Separuh Hatiku Tertinggal di Lyss - Hari terakhir
Pelatihan saya dan mas-mas sebenarnya dijadwalkan berakhir pada hari Selasa, 17 Desember 2019. Namun, sungguh waktu pelatihan yang hanya seminggu dengan materi yang padat merayap, ditambah memang kami benar-benar datang dengan tanpa background sama sekali membuat kepala kami overflow. Kami perlu waktu tambahan.
Oleh karenanya, hari Rabunya, yang harusnya kami bisa main-main karena flight masih pukul 21.00, kami meminta kolega kami merelakan setengah hari mereka sebagai waktu tambahan mengajari kami. Baik sekali mereka mau. Itu pun kami masih dikasih makan siang yang lezat: masakan Amanda yang dikhususkan untuk kami karena yang lain menunya pakai daging sedangkan kami ga mau makan daging sana ๐
Sejak Selasa malam, saya sudah merasakan perasaan yang tidak bisa saya deskripsikan. Rasanya sangat mirip dengan saat akan meninggalkan Bandung. Ada rasa tak ingin pergi. Kali ini, hanya saya yang emosional seperti ini. Mas-mas begitu bahagia akan pulang.
Pagi-pagi, saya mengambil beberapa gambar sudut-sudut yang saya ingin kenang. Yang paling utama adalah halaman parkir dan rumah yang terlihat dari balkon kamar. Suasana berangkat kerja juga rasanya ... aha sepertinya saya ingat nama rasanya ... sendu.
Obrolan dalam Bahasa Jerman dari halaman parkir yang terdengar sampai balkon kamar bikin tempat ini kesannya spesial di hati |
Saya membayangkan bisa say hi sama penghuni rumah itu ๐ |
Sarapan terakhir di Swiss kala itu. Terpaksa pakai meja yang tidak biasanya karena yang biasanya sedang digunakan orang lain ๐ถ |
Perjalanan menuju tempat pelatihan pada hari terakhir. Sendu. |
Setengah hari belajar, setelah makan kami diantar Mas Schwab ke hotel untuk mengambil barang untuk kemudian dia mengantar kami mencari oleh-oleh sebentar. Tempat membeli oleh-oleh di sana yang direkomendasikan oleh Mas Schwab adalah Kambly. Di sana dijual berbagai jenis snack ala Swiss. Saya sendiri membeli Bretzeli, sejenis biskuit yang seingat saya ada rasa jahenya. Selain itu, saya juga beli cokelat dan pernak-pernik (tentu saja keduanya tidak dibeli di Kambly) yang sebagian urunan dengan mas-mas sebagai oleh-oleh untuk teman-teman kantor.
Biskuit di pojok itu adalah Bretzeli. Oleh-oleh favorit saya. |
Masih bersama Mas Schwab, kami diantar hingga Stasiun Lyss. Agak terburu-buru karena kami tiba mepet jadwal keberangkatan. Kami berpamitan dengan Mas Schwab dengan singkat. Ditutup dengan janji Mas Schwab untuk mengunjungi Indonesia.
Sambil menggeret-geret koper, kami lari-lari menuju kereta. Sempat berpapasan dan menyapa seorang penjaga toko di convenience store stasiun, kalau tidak salah namanya Ahmad, dari Afghanistan. Kami kenalan beberapa hari yang lalu saat kami ke tokonya mencari oleh-oleh.
Kereta kami berangkat sekitar pukul 14.00. Akan menempuh perjalanan kira-kira 3 jam menuju Zรผrich tapi transit di Bern dulu. Rasanya masih sendu.
Kota ini, bahkan negaranya begitu ramah. Dulu saya disambut di negara ini dengan senyum dari petugas imigrasi yang kalau di tempat lain garangnya minta ampun. Selain itu diperlakukan dengan baik pula oleh orang-orang sana. Ya sempet kena sengak sih: oleh sopir bus dan petugas ticketing and information kereta di bandara tapi kesan besarnya, kota ini adem ayem kalem dan romantis. Apalagi di Swiss lingkungannya bersih dan bentang alamnya bagus banget (meski ga jalan-jalan jauh tapi kan kayak Grindelwald, Eiger gitu bagus banget. Lyss aja udah rapi apik gitu ๐). Gampang banget bikin betah.
Saya ingin mengingat betapa selimut menyelamatkan diri dari dinginnya malam setelah heater mati. Heater di sana dimatikan setelah tengah malam. Mungkin asumsinya orang-orang sudah di bawah selimut jadi dimatikan saja.
Selimut penyelamat. Ke Swiss bawa 'Pergi' nya Tere Liye. Baru berapa hari udah habis dibaca. |
Juga ingin mengingat berangkat ke tempat training serasa masih subuh. Tak lupa hiasan-hiasan suasana menjelang Natal. Natal sepertinya begitu meriah di sana. Pun betapa ramahnya kolega kami, lezatnya masakan Amanda, salju lebat hari Jumat, serunya berpetualang bersama mas-mas yang rasa-rasanya membuat pertemanan kami menjadi lebih lekat.
Persimpangan jalan dekat hotel, 18 Des 2019, 07:55:59 am |
Meriahnya Natal menghadirkan ditebang dan dijualnya pohon sejenis spruce untuk pohon natal. (Potongan) Pohon yang tingginya mungkin tidak lebih dari 1,5 meter ini harganya lebih dari 1 juta rupiah. |
Perjalanan kereta saat itu menjadi momen terakhir yang patut dikenang. Suasana hening dalam kereta yang terkadang diselingi suara obrolan - yang terdengar hangat - dalam Bahasa Jerman terkenang dengan apik. Suara kereta yang terdengar di peron stasiun juga demikian ngangenin.
Belakangan saya sering nonton video dari channel Youtube yang kreatornya tinggal di Swiss. Tiap melihat landscape-nya, saya diterpa rindu. Teriring doa, Ya Allah saya ingin ke sana lagi, semoga ada kesempatan ke sana lagi.
***
Sampai sini, kami sudah meninggalkan Lyss maka ga pas kalau cerita selanjutnya masih bertajuk hal yang sama. Jadi seri Separuh Hatiku Tertinggal di Lyss saya hentikan di sini.
Kali aja ada yang mau langsung nge-link ke tulisan Separuh Hatiku Tertinggal di Lyss lainnya, saya persilakan dengan senang hati.
Wow! termasuk postingan ini ada 8 bagian dari Separuh Hatiku Tertinggal di Lyss. Semoga bermanfaat dan menghibur ๐
Comments
Post a Comment