Separuh Hatiku Tertinggal di Lyss - Bern - Bagian 2
Tidak banyak yang bisa dinikmati di taman bermain kurang lampu di samping katedral. Hanya pemandangan di seberang dan bawah sana, serta beberapa "wahana" bermain yang tidak kami manfaatkan. Kami melanjutkan perjalanan menelusuri jalur hijau berikut.
Kami mengambil jalan di sisi kiri Katedral Bern. Lurus dari sana akan ditemui gedung parlemen dan pelatarannya. Sebenarnya bukan murni pelataran yang kemudian terkesan seperti area eksklusif milik gedung parlemen gitu. Memang itu masih area gedung parlemen, namun digunakan sebagai public space. Banyak kegiatan yang digelar di sana. Menurut hasil googling sih acara yang digelar diantaranya air mancur saat summer, light show, bahkan traditional market serta area ski saat winter. Saat itu, saya kira sedang ada acara apa gitu di pelataran ini ternyata ... karena kami datang di awal musim dingin, itulah area ski umum yang saya sebutkan tadi. WOW menyadari hal ini baru saat saya menuliskannya, membuat hati senang sekali. Senang sekali ternyata saya menyaksikan sebuah acara spesial tahunan, atau lebih tepatnya hanya lokasi dan persiapannya wkwk.
Saya dan mas-mas sempat mengabadikan foto bersama yang selanjutnya menjadi icon grup kami: Lyss - Bernstrasse.
Icon grup Lyss - Bernstrasse |
Gedung Parlemen tampak depan, dan area ski yang disiapkan |
Serunya, Gedung Parlemen Bern boleh dijadikan wisata. Waktu itu, dari depan memang tampak cukup sepi. Namun, setelah kami mencoba mlipir ke belakang, ternyata ada banyak orang: beberapa kelompok tur. Kebanyakan anak sekolah. Ingin sih masuk ke gedung ini, melihat arsitektur bangunannya tapi tidak ada agenda itu dalam perjalanan ini.
Bagian belakang gedung berbatasan langsung dengan pagar tembok setinggi pinggang. Setelahnya sudah area yang lebih rendah. Dari sini, kami bisa melihat sungai Aare yang merupakan sungai terpanjang di Swiss. Saat summer, orang-orang biasa berenang di sungai itu. Budayanya asik ya. Sungainya bersih sih. Ga butek lagi. Di Indonesia sungainya bisa gitu ga ya? Bersih sih bisa asalkan manusianya mau menjaga. Tapi kalau bening, apakah bisa? Bisa aja kan profil tanahnya memang larut dalam air jadi warnanya cokelat.
Pemandangan dari belakang gedung parlemen |
Bening mantap begini sungainya đ sumber: bern.com |
Kalau dilihat dari gambar di situsnya Bern kok kelihatan asik gitu sih acara berenang di sungai ini. Bayangin deh siang-siang gitu main di sungai. Di pinggirannya ada banyak pohon rindang. Abis main-main air nanti makan-makan di bawah pohon. Wenaaaaaaaak.
OK lanjut.
Tepat di sisi barat dari sisi belakang gedung parlemen merupakan taman area sayap barat. Area ini masih termasuk area gedung parlemen. Sayap barat dan timur gedung parlemen digunakan sebagai rumah dinas beberapa anggota pemerintahan. Di taman ini terdapat miniatur lanskap area gedung parlemen. Ada juga tempat-tempat duduk yang saat itu beberapa diantaranya diduduki oleh pengunjung.
Rasa-rasanya area pemerintahan yang dijadikan ruang publik begini memberikan kesan ramah. Mendekatkan para pemangku jabatan dan orang-orang yang ditanggung olehnya. Ga tau sih dalam praktiknya di sana sebenernya kesannya gimana. Tadi kan cuma kesan saya sebagai orang yang belum pernah main dengan santainya ke area pemerintahan kecuali balai desa.
Miniatur area gedung parlemen |
Kami bergegas. Rupanya spot acara jalan-jalan kami hampir berakhir. Tinggal satu spot terakhir: Christmast Market. Seperti yang sudah pernah saya kabarkan sebelumnya, di Swiss ada tradisi pasar malam dalam rangka menyambut hari natal. Tidak kalah dengan pasar malam menjelang idul fitri di Indonesia.
Pasar yang kami tuju di adakan di sebuah taman bernama Kleine Schanze di sisi barat area gedung parlemen. Di sana ramai sekali. Lebih banyak orang menjual makanan di sini. Kalau di spot pasar yang kami sempat mampir sebelumnya (tapi saya lupa posisinya di mana) lebih banyak dijual suvenir.
Di pasar natal Kleine Schanze ini lah kami berjumpa dengan Caesar dan Bärtschriger. Mereka masing-masing sudah membawa secangkir minuman. Mungkin wedang jahe wkwk. Kemudian kami bersama-sama mengelilingi pasar malam itu (cangkir masih dibawa-bawa, diminum-minum sambil jalan). Kami tidak membeli apa-apa karena memang tujuan kami hanya menikmati suasana di sana. Lagian kami juga mau makan di tempat lain.
