MBC day 8 : 16 Juli 2013

Di day ini kami kembali tidak kuorum lagi. Jumlah kami saat apel pagi hanya 190 orang. Padahal kuorum kami 215, sama seperti saat wisuda. Seniro meminta kami untuk selanjutnya harus lebih dari ini.

Di day ini diadakan forum. Awalnya, senior menanyakan apa yang telah kami dapat selama proses wisudaan. Dari teman-teman yang mewakili, kami mendapat kebersamaan, kerja sama, profesionla, time menagement, saling menghargai, bangga, kekompakan, kekeluargaan. Intinya kebersamaan kami meningkat. Seniro mengatakan bahwa semangat itu harus dipertahankan, harus diperjuangkan, jangan hanya saat wisuda kemarin saja.

Pembahasan dilanjutkan ke evaluasi arak-arakan wisuda pada day 7 kemarin. Ada beberapa evaluasi dari teman-teman :
·         Suara danlap kurang terdengar
·         Barikade bingung
·         Kerja masih serabutan karena PJ yang ada tidak memiliki anggota yang tetap. Yang bukan PJ boleh bantu-bantu yang mana saja.

Untuk eval-eval ini seniro senorita menjawab bahwa di situlah fungsi gendrang. Gendrangnya harus lebih semangat agar semuanya kompak. Selanjutnya, untuk jobdesk barikade kan sudah jelas, untuk melindungi gundala-gundili dan menjaga gundala-gundili agar tidak keluar barisan, oleh karena itu barikade tidak boleh pecah walaupun diserang. Untuk masalah kerja yang masih serabutan, perlu dibuat suatu timeline. Timeline ini akan mencegah orang ilang-ilangan karena setiap orang sudah diplot untuk mengerjakan itu. Selain itu, dengan timeline, kerja kita jadi lebih terstruktur.

Eval selanjutnya :
·         Kurang prepare buat worst case (dalam hal kemarin adalah hujan)
·         Jadwal arak-arakan yang kurang jelas.
·         Bingung bentuk berikade pas di tunnel

Menanggapi eval ini, seniro mengatakan bahwa korlap sudah menyiapkan prepare untuk hujan, entah itu jalur teduh maupun pengadaan payung melalui PJ. Tapi semua itu tidak bisa dilaksanakan jika gundala-gundili tidak menyetujuinya. Kemudian bonita Shaula memperjelas evalnya bahwa yang dimaksud adalah kesiapan orang-orangnya. Pengaraknya itu seperti masih bingung kalau hujan harus bagaimana. Jadi perlu pengarahan lebih lanjut.
Untuk jadwal arak-arakan itu ternyata tergantung wisudawannya keluarnya. Memang sih, menurut urutan foto, tapi kan wisudawan juga menunggu yang lain untuk berkumpul. Jadi jadwal arak-arakan itu fleksibel.

Untuk barikade, pas di jalan naik tunnel, bisa bubar sementar, tapi setelah itu harus langsung mengondisikan.

Setelah topik eval wisudaan, topik berganti ke tugas pribadi. Tugas pribadi yang telah diberikan adalah laporan IEEE, isu-isu elektroteknik, review di blog pribadi, dan buku angkatan. Seniro mengatakan bahwa angkatan kami belum maksimal dalam mengerjakan tugas-tugas ini. Isu-isu elektroteknik baru 80% yang mengumpulkan, laporan IEEE baru 90% yang mengumpulakn, dan review banyak yang telat mengumpulkan, bahkan ada yang belum membuat blog.

Untuk yang belum membuat blog, koneksi internet sebenarnya bukan masalah, karena masih ada jalan lain untuk menyelesaikannya. Bisa dibuat di warnet, atau memberi tahu teman-teman untuk membuatkan. Seniro mengatakan bahwa sebenarnya tugas ini sebagai latihan kita saat kuliah nanti. Saat kuliah nanti, jika kita telat mengumpulkan laporan barang satu menit, nilai laporan kita nol, atau  worst case nya mengulang tahun depan. Jadi tugas ini itu melatih kita agar tida keteteran nantinya.

