cerita yang menghalalkan hubungan di luar nikah. Bahkan beberapa cerita menggambarkan orang tua mereka biasa saja mendengar kabar itu. Bahkan di beberapa cerita, mereka melakukan itu untuk membuktikan perasaan mereka. Bahkan banyak cerita melakukannya di luar nikah tanpa ada perasaan. Baru setelah menjalani kehidupan setelahnya, mereka ada perasaan dan akhirnya menikah. Oh man! ini gimana? gimana? gimana? Saya rasa hal seperti ini masih jarang di Indonesia. Tapi saya khawatir, khawatir banget. INI YANG BACA SANGAT MUNGKIN ANAK USIA AKAN NIKAH LOH! Jika mereka terdidik, it's okay, saya percaya InsyaAllah mereka bisa memfilter dan menjadikannya pelajaran, tentunya bukan untuk diikuti. Tapi masih banyak loh anak muda yang, maaf, pendidikan moralnya kurang dan sudah mengenal teknologi. Bukan berarti saya mau bilang saya orang yang pendidikan moralnya baik sih, saya juga khawatir akan diri saya.

Memang mungkin ceritanya dibuat begitu karena dianggap settingnya di luar negeri dan tokohnya juga orang luar negeri. Tapi tetap saja, authornya orang dalam negeri loh. Jadi semakin jelas kalau orang dalam negeri sudah mempunyai pemikiran yang seperti itu. Saya jadi semakin khawatir untuk beberapa orang atau golongan, hal ini sudah dianggap biasa.

Apa iya, mau Indonesia nantinya kayak begitu?

BERMEWAH-MEWAH
Kalau ini banyaaaaaak, banyaaaak banget. Misal nih, tokoh utama yang saking kayanya, dia ga mau pakai baju sampai dua kali. Padahal uang buat dapet bajunya mungkin bisa buat nyaur hutang orang-orang tertindas. Misal lagi, pemberian watak tokoh yang sukanya belanja melulu. Beli ini dan itu yang sesungguhnya itu kebutuhan yang level tersiernya sangat amat tinggi. Saya banyak banget nemu penggambaran tokoh yang suka gonta-ganti mobil mahal. Ada yang lain lagi sih tapi saya banyak lupanya.

Itu hak orang sih untuk melakukan hal seperti itu. Tapi bukankah hal seperti itu berlebihan? Apakah ingin membuat pembaca mendambakan kehidupan yang berfoya-foya seperti itu?

BTW, sepertinya ada poin lagi yang mau saya ungkapkan tapi saya lupa apa.

Ah entahlah. Saya takut bacaan beginian yang banyak tersebar memberikan efek seperti yang saya khawatirkan. Apalagi anak muda biasanya lagi kasmaran dan suka yang romance-romance gitu kan? Hal yang ga bener ini banyak saya temukan di bagian romance. Semakin takut kalau memang itu adalah gambaran kehidupan saat ini. Kehidupan di luar sana yang belum pernah saya tahu.

Ada sisi positifnya sih. Orang-orang kuper seperti saya bisa berpikir, mungkin itu gambaran kehidupan di luar sana dan bisa memetik pelajaran. Tapi ya tetap saja khawatir.

Jadi mari berhati-hati, Kawan. Maafkan, bahasannya begini. Saya merasa aneh sebenernya buat nulis pendapat ini. Hihihi

AUS : Behind The Scene - Part 3

Behind the scene lagi *mringis*.

Sebelumnya sudah bercerita kisah sebelum berangkat. Sekarang mari kita lanjutkan.

Pengalaman waktu itu, semoga saja tak akan pernah terlupakan. It was my first time going to singapore, my first flight, even my first time doing processes in airport, and I did it by myself. Sejak sebelum naik travel ke bandara, saya sudah nervous. Saya khawatir kalau saya ga tahu apa yang harus saya lakukan, kemana saya harus pergi.

Saya sampai di bandara dua jam sebelum waktu check in. Saya santai-santai saja. Ke toilet, ngecas dan keliling-keliling. Sebelum jam 2, saya check in. Saya harus masuk ke gate D4. Saya masih santai saja. Sebenernya ga tahu harus ke mana. Akhirnya nanya2. Sebelum masuk gate, sebelum diperiksa barang2 kan ada tempat duduk tuh, saya dengan santainya duduk di sana, internetan selama sekitar 1,5 jam.