Menyenangkan sekali mengelilingi taman berpasar malam itu. Hiasan lampu di mana-mana. Orang-orang duduk-duduk dan ngobrol bersama. Ada yang bergerombol, ada juga yang berpasangan. Kalau saya lihat-lihat, orang-orang Swiss sweet sekali mengekspresikan romansanya. Ga jarang kalau pas di balkon kamar hotel saya melihat pasangan bapak-ibu yang jalan bersama gandengan tangan atau si bapak merangkul si ibu. Kayaknya kesan sweet ini lebih karena mereka sudah cukup tua tapi tetep rukun adem ayem sweet gitu deh. Kalau kesan ke anak mudanya ga ada wkwk.
Salah satu kios di pasar malam yang bentuknya unik |
Setelah selesai berkeliling dan cangkir dikembalikan, kami beranjak menuju lokasi makan sambil menahan hajat buang air (kecuali Caesar dan Bärtschriger) haha. Saya lupa rute menuju lokasi makan dan malas mencari ulang. Makanya saya kasih garis lompat di peta perjalanan kami đ
Tempat makan yang kami tuju namanya Swing Kitchen. Resto ini memberikan menu vegan. Gaya hidup vegan memang cukup ngehits belakangan ini makanya ada-ada saja resto vegan di kota ini. Di Indonesia mungkin veganism belum populer. Sejauh ini, hanya satu resto vegan yang saya tahu: Kehidupan Tidak Pernah Berakhir di Bandung. Itu pun saya belum pernah nyobain wkwk.
Menu utama di Swing Kitchen adalah burger. Burger vegan lebih tepatnya. Kami pesan burger, kentang goreng, dan minuman. Porsinya gede banget. Saya aja sampe ga kuat ngabisin kentang gorengnya. Biasanya saya kan bisa habis porsi banyak kalau memang yang disediakan demikian (kalau ambil sendiri, ambilnya -menurut saya- dikit hihihi).
Swing Kitchen berada di bagian sebuah gedung besar jadi toiletnya ya ikut toilet gedung besar itu. Sepertinya jadi satu dengan bioskop di sebelahnya. Lokasi toiletnya agak mbulet. Karena saya cewe sendiri, saya di toilet sendiri, baliknya pun sendiri. Saya bingung baliknya gimana. Saya tersesat wkwk. Untung si Mas Schwab peka. Dia nyusul nyariin saya, mengabaikan komentar Caesar, "Masa ke toilet aja baliknya nyasar." Saya ditemukan Mas Schwab di dekat dapurnya Swing Kitchen. Nyatanya setelah Caesar ke toilet, sekembalinya dia bilang, "Ternyata bener. Jalan ke toiletnya agak mbingungin." Nah kaaaaaan.
Di tengah menunggu pesanan, de Lara tiba. Rupanya dia diizinkan istrinya untuk hang out đ Lengkap sudah personil yang in charge malam itu. Kami makan bersama. Sambil makan, ada selentingan obrolan tentang anak Mas Ervani yang pada akhirnya berujung pada sindiran dari Caesar ke salah satu dari lainnya.
Dirahasiakan : "Eumm aku belum pengen nikah sih. Nikah tu nambah tanggung jawab dan rada ribet."
Obrolan berlanjut hingga kami usai makan. De Lara, Schwab, Bärtschriger, dan Caesar berkata mereka masih merasa lapar. Kurang puas karena tadi isinya sayuran saja, ga ada protein hewaninya. Sementara kami berempat: saya, Mas Nugroho, Mas Kridanto, Mas Ervani sudah kekenyangan.
Burger vegan, kentang goreng, dan minumannya Mas Nugroho dan Mas Kridanto |
Dari kiri: Mas Schwab, De Lara, Saya, Mas Nugroho, Mas Kridanto, Mas Ervani, Bärtschriger, dan Caesar |
Merasa cukup, kami keluar resto dan berjalan bersama ke timur hingga perempatan. Di sana kami berpisah dengan De Lara dan Caesar. Kami berenam sisanya memutuskan untuk pulang saja meski saya masih pengen banget jalan-jalan. Saya belum capek tapi Seiler besok sudah menunggu dengan materi (yang seharusnya) hari terakhir.
Kami berjalan lurus ke utara menuju lokasi parkir di area Universitas Bern. Bärtschriger juga parkir di sana. Kami berempat pulang bersama Bärtschriger karena dia "ngekos" di deket kantor jadi deket sama hotel kami sementara rumah Mas Schwab lumayan jauh.
Malam itu menyenangkan sekali. Mengeksplor tempat baru, melihat berbagai hal baru, apalagi bersama teman-teman yang beberapa juga baru.
Tinggal dua hari kami di Swiss. Semakin dekat dengan jadwal pulang. Semakin dekat dengan perpisahan. Tulisan ini pun begitu. Sepertinya tinggal cerita terakhir tentang hari-hari terakhir dan perjalanan pulang (yang bisa saja lebih dari satu postingan wkwk) dan seri ini akan tutup buku.
Sampai jumpa.
Comments
Post a Comment