Untuk buku angkatan, ada dari kami yang sudah >200 orang, ada yang antar 150-200, ada yang 100-150 dan ada yang di bawah 100. Hal ini terjadi karena saat kumpul angkatan yang ada ya itu-itu saja. bahkan ada yang mengatakan malas, karena kenal itu tidak cuma salaman, ngisi buku doang, tapi kenal ya benar-benar kenal. Kami diharapkan agar rasa malas jangan sampai ada. Walaupun kita mengerti esensinya, tugas itu tanggung jawab kita, jadi tetap harus dikerjakan. Seniro menganalogikannya dengan kuliah. Kuliah itu esensinya kita mencari ilmu. Untuk menjadi pintar, kita tak perlu kuliah, pakai buku saja cukup. Tapi di kuliah kita memiliki tanggung jawab, kita harus datang, harus mengerjakan tugas. Jika tanggung jawab itu lalai, walaupun kita pinter jadinya E kan. hal ini juga sama seperti buku angkatan, memang esensinya untuk kenal, dan untuk kenal kita bisa melakukan metode lain, tapi tugas itu tanggung jawab kita. Jadi kita belajar menjaga tanggung jawab kita.

Untuk tugas-tugas ini, seniro mengatakan deadline tuga laporan IEEE dan isu-isu elektrooteknik adalah hari Kamis nanti. Review day 3-7 deadline hari Sabtu. Untuk buku angkatan harus dikerjakan lagi dan kami diberi deadline hari Senin. Tentunya esensinya juga sudah harus didapat. Ya, kami masih diberikan kelonggaran. Kami masih diberi kesempatan untuk memperbaiki kinerja kami. Untuk tugas review, dikatakan bahwa yang telat tanpa alasan yang logis akan dicoret dari MBC.

Topik berganti. Topik selanjutnya adalah tentang menyapa seniro-senorita. Seniro-senorita menanyakan mengapa kami tidak menyapa. Beberapa dari kami menjawab bahwa kami masih malu, kami takut. Seniro senorita mengatakan bahwa kami tak perlu takut dianggap sok akrab atau apapun karena seniro-senorita senang jika kita menyapanya. Lalu juniro Kristanto menyarankan agar seniro-senorita juga membalas sapaan itu, agar kami iu juga puas.

Sebenarnya dengan menyapa ini kita bisa mulai mengakrabkan diri kepava seniro-senorita. Kita bisa mengurangi rasa canggung kita. Karena nantinya kita akan satu himpunan, kita akan bekerja bersama, kami akan sering sharing bersama. Oleh karena itu mengenal seniro-senorita dan juga bandito-maharani sangat penting. untuk lebih mengenal seniro-senorita akhirnya disepakati sebuah tugas untuk mewawancarai 20 seniro, 10 senorita, 7 bandito, 7 maharani. Untuk sabtu ini, harus sudah mewawancarai 20 seniro, 10 senorita, dan 5 bandito/maharani. Seniro-senorita menghimbau agar tugas ini jangan dianggap sebagai formalitas tapi ini adalah kesempatan kita untuk sharing dengan seniro-senorita dan bandito-maharani.

Selanjutnya dibahas kesalahan kami sebelum wisudaan, yaitu kekonyolan kami main prosotan di tanah dekat basement labtek VIII. Bahkan saya baru tahu berita ini hari ini, saya hanya mengerti teman-teman main prosotan setelah wisuda, mereka menyanyikan perosotan punya siapa. Mungkin kejadian itu teejadi saat saya tidak di tempat kumpul.

Dari kelakuan kami itu, kami melakukan beberapa kesalahan. Yang pertama, kami telah mencoreng nama HME di mata kampus, yang kedua kami membahayakan diri kami sendiri. Setelah ditanya apa alasan kami melakukan itu, salah satu juniro yang melakukannya mengatakan bahwa mereka melakukannya untuk melepas penat dan bosan. Seniro mengatakan bahwa kami bisa melampiaskan penat dan bosan kami ke hal lain yang lebih berguna. Kami harus lebih dewasa. Tidak ada keuntungan yang didapat dari peristiwa ini kecuali pembelajaran. Untuk selanjutnya, kami harus bertindak lebih dewasa karena kita itu membawa nama HME.

Comments

Popular posts from this blog

Es Wawan