Saat itu, berkali-kali saya melihat di layar, maskapai yang saya gunakan ke singapur harus ke gate D7 tapi di boarding pass saya di D4. saya juga berkali-kali mendengar pengumuman tentang itu. Tapi saya berpikir ah mungkin ada dua jenis penerbangan yang ke singapur dalam waktu yang sama. Datanglah saya ke D4. Sepi banget. Panik deh. Udah kurang dari 30 menit sebelum keberangkatan. Saya menyesal, kenapa ga dari tadi aja masuknya. Dari petugas, saya tahu kalau ternyata pengumuman yang berkali-kali saya temui itu benar penerbangan saya. Untung belum terlambat.

It was my first flight. I am excited sekaligus nervous. Sayang sekali saya tidak mendapatkan tempat duduk tepat di samping jendela. Padahal pengen banget bisa lihat awan dari dekat. Mungkin hanya sugesti saya, saya merasa selama di atas, tangan kiri saya pegel dan lemes. Mungkin efek kondisi tubuh saya yang kalau saya lihat dari gejalanya selama ini, saya mungkin punya darah rendah.

Sore itu cerah, jadi tidak ada goncangan yang berarti. Tidak seperti saat pulang yang kebetulan cuacanya kurang bagus, berkali-kali pesawatnya bergoyang -- dan saya mbatin, oh ternyata naik pesawat rasanya bisa kayak naik truk di jalan berbatu to.

Sampai di Changi Airport, saya bingung harus kemana. Hanya mengikuti tulisan arrival. Pas saya bingung, ada mbak-mbak yang dari Indonesia bilang "mau kemana? lewat sini." Alhamdulillah, dipertemukan dengan orang baik,

Sampailah saya di antrian yang ngecek passport. Tiba giliran saya. Petugasnya judes banget. Dia nanya,
"are you a tourist?"
"yes"
"you have to fill the form there," sambil nunjuk ke suatu arah.
"Okay, thank you."

Saya balik arah. mengisi form. Saking nerveousnya kali ya. Saya salah melulu. Baru di form ketiga saya bener ngisinya. Di situlah saya ketemu sama mas-mas cukup cakep. Ga tau namanya, belum kenalan. Dia di Changi menunggu penerbangan selanjutnya ke Qatar, eh kemana ya? lupa euy. Pokoknya dia mau ke Jerman. Dia cuma mau ngambil barang dari bagasi, tapi harus melewati pengecekan paspor itu jadi harus ngisi form itu.

Ternyata itu juga pertama kalinya dia di bandara Changi. Kami memeutuskan untuk jalan bersama terlebih dahulu. I mean, selama di bandara, kami akan berusaha saling membantu kebutuhan satu sama lain. Dia mau nyari tempat pewe buat makan Indomie. Saya bilang saya perlu nyari simcard. Lalu kami berdua nyari simcard. Tapi harganya mahal buanget. Jadi saya pututskan saya beli di luar bandara saja seperti yang diinstruksikan teman. Lalu saya harus mencari stasiun MRT. Saya bilang ke dia. Nyari-nyari petunjuk, udah ketemu, Dari situ kami berpisah. Dia ke arah lain, saya ke arah stasiun MRT.

Jeng jeeeeeng. Di stasiun MRT, ga tau beli tiketnya gimana. Udah tahu sih bisa pakai standard ticket, belinya di mesin ticketing. Cuma ga tau cara menggunakan mesinnya gimana. Saya masukkan uang $10, saya masukkan tujuan saya, Buona Vista. Ternyata dia ga mau kalau kembaliannya lebih dari $4. Oke. Saya harus nuker uang. Melihat saya bingung, ada mbak-mbak cantik dan mungkin suaminya, nanya saya dalam bahasa melayu. Mungkin saya dikira orang malaysia. Saya jelaskan masalah sya dalam bahasa indonesia. Tapi dia tak mengerti. Baru saya jelaskan dengan meniru-niru bahasa melayu, hasil dari keseringan nonton Upin&Ipin. Dia mengerti, dan dia bersedia untuk menukar uang ke saya. Saya endapatkan 5 buah $2. AKhirnya saya beli tiket. Terima kasih, Ya Allah, sudah memberikan bantuan.

