Posts

Showing posts from January, 2016

35000


Ingat, Nal! Ingat baik-baik.

TIGA PULUH LIMA RIBU

Tokyo Tower




Bagus yah? Terlihat indah. Entah kenapa dibandingkan Tokyo Sky Tree, Tokyo Tower lebih membuat kagum, bagi saya. Hahaha atau mungkin lebih tepat jika saya bilang, It reminds me of my dream, the same as sakura and Fujiyama do. Saya lupa-lupa ingat (berarti banyak lupanya) kenapa Tokyo Tower ter-persepsi demikian dalam kepala saya.

Saya barusan nonton dorama, judulnya Tokyo Tower : Okan to Boku to, Tokidoki, Oton (Tokyo Tower : Mom and Me and, Sometimes, Dad). Pas searching di internet sih katanya ada movienya juga. Jadi pengen nonton. Akhirnya bisa nonton dorama ini kembali. Terakhir saya nonton sebelumnya, pas saya TPB, nonton bareng temen sekamar di asrama. Semenjak kami berpisah saya belum sempat minta file nya biar bisa nonton sendiri gitu. Eh ternyata file di teman saya sudah dihapus, sedih padahal saya sudah pengen nonton sejak entah kapan. Nyari-nyari di internet juga kebanyakan link downloadnya sudah ga ada. Waktu itu juga di Youtube belum ada yang nge-upload lengkap. Setelah sekian lama mencari, di saat seperti ini, beberapa minggu lalu nemu orang yang ngupload di Youtube, Tokyo Tower lengkap, ke-sebelas episodenya lengkap, selengkap-lengkapnya. Senang sekali rasanya walaupun resolusinya kecil. Maklum, kan drama lama.


Kalau kalian benci nangis, mungkin kalian tak akan mau nonton ini. Saya tak yakin cowo yang pandai menjaga level cool nya akan tahan menahan air mata nonton drama ini hahaha. Plot dramanya kebanyakan di kehidupan pascakampusnya tokoh utama, namanya Masaya Nakagawa. Dulu yang masih bisa didownload dan banyak tersebar itu cuma episode 01 nya jadi kali ini entah sudah berapa kali saya nonton episode 01 nya tapi tetap saja saya nangis setiap nontonnya hahaha.

Tokyo Tower berfokus pada cerita antara ibu dan anak. Makanya, kalian yang jarang inget orang tua (emang ada, Nal?), coba nonton deh. Yah paling tidak setelah nonton ini kalian akan terharu karena ternyata orang tua itu seperti itu toh. Ya memang setiap orang ga sama sih, begitu pula cerita keluarga. Paling jleb di episode 02 saat Ma-kun (Masaya) sedang putus asa dengan kehidupan kuliahnya, dia bilang ke ibunya kalau dia mau keluar saja. Selanjutnya di sakit, ga ada yang ngerawat. Trus ibunya dateng ke Tokyo. Pas ibunya mau pulang, ada potongan dialog begini kalo ga salah
“Ma-kun, I'll do my best. With a fighting spirit, live honestly until you graduate. Can you do it?”
Kalau menurut kalian, saya ga tau sih. Tapi menurut saya, saya ga bisa ngebayangin kalau saya yang digituin sama ibu saya.

Di drama ini juga ada cerita romansanya tapi porsinya sedikit dan itu cerita romansa 20 tahun ke atas gitu yang memang tipe hubungannya menuju serius hahaha. Sudah sampai level direstui ibunya Ma-kun tapi akhirnya sedih sih.

Suka banget sama theme song nya yang dibawain Kobukuro, judulnya Tsubomi. Kalau saya ndengerin lagunya sih memang nuansanya semacem pas ndengerin lagunya Melly Goeslaw yang judulnya Bunda. Mungkin karena saya sudah tahu kalau itu theme song nya Tokyo Tower kali ya, jadi persepsi yang terbentuk seperti itu haha.

Ceritanya, Tokyo tower di drama ini menjadi sebuah pengingat akan banyak momen gitu makanya judulnya Tokyo Tower. Ya jadi gitu deh, kayaknya saya tahu ada yang namanya Tokyo Tower dari Tokyo Tower ini. Ternyata drama ini diangkat dari novel Tokyo Tower karya Lily Franky. Hahaa jadi pengen baca.


Dari kiri : versi movie, novel bahasa indonesia, TV show 2006, dan drama 2007 dari Tokyo Tower. Kebetulan nontonnya yang paling kanan

Cerita Angkot

Tiba-tiba saya pengen nulis tentang angkot hahaha. Semenjak di Bandung, angkot dan sopirnya sangat berjasa dalam kehidupan saya. Kadang emang nyebelin sih tapi tetap saja mereka berjasa. Saya masih ingat, zaman TPB dulu saya pernah ngangkot, mau ke BEC. Waktu itu uang saya selembar lima-ribuan dan ternyata sopir angkotnya mengikhlaskan saya untuk tidak membayar. Baik bangeeet. Tapi saya juga pernah mengalami seperti itu lagi di angkot yang berbeda, tapi sopirnya ga mengikhlaskannya haha.

