Cerita Angkot

Tiba-tiba saya pengen nulis tentang angkot hahaha. Semenjak di Bandung, angkot dan sopirnya sangat berjasa dalam kehidupan saya. Kadang emang nyebelin sih tapi tetap saja mereka berjasa. Saya masih ingat, zaman TPB dulu saya pernah ngangkot, mau ke BEC. Waktu itu uang saya selembar lima-ribuan dan ternyata sopir angkotnya mengikhlaskan saya untuk tidak membayar. Baik bangeeet. Tapi saya juga pernah mengalami seperti itu lagi di angkot yang berbeda, tapi sopirnya ga mengikhlaskannya haha.

Tarif angkot memang belum ada standarnya, misal berapa rupiah per kilometernya gitu, jadi sampai saat ini kita masih bayar angkot sesuai perkiraan kita. Kalau kebetulan sopirnya baik, dikasih yang sesuai perkiraan kita udah mau, tapi kalau yang jahat, astaghfirullah, minta ditambah lagi dengan nada nyindir dan muka nyebelin. Sempat saya kepikiran, di angkot ada sistem bayar pakai kartu semacem atm gitu. Jadi sopirnya ga semena-mena hahaha. Kapan ya bisa begitu?

Pelajaran kehidupan nomor lima : Kalau mau naik angkot, pilihlah sopir yang terlihat baik dan memang baik hahaha.

Copet
Denger-denger nih sekarang sedang nge-tren copet di angkot. Astaghfirullah. Semoga yang melakukan pekerjaan itu dilanda keresahan hatinya saat akan melakukannya sehingga mereka ga jadi melakukannya. Berdoa saja.

Mungkin ini su’udzon sih. Saya merasa tadi malam saya hamper dicopet di angkot tapi Alhamdulillah diberikan awareness oleh Allah. Saya ngerasa gerak-gerik orang yang duduk di samping saya mencurigakan, padahal banyak tempat kosong, secara di angkot cuma tiga orang termasuk dia. Orang awam biasanya akan mengambil posisi yang membuat dia sendiri aman, Kawan, yakni dengan mengambil posisi yang lebih longgar, bukan di samping orang lain kecuali terpaksa atau ada maksud lain. Dari pengamatan sih, calon pelaku ini bekerja sama dengan sopirnya dan dua orang yang ngamen. Saya sempat melihat si pengamen dan calon pencopet memberikan kode-kode. Sempat mengerti salah satu kode itu karena tangan si calon pencopet menunjuk saya pakai jempolnya.

Sepertinya si pengamen itu adalah metode mereka untuk mengetahui tempat korban menaruh uang. Hahaa tapi saya kan cuma bawa uang enam ribu, dua ribu dipegang buat persiapan bayar angkot dan ternyata secara tidak rela diberikan ke pengamen, yang empat ribu ditaruh di saku yang ada di bagian pantat wkwkwk. Saya senyum menyadari itu tapi sekaligus juga dag dig dug, gimana kalau dia nodong saya pakai pisau? Ga bawa duit sih, tapi kalau targetnya laptop saya kan repot. Dan ternyata, berdasarkan pengamatan saya, pengamen itu juga menjadi metode pelaku untuk menyamarkan aksinya, pura-pura ngambil duit gitu. Hahaaa karena saya sadar jadi saya segera melihat gerakan tangan calon pelaku. Sempat terlihat tangannya awalnya menuju saya tapi segera berpindah ke sakunya saat saya melihat.

Sebelum pengamen datang, saya sudah menaruh curiga jadi segera saya keluarkan HP butut saya, pengennya sih biar dia mikir “ah ternyata ni orang ga berduit.” Emang cuma berduit enem ribu doang sih.

Karena dag dig dug semakin menjadi, saya segera pindah ke tempat duduk yang berhadapan dengan calon pelaku. Pas saya naik, saya sudah bilang ke sopir angkot, tolong berhenti di pertigaan gandok. Karena saya pikir pertigaan gandok masih jauh, saya siapkan uang empat ribu buat sopir angkot. Tapi saya segera bertanya.
“Pak, pertigaan gandok masih jauh ya?”
“Oh maaf, neng. Pertigaan gandok belakang itu. Maaf lupa.”

Grrrr. Alhamdulillah saya langsung turun. Karena saya sebal dengan sopir angkotnya, saya mau ngerjain sopirnya. Gini saya ngerjainnya. Awalnya saya berikan empat ribu itu semuanya. Setelah dipegang sopirnya, belum saya lepaskan, saya ambil lagi satu dua ribuan. HAHAHA maaf ya pak, itu saya sengaja nge-gituin pak sopir. Abis saya sebal, sopirnya mau kerja sama begituan. Tapi sekali lagi, itu masih tuduhan saya, masih persepsi yang dibuat pikiran saya. Yang tahu niat dan kejadian sebenarnya hanya mereka dan Allah. Yang penting kawan, hati-hati saja di manapun kalian berada. Yang muslim banyakin dzikir tuh. Hehehe

Dicuekin
Banyak sopir angkot memang menyebalkan. Ugal-ugalan, tariff yang mahal, ngerokok di dalem angkot, ga ramah, menjejal-jejalkan penumpang dan ­nge-tem – istilah untuk mangkal, nungguin penumpang tapi kadang saya ngerasa kasihan juga saat melihat mereka nyari penumpang. Pernahkah kalian mengamati bagaimana sopir angkot nyari penumpang ketika tidak nge-tem?

Sepanjang pengamatan saya, pak sopir berharap orang-orang di pinggir jalan akan naik angkotnya. Biasanya sopir angkot akan membunyikan klaksonnya yang mungkin berarti, “mau naik angkot ini?”. Sebenarnya saya merasa hal ini kurang berguna, ya kalau orang di depan mau naik angkot otomatis dia akan meminta angkotnya berhenti tanpa harus mendengar panggilan klakson itu -_-  Tak jarang sopir angkot sampai menghentikan angkotnya di depan orang itu. Tapi responnya biasanya menurut saya kurang manusiawi, individualis, tak menghormati, cuek. Cuma diam, mengabaikan bahkan kalau ada yang lagi bareng temennya mereka malah ngobrol, tak acuh.

Nyesek ga sih? Bayangkan kalian di posisi itu? Apa yang kalian rasakan ketika kalian dicuekin? Nyesek to? Yah saran saya sih, mbok ya kalian itu kalau dipanggil angkot itu dijawab. Kalau mau naik ya naik, kalau ga mau naik ya di jawab ga mau naik : nggelengin kepala kek, pas dia berhenti bilang “enggak, pak” kek, syukur-syukur sambil pasang senyum. Kalau gitu kan at least  kalian menghargai orang yang berusaha berkomunikasi dengan kalian. Itu menurut saya sih haha.

Comments

Popular posts from this blog

Es Wawan