Saya sudah tahu bagaimana cara ke Stn Buona Vista. Saya harus naik East-West Line (hijau) dan ganti kereta di Stn Tanah Merah. Selama di MRT, saya (seperti) ditemani oleh dua orang yang tadi juga kesusahan membeli standard ticket MRT. Saya lupa yang satu dari mana, yang satunya lagi bapak-bapak tipe yang suka jalan-jalan ke daerah desa gitu, dia dari San Francisco dan itu juga pertama kalinya dia ke Singapura. Satu orang turun di City Hall (kalau ga salah), dan bapak San Francisco itu turun di Outram Park untuk ganti ke North-East Line (track warna ungu).


Tinggallah saya sendirian sampai ke Stn Buona Vista. Keretanya rame. Hampir selalu penuh. Saya saja sampai tak dapat tempat duduk. Sampai di Buona Vista, saya tanya2 orang untuk menemukan sebuah minimarket bernama Cheers untuk membeli sim card. Ternyata ada sim card khusus untuk turis yang disediakan di Singapur. Saya dimintai paspor, penjaga tokonya ramah. Setelah meminta saya menunggu dan melayani beberapa pelanggan, dia memasukkan data saya. Intinya saya tinggal pakai sim cardnya. Saya jadi terpikir, pendataan turisnya bagus ya. Kalau begitu, bisa tahu turis-turis sebenarnya berkeliaran di mana. Bisa jadi bahan pertimbangan untuk menentukan area market tuh.

Langkah selanjutnya adalah menghubungi teman yang mungkin untuk menjemput atau cukup memberikan instruksi kemana saya harus melangkah selanjutnya. Juga menghubungi mbak yang ternyata sudah diminta-minta bapak untuk menghubungi. Baterai hape saya sudah bobrok, ga bisa bertahan lama. Saya harus mencari tempat duduk untuk membuka laptop dan ngecas.

Saya menghubungi Nandhini dan dia bilang, kalau saya takut, dia akan menjemput saya di Buona Vista tapi saya harus ke Halte Opp Buona Vista. Dia akan menjemput saya dengan naik bus. Saya menemukan Halte, tapi namanya Buona Vista, bukan Opp Buona Vista. Saya bilang, "I think it's better if I wait for you to pick me up. Haha." Saya beri tahu posisi saya yang sudha berpindah ke dekat toko Cheers tadi. Dia memberikan instruksi untuk ke tempat ganti ke Circle Line dan dari sana ke halte. Saya hanya berjalan, menerka-nerka kalau itu benar. Saya tidak melihat hp selama berjalan dan saat saya sudah menemukan halte Opp Buona Vista, sudah ada beberapa pesan dari Nandhini, semuanya dengan caps lock. Dia beneran panik kayaknya. Maafkeun.

Saat ada bus bernomor 196, saya melambaikan tangan. Nandhini dan Glennson keluar, meminta saya naik bus. Akhirnyaaaa. perlu $1.4 untuk sampai ke tujuan. Saya dibayarin Nandhini. Makasih makasih. Saat saya masuk, Glennson langsung bilang, "It's okay, you did the best.", wajahnya terlihat sedang menenangkan saya, seolah saya anak kecil yang sedang ketakutan karena tak tahu harus kemana. Saya pengen ketawa melihat ekspresinya Glennson. Hahahaaa

Sampai di University Town, kami turun. Ternyata, anak-anak ITB semuanya pada ada di bus bagian atas. Kurang ajar banget, ga turun buat menyambut. Hahaha. Mereka abis jalan-jalan. Dan kebetulan mereka juga naik bus 196 itu. Nandhini bilang saya beruntung karena waktunya pas banget sama waktu mereka pulang ke dorm.