Tarif angkot memang belum ada standarnya, misal berapa rupiah per kilometernya gitu, jadi sampai saat ini kita masih bayar angkot sesuai perkiraan kita. Kalau kebetulan sopirnya baik, dikasih yang sesuai perkiraan kita udah mau, tapi kalau yang jahat, astaghfirullah, minta ditambah lagi dengan nada nyindir dan muka nyebelin. Sempat saya kepikiran, di angkot ada sistem bayar pakai kartu semacem atm gitu. Jadi sopirnya ga semena-mena hahaha. Kapan ya bisa begitu?

Pelajaran kehidupan nomor lima : Kalau mau naik angkot, pilihlah sopir yang terlihat baik dan memang baik hahaha.

Copet
Denger-denger nih sekarang sedang nge-tren copet di angkot. Astaghfirullah. Semoga yang melakukan pekerjaan itu dilanda keresahan hatinya saat akan melakukannya sehingga mereka ga jadi melakukannya. Berdoa saja.

Mungkin ini su’udzon sih. Saya merasa tadi malam saya hamper dicopet di angkot tapi Alhamdulillah diberikan awareness oleh Allah. Saya ngerasa gerak-gerik orang yang duduk di samping saya mencurigakan, padahal banyak tempat kosong, secara di angkot cuma tiga orang termasuk dia. Orang awam biasanya akan mengambil posisi yang membuat dia sendiri aman, Kawan, yakni dengan mengambil posisi yang lebih longgar, bukan di samping orang lain kecuali terpaksa atau ada maksud lain. Dari pengamatan sih, calon pelaku ini bekerja sama dengan sopirnya dan dua orang yang ngamen. Saya sempat melihat si pengamen dan calon pencopet memberikan kode-kode. Sempat mengerti salah satu kode itu karena tangan si calon pencopet menunjuk saya pakai jempolnya.

Sepertinya si pengamen itu adalah metode mereka untuk mengetahui tempat korban menaruh uang. Hahaa tapi saya kan cuma bawa uang enam ribu, dua ribu dipegang buat persiapan bayar angkot dan ternyata secara tidak rela diberikan ke pengamen, yang empat ribu ditaruh di saku yang ada di bagian pantat wkwkwk. Saya senyum menyadari itu tapi sekaligus juga dag dig dug, gimana kalau dia nodong saya pakai pisau? Ga bawa duit sih, tapi kalau targetnya laptop saya kan repot. Dan ternyata, berdasarkan pengamatan saya, pengamen itu juga menjadi metode pelaku untuk menyamarkan aksinya, pura-pura ngambil duit gitu. Hahaaa karena saya sadar jadi saya segera melihat gerakan tangan calon pelaku. Sempat terlihat tangannya awalnya menuju saya tapi segera berpindah ke sakunya saat saya melihat.

Sebelum pengamen datang, saya sudah menaruh curiga jadi segera saya keluarkan HP butut saya, pengennya sih biar dia mikir “ah ternyata ni orang ga berduit.” Emang cuma berduit enem ribu doang sih.

Karena dag dig dug semakin menjadi, saya segera pindah ke tempat duduk yang berhadapan dengan calon pelaku. Pas saya naik, saya sudah bilang ke sopir angkot, tolong berhenti di pertigaan gandok. Karena saya pikir pertigaan gandok masih jauh, saya siapkan uang empat ribu buat sopir angkot. Tapi saya segera bertanya.
“Pak, pertigaan gandok masih jauh ya?”
“Oh maaf, neng. Pertigaan gandok belakang itu. Maaf lupa.”

Grrrr. Alhamdulillah saya langsung turun. Karena saya sebal dengan sopir angkotnya, saya mau ngerjain sopirnya. Gini saya ngerjainnya. Awalnya saya berikan empat ribu itu semuanya. Setelah dipegang sopirnya, belum saya lepaskan, saya ambil lagi satu dua ribuan. HAHAHA maaf ya pak, itu saya sengaja nge-gituin pak sopir. Abis saya sebal, sopirnya mau kerja sama begituan. Tapi sekali lagi, itu masih tuduhan saya, masih persepsi yang dibuat pikiran saya. Yang tahu niat dan kejadian sebenarnya hanya mereka dan Allah. Yang penting kawan, hati-hati saja di manapun kalian berada. Yang muslim banyakin dzikir tuh. Hehehe

Dicuekin
Banyak sopir angkot memang menyebalkan. Ugal-ugalan, tariff yang mahal, ngerokok di dalem angkot, ga ramah, menjejal-jejalkan penumpang dan ­nge-tem – istilah untuk mangkal, nungguin penumpang tapi kadang saya ngerasa kasihan juga saat melihat mereka nyari penumpang. Pernahkah kalian mengamati bagaimana sopir angkot nyari penumpang ketika tidak nge-tem?

