Di day ini kami kembali tidak kuorum lagi. Jumlah kami saat apel pagi hanya
190 orang. Padahal kuorum kami 215, sama seperti saat wisuda. Seniro meminta
kami untuk selanjutnya harus lebih dari ini.
Di day ini diadakan forum. Awalnya,
senior menanyakan apa yang telah kami dapat selama proses wisudaan. Dari teman-teman yang mewakili, kami mendapat
kebersamaan, kerja sama, profesionla, time menagement, saling menghargai,
bangga, kekompakan, kekeluargaan. Intinya kebersamaan kami meningkat. Seniro
mengatakan bahwa semangat itu harus dipertahankan, harus diperjuangkan, jangan
hanya saat wisuda kemarin saja.
Pembahasan dilanjutkan ke evaluasi arak-arakan wisuda pada day 7 kemarin. Ada
beberapa evaluasi dari teman-teman :
·
Suara
danlap kurang terdengar
·
Barikade
bingung
·
Kerja
masih serabutan karena PJ yang ada tidak memiliki anggota yang tetap. Yang
bukan PJ boleh bantu-bantu yang mana saja.
Untuk eval-eval ini seniro senorita menjawab bahwa di situlah fungsi gendrang.
Gendrangnya harus lebih semangat agar semuanya kompak. Selanjutnya, untuk jobdesk
barikade kan sudah jelas, untuk melindungi gundala-gundili dan menjaga gundala-gundili
agar tidak keluar barisan, oleh karena itu barikade tidak boleh pecah walaupun diserang.
Untuk masalah kerja yang masih serabutan, perlu dibuat suatu timeline. Timeline
ini akan mencegah orang ilang-ilangan karena setiap orang sudah diplot untuk
mengerjakan itu. Selain itu, dengan timeline, kerja kita jadi lebih
terstruktur.
Eval selanjutnya :
·
Kurang prepare buat worst case (dalam hal
kemarin adalah hujan)
·
Jadwal
arak-arakan yang kurang jelas.
·
Bingung
bentuk berikade pas di tunnel
Menanggapi eval ini, seniro mengatakan bahwa korlap sudah menyiapkan
prepare untuk hujan, entah itu jalur teduh maupun pengadaan payung melalui PJ.
Tapi semua itu tidak bisa dilaksanakan jika gundala-gundili tidak
menyetujuinya. Kemudian bonita Shaula memperjelas evalnya bahwa yang dimaksud adalah
kesiapan orang-orangnya. Pengaraknya itu seperti masih bingung kalau hujan
harus bagaimana. Jadi perlu pengarahan lebih lanjut.
Untuk jadwal arak-arakan itu ternyata tergantung wisudawannya keluarnya.
Memang sih, menurut urutan foto, tapi kan wisudawan juga menunggu yang lain
untuk berkumpul. Jadi jadwal arak-arakan itu fleksibel.
Untuk barikade, pas di jalan naik tunnel, bisa bubar sementar, tapi setelah
itu harus langsung mengondisikan.
Setelah topik eval wisudaan, topik berganti ke tugas pribadi. Tugas pribadi
yang telah diberikan adalah laporan IEEE, isu-isu elektroteknik, review di blog
pribadi, dan buku angkatan. Seniro mengatakan bahwa angkatan kami belum
maksimal dalam mengerjakan tugas-tugas ini. Isu-isu elektroteknik baru 80% yang
mengumpulkan, laporan IEEE baru 90% yang mengumpulakn, dan review banyak yang
telat mengumpulkan, bahkan ada yang belum membuat blog.
Untuk yang belum membuat blog, koneksi internet sebenarnya bukan masalah,
karena masih ada jalan lain untuk menyelesaikannya. Bisa dibuat di warnet, atau
memberi tahu teman-teman untuk membuatkan. Seniro mengatakan bahwa sebenarnya tugas
ini sebagai latihan kita saat kuliah nanti. Saat kuliah nanti, jika kita telat
mengumpulkan laporan barang satu menit, nilai laporan kita nol, atau worst case nya mengulang tahun depan. Jadi
tugas ini itu melatih kita agar tida keteteran nantinya.