Sejak di Buona Vista, setelah keluar dari nyamannya AC, saya baru sadar ternyata udaranya panas banget. Jauh lebih panas daripada di Kediri. Astagaaa, saya ga mau deh kalau disuruh tinggal di sana.

Sampai di dorm, saya menunggu panitia yang mengurus. Saya dipertemukan ke Raag oleh Andrea. Raag meminta syaa mengisi form dan memberikan saya sebuah kartu multifungsi untuk membuka kunci kamar, membuka kunci suit, membuka pintu dorm, dan naik lift. Selanjutnya Andrea yang memberikan tutorial ke saya bagaimana menggunakannya sekaligus mengantar saya ke kamar. Saya mendapat kamar di lantai 11, suit 100, kamar E. Semua orang di suit itu anak Indonesia. Kami ngobrol cukup lama di ruang kumpul sampai sekitar jam setengah 12 malam. Kata anak2 unair, hari itu hari mereka pulang paling awal : kurang dari jam 11. Biasanya pulang jam 1, jam 2. Omaigod, mereka main ke mana aja.

Kamarnya cukup nyaman. Harus selalu menyalakan kipas angin karena panas sekali dan saya memutuskan membuka jendela saat tidur karena melihat ruangannya yang seperti itu, saya takut saya tidurnya kebablasan karena kehabisan oksigen hihihi.

AUS : Behind The Scene - Part 2

Halo! Lagi-lagi pengennya nulis behind the scene-nya, bukan kegiatan utamanya. Hihi *mringis*

Banyak halangan yang saya dapat untuk berangkat ikut AUS ini. Saya hampir nyerah waktu itu tapi bapak saya tetep nyuruh buat berusaha.

Keputusan siapa yang akan berangkat sudah jelas. Saya tinggal menyiapkan keberangkatan. Daftarlah saya untuk membuat paspor. Online. Dapat jadwal ke kantor imigrasi tanggal 17 Juni. Ke sana deh . . . jeng jeng jeng. Salah saya, ga memperhatikan persyaratan. Saya ga bawa dokumen asli yang diperlukan : Akte kelahiran dan Kartu Keluarga. Saya langsung bilang ke rumah deh untuk mengirimkan keduanya. Saya bilang, kalau akte saya ga ada di rumah, berarti di kosan.

Tiga hari kemudian yang saya tunggu2 datang. Salah saya lagi, ga ngecek di kosan sebelumnya. Ternyata akte saya di rumah ga ada. Saya cari-cari di kosan juga ga ada. Sumpah panik banget. Besoknya langsung ke kantor imigrasi nanyain. Hasilnya : ga bisa tanpa yang asli. Okay. Tapi katanya boleh pakai ijazah.

Saat itu saya langsung down. Kan ada batas waktu kedatangan ke kantornya. Saya lupa menanyakan maksud keterangan "paling lambat 7 hari dari yang dijadwalkan" itu seperti apa. Tujuh hari kerja atau tujuh hari biasa. Karena down, baru malamnya saya nelpon ke rumah. Cerita. Saya bilang, "bisa diganti ijazah sih tapi ga tau ini nanti pas ijazah udah nyampe masih boleh diurus ga. " Waktu itu lagi ga punya uang lagi buat daftar bikin paspor lagi. Saat itu pikirannya "Mungkin memang belum rezekinya." Tapi bapak langsung bilang, "besok ijazahnya biar dikirim, pakai yang kilat. Kalau masih boleh diurus ya Alhamdulillah, kalau ga ya udah. Yang penting berusaha sampai maksimal dulu."

Bahkan orang tua saya waktu itu lebih panik daripada saya yang menjalaninya. Saya mah udah pasrah. Trus jadi inget, saya pernah bilang gini kalau ga salah "Pokoknya pertama kali saya naik pesawat harus ke Jepang." Ini cuma ingatan buram saya. Haha. Trus jadi mikir, apa kejadian itu buah dari omongan saya waktu itu ya?