Sepanjang pengamatan saya, pak sopir berharap orang-orang di pinggir jalan akan naik angkotnya. Biasanya sopir angkot akan membunyikan klaksonnya yang mungkin berarti, “mau naik angkot ini?”. Sebenarnya saya merasa hal ini kurang berguna, ya kalau orang di depan mau naik angkot otomatis dia akan meminta angkotnya berhenti tanpa harus mendengar panggilan klakson itu -_-  Tak jarang sopir angkot sampai menghentikan angkotnya di depan orang itu. Tapi responnya biasanya menurut saya kurang manusiawi, individualis, tak menghormati, cuek. Cuma diam, mengabaikan bahkan kalau ada yang lagi bareng temennya mereka malah ngobrol, tak acuh.

Nyesek ga sih? Bayangkan kalian di posisi itu? Apa yang kalian rasakan ketika kalian dicuekin? Nyesek to? Yah saran saya sih, mbok ya kalian itu kalau dipanggil angkot itu dijawab. Kalau mau naik ya naik, kalau ga mau naik ya di jawab ga mau naik : nggelengin kepala kek, pas dia berhenti bilang “enggak, pak” kek, syukur-syukur sambil pasang senyum. Kalau gitu kan at least  kalian menghargai orang yang berusaha berkomunikasi dengan kalian. Itu menurut saya sih haha.

Cerita Kuliah Pertama - part 3

Alhamdulillah akhirnya sudah hari Sabtu. Akhirnya minggu pertama kuliah sudah terlewati. Menyisakan kuliah RTMF yang tak kunjung muncul jadwalnya dan belum tahu ruangan kuliah MIB hahaha. Kemarin sudah bercerita sampai pengalaman hari Rabu. Sini sini, saya ceritain sisanya.

Hari Kamis barusan adalah Kamis yang spesial. Saya skip kelas MIB, makanya saya belum tahu ruangannya. Waktu itu saya lagi ikutan tes Bahasa Inggris. Mbolang-lah saya ke UPI karena saya dapat tempat test di sana. Di ITB kebetulan kuotanya sudah penuh, kebetulan lagi di UPI yang awalnya kuotanya penuh, ternyata ada yang membatalkan tesnya jadi slotnya segera saya isi. Pagi-pagi namun lebih siang dari yang direncanakan saya berangkat ke UPI ternyata di sana masih menunggu cukup lama. Sempat bercakap dengan mbak-mbak di samping saya yang tampaknya juga sedang di semester yang sama seperti saya.

Saya : “Mbak, ambil tes buat apa?”
Mbak : “Buat LPDP.”
Saya : “Waaah. Mau kemana? Eh buat Master ya? Atau S3?”
Mbak : “Di dalam negeri aja kok. Buat S2. … . Kalau Mbak mau buat apa? S3 ya?”

Eh buset, muka saya muka-muka orang kuliah S2 mau lulus ya? Tua juga wkwkwk. Selanjutnya percakapan membahas tentang LPDP yang sedang akan diambil oleh mbak itu. Hingga akhirnya kami diminta masuk ruangan tes juga.

Saya single di ruangan itu. I mean, di sana mejanya ditata berpasangan, sampingan berdua gitu. Di ruangan itu pasangan semeja saya, seseorang dengan nomor meja 007, tak datang. Ternyata hasil tesnya baru bisa diambil dua minggu kemudian. It affects, or maybe I should say, it ruins my plan so much. Nanti sajalah kalau saya mau menuliskannya kalian boleh tahu apa yang terjadi.

Selanjutnya di kampus, kuliah SKMV. Tak ada yang spesial dari SKMV hari itu selain kuliah yang kurang dari satu jam, sekitar setengah jam. Semua ini gara-gara Pak Iyas datang di jam yang sama dengan jadwal awal padahal hari Selasa beliau bilang hari Kamis dimulai setengah jam lebih awal. Bahkan saya waktu itu lupa kalau kuliahnya maju setengah jam.

DSKC juga tak ada yang spesial. Diisi Pak Pranoto. Seperti yang telah saya lalui di kuliah sismik bersama Pak Pranoto, metodenya adalah pemberian tugas yang memaksa kami berguru kepada mbah Google. Setelah saya amati, sepertinya prinsip ngajar Pak pranoto dan Pak Richard mirip. Beliau-beliau percaya bahwa mahasiswa dapat belajar sendiri melalui Internet hahaha à Joking. It’s only a guess anyway.

Hari Jumat barusan juga tak kalah spesial. Sedikit kabar kurang baik. Akhirnya masuk sekre dengan kurang mood, cerita ke Wheland tentang hati yang sedang bermuram durja. I knew, he couldn’t do anything but sympathize. Tapi ya sudah lebih lega setelah menceritakan masalahnya.

Cerita Kuliah Pertama - part 2

Halo semua, apa kabar? Sepertinya baru kemarin berjumpa haha. Mau lanjut menceritakan kisah hidup di minggu pertama kuliah. Mumpung masih awal.