Untuk buku angkatan, ada dari kami yang sudah >200 orang, ada yang antar
150-200, ada yang 100-150 dan ada yang di bawah 100. Hal ini terjadi karena
saat kumpul angkatan yang ada ya itu-itu saja. bahkan ada yang mengatakan
malas, karena kenal itu tidak cuma salaman, ngisi buku doang, tapi kenal ya
benar-benar kenal. Kami diharapkan agar rasa malas jangan sampai ada. Walaupun
kita mengerti esensinya, tugas itu tanggung jawab kita, jadi tetap harus dikerjakan.
Seniro menganalogikannya dengan kuliah. Kuliah itu esensinya kita mencari ilmu.
Untuk menjadi pintar, kita tak perlu kuliah, pakai buku saja cukup. Tapi di
kuliah kita memiliki tanggung jawab, kita harus datang, harus mengerjakan
tugas. Jika tanggung jawab itu lalai, walaupun kita pinter jadinya E kan. hal
ini juga sama seperti buku angkatan, memang esensinya untuk kenal, dan untuk
kenal kita bisa melakukan metode lain, tapi tugas itu tanggung jawab kita. Jadi
kita belajar menjaga tanggung jawab kita.
Untuk tugas-tugas ini, seniro mengatakan deadline tuga laporan IEEE dan
isu-isu elektrooteknik adalah hari Kamis nanti. Review day 3-7 deadline hari
Sabtu. Untuk buku angkatan harus dikerjakan lagi dan kami diberi deadline hari
Senin. Tentunya esensinya juga sudah harus didapat. Ya, kami masih diberikan
kelonggaran. Kami masih diberi kesempatan untuk memperbaiki kinerja kami. Untuk
tugas review, dikatakan bahwa yang telat tanpa alasan yang logis akan dicoret dari
MBC.
Topik berganti. Topik selanjutnya adalah tentang menyapa seniro-senorita.
Seniro-senorita menanyakan mengapa kami tidak menyapa. Beberapa dari kami
menjawab bahwa kami masih malu, kami takut. Seniro senorita mengatakan bahwa
kami tak perlu takut dianggap sok akrab atau apapun karena seniro-senorita
senang jika kita menyapanya. Lalu juniro Kristanto menyarankan agar
seniro-senorita juga membalas sapaan itu, agar kami iu juga puas.
Sebenarnya dengan menyapa ini kita bisa mulai mengakrabkan diri kepava
seniro-senorita. Kita bisa mengurangi rasa canggung kita. Karena nantinya kita
akan satu himpunan, kita akan bekerja bersama, kami akan sering sharing
bersama. Oleh karena itu mengenal seniro-senorita dan juga bandito-maharani
sangat penting. untuk lebih mengenal seniro-senorita akhirnya disepakati sebuah
tugas untuk mewawancarai 20 seniro, 10 senorita, 7 bandito, 7 maharani. Untuk
sabtu ini, harus sudah mewawancarai 20 seniro, 10 senorita, dan 5 bandito/maharani.
Seniro-senorita menghimbau agar tugas ini jangan dianggap sebagai formalitas
tapi ini adalah kesempatan kita untuk sharing dengan seniro-senorita dan bandito-maharani.
Selanjutnya dibahas kesalahan kami sebelum wisudaan, yaitu kekonyolan kami
main prosotan di tanah dekat basement labtek VIII. Bahkan saya baru tahu berita
ini hari ini, saya hanya mengerti teman-teman main prosotan setelah wisuda, mereka
menyanyikan perosotan punya siapa. Mungkin kejadian itu teejadi saat saya tidak
di tempat kumpul.
Dari kelakuan kami itu, kami melakukan beberapa kesalahan. Yang pertama,
kami telah mencoreng nama HME di mata kampus, yang kedua kami membahayakan diri
kami sendiri. Setelah ditanya apa alasan kami melakukan itu, salah satu juniro
yang melakukannya mengatakan bahwa mereka melakukannya untuk melepas penat dan
bosan. Seniro mengatakan bahwa kami bisa melampiaskan penat dan bosan kami ke
hal lain yang lebih berguna. Kami harus lebih dewasa. Tidak ada keuntungan yang
didapat dari peristiwa ini kecuali pembelajaran. Untuk selanjutnya, kami harus
bertindak lebih dewasa karena kita itu membawa nama HME.