Ternyata paketnya beneran kilat. Besoknya sampe. Tanggal 27 Juni saya langsung ke kantor imigrasi. Ternyata aplikasi saya masih bisa diurus. Masih masuk ke dalam 7 hari yang dimaksud. Ternyata itu 7 hari kerja, Kawan. Saya bersyukur banget masih bisa diurus. Kalau hari itu diurus, berarti hari Kamis bisa diambil. Hahahaaa

Ternyata kena musibah lagi. Saya tidak dibiarkan bahagia begitu saja ternyata. Di tanggal 27 Juni itu juga, SISTEM KANTOR IMIGRASI ERROR. SERVERNYA DOWN. Omaigod. Down lagi. Besoknya saya ke sana, belum bisa. Besoknya lagi ke sana, belum bisa juga. Kamis tanggal 30 Juni baru bisa. Berarti baru bisa diambil tanggal 5 Juli. Tapi kalian tahu, mulai tanggal 4 Juli itu libur lebaran dan baru masuk tanggal 11 Juli. Jadi baru bisa diambil tanggal 12 Juli. Omaigod. Padahal saya harus berangkat ke Singapura tanggal 10 Juli,

Oke. Ini jatuhnya lebih dalam lagi. "Oke, sepertinya memang bukan rezeki saya. Sepertinya ini memang buah saya ngomong kalau flight pertama saya harus ke Jepang."

Langsung bilang ke Pak Fadhil dan Bu Tita. Bu Tita menyarankan saya nyusul saja. Sayang katanya. WOW. Nyusul. It means, saya ke sana sendirian. Ya Allah, saya belum pernah ke Singapura sebelumnya. Saya perlu waktu untuk berpikir dan mencari bantuan. Saya putuskan jika saya diizinkan dan bantuan sudah jelas, saya baru memberikan kabar ke Bu Tita.

Ternyata saya diizinkan oleh orang tua buat ke sana sendirian. Beberapa petunjuk sudah saya dapatkan dari Nandhini, teman peserta AUS yang kemarin ke Bandung. Oke, saya putuskan untuk jadi berangkat.

Tinggal menunggu hari. Uang saku yang tidak seberapa sudah disiapkan. Barang-barang yang akan dibawa juga sudah disiapkan.

Sore menjelang malam hari tanggal 11, saya dikontak Bu Tita. Beliau mengabarkan bahwa tiket dari Bandung sudah mahal semuanya. Beliau menanyakan (yang sebenarnya itu menurut saya meminta) saya untuk berangkat dari Bandara Soekarno Hatta, Jakarta saja. Oh man, ini H-1 loh dan sudah malam. Saya langsung nyari travel. Tiga travel saya datangi, satu jadwalnya ga pas, dua lagi ga ada rute ke Bandara. Waktu itu baterai HP habis jadi ga bisa searching internet. Saya sudah pasrah. Saya memilih membeli martabak manis pesanan teman dari NUS yang belum pernah ketemu. Jaga-jaga kalau saja saya besoknya jadi berangkat.

Sampai kosan, saya ditanyain bu kos,
"Nah trus gimana, Nala?"
"Ya abis ini nyari di internet dulu. Nanti kalau ada ya Alhamdulillah, kalau ga jadi berangkat ya udah."
Saya sudah pasrah. Waktu itu sudah jam 11 malam lebih dan saya belum mendapatkan travel untuk besok pagi. Saya harus dapat travel yang bisa berangkat ke Bandara paling lambat jam 10 pagi kalau mau jadi ke Singapur.

Langsung searching dan ketemu travel yang menuju Bandara langsung. Saya langsung telfon. Buset, ngangkatnya lama banget. Nanya-nanya, ternyata ada. jadwalnya pas. Ambil jadwal jam 9, which means, 8.30 saya harus sudah di sana. Oke saya ambil itu. Dapat travel Primajasa, tempatnya di depan museum geologi. Lega banget.

Beberapa menit kemudian ...

Saya baru sadar, ngambil paspor itu baru buka jam 8. Kalau antri, setengah 9 bisa nyampe ga ya? Saya neror travel itu sepanjang malam tapi ga diangkat2, saya mau minta pindah jadwal. Alternatif lain sih saya ambil paspor udah bawa2 koper. Tapi ya gimana yaaa, kalau bisa diundur, diundur lah.