Oke, well, terakhir saya bercerita hingga hari Selasa. Sekarang saatnya hari Rabu. Hari Rabu kemarin adalah hari wacana. Sementara, selama jadwal kuliah Rekayasa Termal dan Mekanika Fluida belum keluar (saya harus ngulang. Alhamdulillah masih bisa ambil), jadwal hari Rabu saya hanya kuliah jam 3-4 tok. Malam Rabunya saya berencana pagi-pagi saya harus ngelab, belajar ngerjain TA ehehehe. Eh ternyata wacana. 

Untung saja masih ada kuliah Pengukuran Biosinyal yang hanya satu jam itu, tabrakan dengan kuliah Sistem Avionika tetapi saya lebih memilih Pengukuran Biosinyal, Senin lalu kan sudah tak ada kelas. Allah memang baik, Ternyata Pak Richard, dosen matkul ini, tak bisa jika harus mengajar hari Rabu karena dua minggu sekali beliau ada rapat senat. Baguslah, tak perlu skip banyak kelas sistem avionika hahahaa.

(beberapa) Jleb Jleb Jleb
"Saya ga rela kalian lulus sembarangan soalnya kalian pakai uang rakyat."
"kalau lulus itu ya yang beneran pantes bawa ijazah gitu lho." --> ini versi saya, seingat saya wkwk
"Kalian itu bisa lho ya. Buktinya kalian sudah sampai ke semester 8. Kalau kalian ga bisa, dari semester 1 kalian udah keluar. Kalau ada yang bilang ga bisa, aaaah bohong itu."
"Kalian ingat ya, ga ada jembatan gagal itu karena lupa masang tiang. Lupa masang tiang itu bukan jembatan namanya. Jembatan gagal itu biasanya gara-gara lupa masang sekrup. Ingat, the detail, be logic, itu yang membuat harga kalian mahal di masyarakat."
"Saya lebih senang Indonesia diisolasi dari impor. Kalau gitu kan orang-orang berusaha untuk kreatif."
"Kalian harus berpikir jauh ke depan ya. Biar nanti kalau kalian tua kalian ga blo'on banget karena seratus tahun lagi kalian akan menjadi orang paling blo'on."

Well. sepertinya kuliah ini akan menyenangkan dan mungkin sedikit mengintimidasi saya di setiap pertemuannya lhoh eh. Hahahaha

Cerita Kuliah Pertama - Part 1

Hai, akhirnya kuliah juga. Saya dipertemukan pertama kali dengan mata kuliah nonprodi. Sistem Avionika oleh Pak Toto Indrayanto. Sepertinya akan menjadi kuliah yang menarik. Saya tertarik dengan metode pembelajaran yang diberikan. Kami akan belajar melalui presentasi dari kami sendiri tapi ini bukan kelompok ini presentasi bab ini, kelompok itu bab itu tetapi setiap bab akan dipresentasikan oleh satu kelas. Saya ngebayangin jatohnya nanti bakal seru. Kayaknya sih haha.

View dari ruang kuliah sistem avionika

Selanjutnya saya masuk kuliah Dasar Sistem Kendali Cerdas. Hahahaaa pembukaan kuliah ini menyadarkan saya bahwa manusia itu ciptaan yang hebat. Bukan saatnya untuk sombong bahwa kita hebat tetapi saatnya mengakui bahwa Sang Pencipta sangatlah keren.

"Bagaimana anak kecil bisa memahami kursi? Saat diberikan kursi yang berbeda bentuk dan warnanya, bagaimana dia juga bisa mengerti bahwa itu adalah kursi?"

Pertanyaan lebih membuat kagum lagi, "Bagaimana manusia bisa menambahkan pengetahuan di memorinya. Jika kita ibaratkan ukuran memori manusia dalam byte, berapa nilai byte yang menggambarkan rata-rata ukuran memori manusia yang besarnya tak lebih besar dari kepala?" pertanyaan kedua itu pertanyaan dalam pikiran saya haha.

Pembicaraan dengan Prof. Carmadi sebelumnya juga membuat kagum, "Manusia dikaruniai kemampuan untuk menyusun algoritmanya sendiri seperti anak kecil yang belajar berjalan, dia awalnya tak tahu bagaimana cara berjalan namun seiring berjalannya waktu dia belajar dan menyusun algoritma untuk berjalan." Lalu saya membandingkannya dengan NAO yang seharusnya saya dan teman-teman urus, buat jalan aja dia harus dijagain kanan-kiri-depan-belakang hahaha.

Pembahasan tentang pengantar ini dilakukan Pak Bambang, Dosen pengajar DSKC, sambil meminta kami untuk memberikan pendapat. Kami banyak diam, termasuk saya. Saya masih takut untuk speak up. Mungkin saya adalah contoh hasil pendidikan sistem pasif di Indonesia, hanya terima saja dijejal-jejalkan materi, hanya menerima. Dan kepasifan ini masih terbawa hingga sekarang, tak hanya di kelas tapi juga di bagian kehidupan lainnya.

Trus kemarin berencana abis isya mau belajar ngeprogram NAO di D4 tapi pas ke sana dikunci -___- padahal biasanya cuma kunci sidik jari dan ruangannya digembok pakai gembok kode -___- Gagal deh.

Semester ini juga ambil mata kuliah yang diajar Pak Iyas lagi. Sistem kendali Multivariabel. Tadi pas kuliah saya dapet beberapa hal ini. <1> Indonesia itu keren. Indonesia mampu mempersatukan banyak suku. Eropa mana ada? Beliau bangga dilahirkan di NKRI ini. <2> Kerinduan akan anak himpunan elektro yang jadi ketua di Kabinet KM. Hahahaaa. Katanya sih, pas wisuda dibilang yang cum laude segini itu biasa tapi kalau dibilang yang aktif di sana sini ada banyak itu baru keren. Menurut beliau, kalau kita ketemunya sama anak-anak elektro lagi yang diomongin ya itu-itu saja, pakai bahasa elektro. Coba kalau ngomong ke anak seni rupa pakai bahasa elektro? ga nyambung kan? makanya perlu ikut kegiatan-kegiatan yang membuat kita berinteraksi dengan yang lainnya. Dan saya bersyukur saya masih ikut unit ehehee saya merasa memang itu sangat menyenangkan dan berguna. Ahahaa saya sangat berharap mendapat banyak pesan-pesan kehidupan di sini. Makanya, kuliahnya yang bener, Nal wkwkwk

Dirangkum ya. Pelajaran kkehidupan nomor dua : belajarlah humanoid robot agar kau semakin sadar dan bersyukur atas penciptaanmu. Nomor tiga : banggalah menjadi bagian dari bangsa yang kaya ini. Kita  tak kalah keren dari belahan dunia lain. Nomor empat : jangan kuliah doang kalau mau dibilang keren.

Hari ini di sekre ada oleh-oleh dari Mbak Mirna. Dia abis exchange di TUAT, Jepang. Saya disisihin postcard dan pembatas buku sama Fitri tapi pas saya ke sekre saya lihat masih ada postcard lainnya. Dan saya suka dua lainnya. Maaf ya, Fit. Aku memilih postcard yang lain. Postcard pilihanmu diambil Zahro. Maaf juga ya yang lainnya, saya kemaruk, saya ambil kedua postcard yang saya lirik. Gomennasai. Tapi salah satu postcardnya sudah diberikan ke anggota PSTK lain yang belum dapet kok :))


Europe

Selama menunggu minggu perkuliahan, saya tidak menyentuh kerjaan dari tim Lumen sama sekali heheee. Saya menghabiskan waktu membaca buku eh novel. Ah, novel kan juga buku. Buku novel.

Sudah selesai baca Sang Pemimpi dan Edensor. Balas dendam karena saat di rumah cuma bawa Laskar Pelangi dan habis di tengah jalan. Trus sekarang sudah separuh jalan baca Maryamah Karpov. Padahal sebenarnya saya sudah pernah mengkhatamkan keempat novel ini waktu SMA tapi pengen baca lagi. Sebenarnya mencoba mencari motivasi hahaha.

Entah kenapa seneng baca semua novel Laskar Pelangi. Saya merasa tokoh utamanya beruntung sekali punya teman-teman sekece itu. Lebih lagi dia beruntung punya sesosok Lone Ranger-nya, siapa lagi kalau bukan si Arai. Saya pikir kita memerlukan orang seperti Arai untuk ada di dekat kita haha. Kau tahu kan, Kawan, energi positif itu mudah sekali menular haha.

Tapi saat membaca Sang Pemimpi saya bingung. Begini. Dikisahkan Ikal dipertemukan dengan Arai saat kelas 3 SD. Dan saat itu Arai diasuh oleh keluarga Ikal tapi Laskar Pelangi personilnya tak bertambah. Lalu Arai sekolahnya di mana? Masih misteri bagi saya hahahaa. Kalau kalian tahu, tolong beri tahu saya ya hehe.

Entah ini hanya saya saja atau kalian juga merasakan ini saat membaca Sang Pemimpi dan Edensor. Saya kagum dengan semangat mereka haha. Semangat juangnya sangat tinggi. Bahkan pertama kali saya baca Sang Pemimpi saya nangis baca bagian terakhirnya. Saya suka paragraf terakhirnya. Edensor yang menceritakan petualangan mereka di Eropa terasa seru dalam imajinasi saya dan diam-diam sesuatu dalam diri saya berkata "Someday I have to go there". Cerita Sang Pemimpi dan Edensor membuat pikiran "mungkin rencana itu dialihkan ke sana" bertambah. Hahahaaa



Sebelum liburan kemarin saya juga sudah menghabiskan novel Inferno karya Dan Brown. Novelnya seru sih. Bikin penasaran soalnya novel misteri. Tapi yang paling menarik adalah penjelasan simbol-simbol dan sejarah dari objek-objek di novelnya. Ditambah lagi objek-objek itu (setahu saya) nyata, di Eropa sana. Bikin pengen jalan-jalan hahaha dan "someday I have to go there" semakin muntup-muntup waktu itu. Hahaaa motivasi macam apa ini.