Baru subuh-subuh saya nelfon lagi. Baru diangkat. Saya minta diundur ke jadwal terdekat. Dan itu 9:30. Cukup ada tambahan waktu. Jadi saya tukar ke itu. Alhamdulillaah. Oke. Saya sudah tenang.

Pagi hari, setengah 7 saya ke kantor imigrasi. Mampir-mampir ke ATM dan ke kantor dulu buat naroh barang. Dan ternyata hari Selasa kantor imigrasi buka dari jam 6. Jadi sekitar jam 7.30 saya udah nyampe di kosan lagi. Alhamdulillah.

Yah begitulah cerita sebelum keberangkatan saya. Di travel, saya baru ingat persisnya ucapan saya di masa lalu. Bukan "Pokoknya pertama kali saya naik pesawat harus ke Jepang," tapi "Pokoknya pertama kali saya naik pesawat harus ke luar negeri, kalau bisa ke Jepang." Trus, saya mbatin, Oooh jadi aslinya itu toh, mungkin karena itu juga saya masih bisa berangkat. Hihi

Masih ada beberapa cerita lain. Dibuat post lain saja ya.

AUS : Behind The Scene - Part 1

Hi everyone!

Kali ini saya ingin menceritakan pengalaman saya (?) tentang sebuah program bernama AUS. Sebenernya harusnya saya nulis tentang ilmu yang didapatkan di sana sih tapi ternyata keinginan menulis behind the scene-nya lebih besar. Di part ini saya akan mencerikan apa itu AUS dan bagaimana ceritanya saya bisa ikutan.

AUS stands for Asian Undergraduate Summit merupakan program yang diselenggarakan oleh National University of Singapore (NUS). Program ini berisi seminar-seminar, diskusi, dan project yang kebetulan kali ini temanya Smart Cities and Smart Citizens. Namun concern utama program ini sebenarnya adalah friendship, hubungan baik antaruniversitas.

Lalu bagaimana ceritanya bisa ikut?

Well, saya tahu acara ini dari milis Teknik Elektro. Sekitar awal bulan April ketua prodi mengumumkan program ini. Barang siapa yang berminat, diminta untuk mengontak beliau. Program ini diutamakan untuk mahasiswa yang saat itu sedang TA1 atau mahasiswa tingkat 3, syarat lainnya adalah belum pernah dibiayai ke luar negeri oleh fakultas.

Waktu itu saya TA2 tapi keadaannya saya tidak akan lulus bulan Juli (Asumsi saya, mahasiswa TA2 tidak diperbolehkan karena saat program harus mempersiapkan wisuda). Akhirnya saya mengontak ketua prodi. Ternyata saya diperbolehkan mendaftar.

Beberapa hari kemudian ada email dari ketua prodi yang ditujukan ke delapan orang. Beliau memilih delapan orang dari 20 orang yang mendaftar. Pertimbangan beliau berdasarkan kriteria berikut :

- Belum akan lulus pada oktober 2016
- Belum pernah dibiayai STEI/Prodi EL untuk kegiatan di luar negeri sebelumnya
- IPK > 2.75 untuk angkatan 2012 dan IPK > 3,5 untuk angkatan 2013

Di email itu juga diberikan pertanyaan yang menurut saya jawabnya gampang-gampang susah. Pertanyaan yang jawabannya harus meyakinkan seseorang. Keluarlah jawaban yang menurut saya memberikan kesan "menjual diri". Ya gimana ga menjual diri, salah satu pertanyaannya "Mengapa saya harus memilih Anda?"

Nah sekitar lima hari kemudian, ada email lagi dari beliau bahwa dipilih dua orang dari delapan orang yang dulu diemail. Ternyata semua mahasiswa ITB yang mengikuti program ini hanya dari STEI dan masing-masing jurusan mengirimkan dua mahasiswa, Bertemulah saya dengan Riva dan Ojan (IF), Ghani dan Wahid (STI), Siwo (EL), Laras dan Shasa (ET), Diva dan Daniel (EP).

Ohiya, kalau dari prodi lain, ada juga yang langsung ditunjuk untuk ikut.