Sebelumnya juga sempat baca sedikit bagian Dunia Sophie (sampai sekarang belum selesai bahkan lupa sudah sampai mana). Buku ini bercerita lebih banyak tentang filsafat dan sejarah. Terpikir oleh saya. Filosof-filosof terkenal berasal dari sana, banyak ilmuwan besar berasal dari sana, (dalam imajinasi dan sepengetahuan saya) kisah beberapa nabi terjadi di sana. Selain itu sejarah Islam juga pernah tertoreh di sana. Lalu setahu saya orang Amerikayang sekarang sebenarnya kebanyakan adalah orang Eropa yang migrasi ke sana, orang Amerika yang asli-suku Indian malah menjadi orang nomor sekian di sana. Kadang saya mikir, mungkin Amerika adiknya Eropa. Mungkin mereka sekarang seperti ini, menurut saya menjadi negara yang hebat, karena dari dulunya sudah punya sejarah yang hebat. Jadi semakin ingin melihat secara langsung bagaimana 'kelakuan' negara-negara hebat ini setiap harinya. Bagaimana sejarah mereka membentuk mereka.


Kawan, dapatkah kau membacanya?
Ah, biarlah
Tak akan kuberi tahu
Kutahu kau manusia modern
Ahaaa

oh 

Kuingin melihatmu
Bukan hanya sekedar gambarmu
Kuingin melihatmu
In the real world

Indah tak terperikan
Bahkan kesempatan melihatmu hanya beberapa hari
Dalam setahun tentunya
Tak bisa kubayangkan
Betapa engkau ditunggu-tunggu

Yang kutahu,
Ah bukan, dalam imajinasiku
Musim semi adalah musim yang indah
Indah, segar, sejuk, hijau
Tapi kau memberikan warna yang berbeda
I love the pinkish white of you

Dalam imajinasiku, 

Bagian dari dirimu berjatuhan
Menambah keindahan musim semi
Dalam hanami
Kuterpesona olehmu

Dalam imajinasiku

Kau, 
Kau menjadi saksi bisu
Dalam hanami
Yang dalam imajinasiku
Kunikmati bersamanya (ehm)

Tapi, 

Ini masih dalam imajinasiku
Kapankah engkau menjadi nyata?
Untukku

Dilema

Saya diserang penyakit. Namanya cukup keren. Dilema. Dilemma sebutan asingnya. Nah beberapa hari ini saya punya sebutan baru karena penyakit itu. Saya menjadi dilemmatist. Sebutan yang saya temukan dalam pikiran saya. HAHAHA

Semuanya berawal dari saya yang masih tahu diri. Saya ngaca, semester kemarin seperti apa, bagaimana performa saya, dan bagaimana hasilnya. Kemudian disandingkan dengan realita yang harus saya hadapi, masih berapa banyak tanggung jawab yang harus saya penuhi. Sebuah dilema yang benar-benar dilema. Disandingkan lagi dengan keinginan hati. Disandingkan lagi dengan keinginan orang-orang yang selama ini benar-benar tanpa tanda jasa, siapa lagi kalau bukan orang tua. Ah dilema yang semakin menjadi.

Saya perlu bantuan. Saya perlu orang untuk diajak bicara. Hal seperti ini harusnya dibicarakan dengan dosen wali tapi selama ini saya belum pernah sekalipun berinteraksi ngomongin beginian dengan beliau. Biasanya rencana studi saya langsung disetujui beberapa jam setelah saya mengisi. Tak ada “Semester kemarin gimana? Tidak ada masalah kan? Rencana kamu ke depannya seperti apa?” Tak ada, Kawan. Kubilang tak ada. Akhirnya saya malah minta izin menemui dosen pembimbing untuk membicarakan ini. Ah, dosen pembimbingku baik sekali, mau membantu urusan yang seharusnya bukan tanggung jawabnya begini. Akhirnya kami ngobrol kesana-kesini.

“Kurang berapa SKS?”
“Hah? Kok masih banyak. Kamu ambil apa aja?”
“Bentar, dua mata kuliah ini aman sih.” Beliau melingkari dua mata kuliah, mengelompokkannya.
“Tapi ini, ini sama Pak ITU (jangan sebut nama deh) ya? Tuntutannya banyak sih, banyak waktu yang harus disisihkan.”
“Kalau ini, ini juga berat sih. Kalau kata yang sudah ambil gimana?” “Oh yaudah berarti ga terlalu berat ya.”
“Kalau ini, saya kurang tahu. Bentar, ini isinya apa sih?” Beliau buka silabus.
“Saya ga tahu sih kayak gimana kuliahnya tapi dari silabusnya harusnya isinya ya kayak yang dulu sudah pernah diambil tentang sinyal. Dosennya siapa sih?”
“Ooh Pak ITU2. Saya belum pernah diajar beliau sih tapi orangnya tegas.”
“Trus ini, mata kuliah dari prodi mana? Kuliahnya berat ga?”
“Trus rencana kamu yang kemarin gimana?”
“Ya kalau menurut saya sih segini SKS berat. Tapi coba tanya-tanya lagi ke yang udah ambil. Kalau kamu bisa menyisihkan minimal 5 jam, eh tambah 1 jam deh buat ngerjain TA ya gapapa.”
“Teman-teman yang lain ngambil berapa SKS?” Beliau menanyakan Squiddie sama Patrick.

Beberapa obrolan yang masih teringat. WOW! For the first time in my life, saya mendiskusikan masalah beginian sama dosen. Senang rasanya hahaha. Keluar dari ruangan beliau saya masih belum sembuh tapi saya jadi punya opsi plan baru untuk strategi pengambilan mata kuliah ini. Saya menyebut opsi yang saya punya, plan nekat dan plan tidak nekat versi baru.

Beberapa hari dilema, beberapa hari pula saya berdebat dengan orang tua. Mungkin kalian illfeel gimana gitu mengetahui saya buat ngambil SKS aja dirundingin sama orang tua. Ya gimana ya, yang ngebiayain saya kan orang tua saya. Kalau saya ambil keputusan yang ga disetujui dan beliau ga mau ngebiayain kan repot juga. Naudzubillah. Ya sebenarnya lebih ke tanggung jawab moral sebagai anak sih.

Hingga hari rabu rencana studi saya tak kunjung disetujui. Tumben sekali. Saya tanya teman sedosen wali, katanya dia sudah. Waduh, ini jangan-jangan beliau ga setuju saya ngambil banyak-banyak nih. Gimana dong? Kemarin saya memutuskan untuk menemui beliau tapi gagal. Beliau sudah pulang. Tapi hari ini saat saya akan berangkat menemui beliau, tiba-tiba ada notifikasi persetujuan rencana studi. Ada pesan dari beliau, “kalau ada yang akan diubah nanti saja saat prs.”

Saya masih saja dilemma. Saya bingung haruskah saya senang atau sedih, ah bukan, yang ini sepertinya lebih ke pesimis bukan sedih. Di satu sisi jika saya berhasil studi saya ga molor, di sisi lain diri saya masih ragu akankah saya mampu.

Siangnya bapak menelpon karena paginya saya SMS beliau tentang bagaimana keputusan perdebatan kemarin. Apakah proposal ide lulus molor saya di-approve? Tidak. Hahaha. Saya cuma nanggepin “ya” doang sambil nahan nangis biar ga kedenger. Lagian sudah disetujui dosen wali.

I wonder how my, InsyaAllah, LAST SEMESTER will be.

Welcome, Rantau! - Liburan di Rumah

Ehm, Liburan kemarin ngapain aja, Nal?

Alhamdulillah kemarin saya memilih kesempatan untuk lebih lama di rumah (daripada teman-teman yang lain yang saya ketahui haha). Seperti biasa, liburan saya ya di rumah. Hanya di rumah. Disaat teman-teman yang lain jalan-jalan ke tempat ini dan itu, saya hanya di rumah. Sebenarnya ada kegiatan ekskursi, sebuah kegiatan kunjungan industri dan juga ada main-main ke tempat wisata. Entah kenapa namanya ekskursi. Oh ternyata karena ini, Kawan.

eks·kur·si /ékskursi/ n 1 perjalanan untuk bersenang-senang; piknik; darmawisata; 2 penyimpangan dr arah yg pasti;

Sekitar 70 orang mahasiswa elektro angkatan saya mengikuti kegiatan ini. Tapi saya memutuskan tak ikut. Alasan yang sungguh-sungguh sangat ‘bocah’, sekonyong-konyong karena saya takut. Takut apa? Ga mau bilang. Wek!

Kalau biasanya saya merencanakan pengen main ke sini dan ke situ, dan berakhir tetap saja di rumah, kali ini saya memang meniatkan hati untuk di rumah. Entah kenapa pengen di rumah saja, menghabiskan waktu dengan keluarga. Monoton sih tapi menyenangkan. Apalagi ada keponakan.

Sudah dua liburan ini ada “anak baru” di keluarga. Ada keponakan dan sepupu baru. Walaupun dulu saya sudah pernah “main-main” sama mereka tapi mungkin karena sekian bulan tak bertemu saya jadi terlupakan. Alhasil, pertama kali saya mengunjungi sepupu baru saya, dia takut sama saya. Ga tanggung-tanggung, ngedeketin saya aja ga berani. Dipakasa kakaknya, digendong buat dideketin ke saya, dia malah nangis sejadi-jadinya. Keponakan saya juga begitu. Kalau dia diserahkan ke saya, belum juga saya apa-apain, dia udah merengek-rengek mau nangis. Entah dia gamau jauh dari mamanya atau memang muka saya yang menyeramkan. Mungkin begini nasib orang yang mukanya lempeng kayak saya. Sebentar, emang muka saya kayak orang lempeng?