AUS terdiri dari dua bagian. Pertama, mahasiswa dari Singapura dikirimkan ke beberapa negara yang ikut serta. Ini sekitar pertengahan bulan Juni. Saat itu datang delapan orang dari NUS yang ke ITB : Glennson, Benedict, Bennett, Simone, Cheryl, Andrea, Nandhini, Ivan. Hanya dua dari mereka yang berasal dari fakultas teknik, lainnya politik dan ekonomi.

Di ITB, kami bersepuluh berkoordinasi dengan Pak Fadhil dan Bu Tita selama keberjalanan acara. Kami yang mengatur bagaimana sarapan dan makan malam mereka (makan siang sudah diatur STEI). Kami yang mengajak mereka jalan-jalan. Kami yang mengatur bagaimana transportnya. Kalau ga salah waktu itu Ojan cuma dikasih uang sebanyak X dan alokasi ke masing-masing keperluan kami yang atur.

Selama di ITB, kebanyakan materi tentang teknologi smart city yang sedang dikembangkan di Bandung. Kadang banyak anak2 NUS ga ngerti bahasannya karena terlalu teknis. Waktu itu sempet ngomongin tentang pakai raspberry pi, pakai platform IOT dari ..... ya kali anak-anak ekonomi dan politik ngerti begituan.

Nah, acara kedua adalah mahasiswa universitas2 yang dikunjungi tadi datang ke NUS untuk mengikuti acara selama seminggu. Ini berlangsung 11-17 Juli. Acaranya tidak terlalu berbeda jauh dari acara yang di Bandung hanya saja di sana pesertanya lebih banyak.

Bahasan di sana lebih ke design thinking. Penjelasan teknologinya tidak terlalu detil. Sepenangkapan saya sih, acara kedua ini bertujuan untuk memenuhi "Smart Citizens"-nya dengan materi design thinkingnya.

Oke. Part 1 sampai di sini saja dulu. Masih ada cerita yang lain lagi.

Cerita Saja (7)

Hai kawan-kawan? Apa kabar? Rasanya lama sekali kita tidak berjumpa. Halah.

Sudah bulan Syawal. Idul Fitri juga sudah lewat. Iya kah? Masih H+5 lebaran woy. Di rumah juga belum bikin ketupat. Baiklah. Selamat lebaran, Kawan. Semoga lebaran kalian menyenangkan dan semoga kalian memaafkan segala salah dan khilaf saya.

Anyway, di kampung saya, masyarakat baru bikin ketupat di hari ke tujuh lebaran. Kami sih menyebutnya 'riyaya kupatan', katanya hari raya buat yang hari-hari sebelumnya sudah puasa syawal. Mari kita sebut saja perayaan daripada 'hari raya' yang kok rasanya jadi gimana gitu.

Liburan lebaran ini saya di rumah beberapa hari saja. Menyenangkan. Apalagi keponakan semakin menggemaskan. Uuuuu~

Selama di rumah saya (lebih) memperhatikan orang-orang rumah. Trus saya ngaca. Saya kok baru sadar ya, sebenarnya keluarga saya sudah mencontohkan yang baik loh. Which means, harusnya secara tak sadar saya dulu sebelum merantau sudah dididik seperti itu kok rasanya sekarang saya malah ga jelas begini. Seperti itu bagaimana?

IBU ON TIME BANGET
Kemarin saja waktu lebaran, beliau janjian sama temen-temennya jam 8 pagi. Jam 7 udah heboh buru-buru menyelesaikan segala pekerjaan. Jam 8 kurang malah sudah nyampe di rumah temennya (saya yang nganter). Temennya masih masak. Satunya lagi juga belum siap-siap. Selalu seperti itu, ibu selalu heboh sendiri kalau sudah janjian atau harus melakukan sesuatu yang jadwalnya sudah fix. Beda sekali dengan mbak saya yang kalau saya heboh seperti ibu saya, dia akan komentar, "ah janjian jam 8 tuh pasti jadinya jam setengah 9, atau bahkan jam 9".

Lho? padahal ibu saya sekolahnya ga setinggi saya sama mbak saya loh. Harusnya kami lebih terdidik.