Pelajaran kehidupan nomor satu (mulai saat ini saya akan memberikan nomor untuk pelajaran kehidupan yang ditulis, yang sebelum-sebelumnya biarin deh belum dinomorin haha) – Pasanglah muka palsu yang terlihat paling baik saat bertemu anak kecil dan jangan pakai kacamata kalau ga pengen anak kecil nangis sejadi-jadinya melihatmu karena takut.


Tapi itu tak berlangsung lama. Cuma beberapa hari. Padahal di rumah cuma sepuluh hari -_- Yang penting mereka ga nangis kalau lihat muka saya HAHAHA. Sepupu masih diem malu-malu gitu sih. Tapi keponakan udah mau main-main sama saya. Semoga saja saya tidak terlupakan lagi. Sampai jumpa liburan semester delapan, Boi!

Welcome, Rantau! - Kampus eh Sekre

Saya sudah di Bandung sejak beberapa hari yang lalu sih. Niatnya at least pemanasan lebih awal tapi nyatanya hmm haha. Akhirnya hari ini memaksa diri ke kampus buat internetan. Menuju sekre PSTK yang saya kira akan ramai. Seingat saya biasanya kalau H-1 KRSan begini sudah ramai. Eeeeh ternyata di sekre hanya ada saya seorang.

Internet ternyata mengkhianati saya. Awalnya lancar haha akhirnya 'no internet access' HAHAHA. Tapi Dena KW cukup menghibur. Kedatangannya yang sempat streaming video stand up comedy mengisi kekosongan hahaha. Saya jadi bisa meninggalkan sekre buat sholat tanpa harus ngunci sekre hahaha.

Eh sekarang muncul Mas Bogi. Mas Bogi baru pulang dari Kobe, Jepang. Pulangnya dari bulan lalu sih katanya tapi ke bandungnya baru beberapa hari yang lalu. Jadi ngobrol banyak. Cerita tentang kehidupan Mas Bogi di Jepang, ngomongin orang mabuk, ngomongin kehidupan di lab nya hahaha. Trus jadi ngobrolin PSTK. Waaaah lama ga ngomongin ginian. Banyak mendengar sih. Jadi kangen masa-masa dulu hahahaa

Makasih, Mas Bogi. Obrolannya menyenangkan.


Welcome, Rantau! - PVJ

Assalamu'alaikum. Hahaaa sebelumnya belum cerita-cerita kalau liburan, tiba-tiba judulnya sudah 'Welcome, Rantau!' saja. Ya beginilah.Sekarang sudah di rantau kembali. Karena ada beberapa cerita (yang ga tahu apakah akan diceritakan atau tidak), saya akan mengisahkan kehidupan saya sebelum kepulangan ke Kediri.

Beberapa hari sebelum pulang ke rumah sempat "digampar" dosen. Hahahaa gara-gara kuliah yang kurang bener. Tapi menyenangkan. Banyak nasihat kehidupan tentang pendidikan, tentang penegakan hukum Indonesia, tentang sistem pengajaran yang akan diterapkan beliau. Yang bikin terharu, buat ujian aja saya dan beberapa teman dijapri. Seumur-umur itu menjadi pertama kalinya dosen menghubungi saya duluan, japri pula. Tapi efek "digampar" itu bikin down juga karena di akhir ada pembicaraan apa yang terjadi jika kami tak lulus mata kuliah itu. Menjadi semacam kode yang bikin was-was.

Sehabis "digampar", menjadi pertama kalinya dalam hidup saya melancong ke Paris Van Java. Muka habis "digampar" ditambah kecapekan nyari gedung tujuan sukses membuat saya kumal, sinis dan menyebalkan hahahaaa. Ceritanya saya diajak Kak Khansa ikutan sebuah tes bahasa inggris di sebuah lembaga. Ujungnya promosi lembaga bimbingan bahasa inggris itu sih haha tapi lumayan. Kasihan masnya, udah ngomong panjang-lebar tapi kami berdua memutuskan tidak mengambil kursus di sana. Semoga ada pengganti yang lain, mas. Hahahaa.

Kami berdua menjelma menjadi bocah ilang di PVJ. Ga tau jalan buat keluar dari gedung (waktu itu masih nyari gedung tempat kursus bahasa itu). Nanya satpam tiga kali, nanya Febby yang kebetulan ketemu dua kali. Cuma buat nyari jalan keluar dari gedung.

Belum menikmati sepenuhnya sih. Paling tidak kalau ditanya sudahkah saya ke PVJ, saya bisa dengan bangga menjawab "sudah dong." Hahahaaa

Lalu kabar mata kuliah "digampar" gimana? Alhamdulillah lulus kok