IBU SELALU ADA KERJAAN
Saya tiap di rumah itu heran dan sering komentar, "Ibuk ki panggah enek gaweaaan wae. Mbok yo leren." Ibu saya tuh kayak kalau lowong terlalu lama bingung sendiri gitu. Bingung nyari kerjaan. Saya inget nih. Dulu pas saya masih kecil, kalau lowong tuh ibu saya bukan main ke tetangga tapi lebih memilih ke ladang bekas tebu panen, nyari kayu tebu (potongan-potongan tebu yang kering, kalau ga gitu sisa batang tebu yang masih menancap sama akarnya). Kalau ga gitu belaiau ngebersihin bagian luar rumah entah bagian mana trus bakar-bakar sampah sampek asep masuk-masuk rumah. Udah deh pokoknya adaaa aja kerjaannya.

Nah makanya kalau saya di rumah sering diomeli karena gampang ngebo, kerjanya lambat, dan sering diem mainan hp.

BAPAK DISIPLIN IBADAH
Bapak saya selalu ngomelin saya karena sholat yang, astagfirullah, belum bener.Selalu ngingetin buat dzikir. Bahkan biasanya sms cuma nanyain lagi ngapain trus ngingetin buat dzikir. Biasanya buat menasehati kami bertiga, sekalian dikasih tahu dalilnya. Bapak selalu mengingatkan untuk membaca Al Quran tiap hari walaupun satu ayat. Belakangan ini sejak beliau sakit, selalu ada Al Quran di teras rumah. Beliau duduk-duduk santainya sambil baca itu. Kemarin saya tiba-tiba disuruh berhenti pas mau ke dapur, cuma dikasih lihat satu ayat, dikasih tahu artinya. Udah gitu doang.

BAPAK SEMANGAT BANGET
Ga ngerti lagi. Saya merasa Bapak saya semangat banget. Dulu waktu masih sehat, beliau kayak selalu ada kerjaan gitu. Pulang sekolah, sholat, tidur bentar, bangun, mandi, sholat, berangkat ngajar ngaji, pulang maghrib, sholat, ngajarin adek saya dan teman-temannya sampek isya, sholat, ngajar ngaji lagi, pulang, tidur. Belum nantinya bangun paling awal, sholat sunnah. Belum dihitung juga, beliau paling sering puasa sunnah dibanding anggota keluarga lainnya.

Duh kalau saya lagi ada masalah dan perlu bantuan, beliau bantuin dengan sepenuh hati. Bahkan sering jadi beliau yang mikir. Saya kan biasanya kalau udah pusing langsung tidur.

Ga ngerti lagi. Semangat banget. Saya sampek pernah nanya, "Kok sampean semangat banget sih Pak. Aku wae kuliahe kyk ngene." " Ya piye, trah ngge anak". Gitu katanya.

MBAK SAMA IBU NGATUR DUIT
Saya ga ngerti sama dua orang ini, gimana bisa ngatur keuangan. Kayaknya mereka selalu berhasil menyisihkan uang untuk ditabung. Lah saya? Nabung sih tapi kalau ada maunya.

Belakangan saya juga baru sadar setelah ibu cerita sesuatu. Harus ada uang yang disisihkan untuk keperluan darurat. Misal (naudzubillah) sakit.

SEMUANYA GA NUNDA-NUNDA
Bapak, Ibu, sama Mbak saya kok rasanya tiap ada suatu urusan ga ditunda-tunda. Kalau bisa dilakukan sekarang ya segera dilakukan. Mereka jadi deadliner itu jarang banget. Ga tahu sih, dulu mbak saya zaman kuliah kayak gimana hahaha. Karena saya deadliner, kalau di rumah saya sering banget diomelin. Kan efek nunda baru kerasa nanti-nanti tuh, trus pasti diomelin "Salah sendiri kan kemarin-kemarin ga dicicil dikerjain."

Padahal dari dulu saya diajarin ga nunda-nunda loh. Bahkan dulu saya diajari untuk menyiapkan segala keperluan sekolah : seragam lengkap, uang saku, buku pelajaran, PR, dari malam sebelumnya. Lah sekarang?

Hayolooo


OOT
Ini penting! Handa-kun episode 1 udah keluar. Aaaaaa~ ga sabar pengen nonton ^^