Separuh Hatiku Tertinggal di Lyss - Itinerary
Bulan November, perjalanan kami sudah diisukan. Segera kami berempat membuat grup untuk berbagi tentang persiapan keberangkatan. Rencana-rencana indah bermunculan.
Swiss adalah negara impian saya dengan dua tempat utama yang ingin saya kunjungi:
1. Grindelwald, simply karena saya pernah nemu kata Grindelvald di novel Harry Potter and The Deadly Hallows, ditambah pernah nemu gambar pemandangan yang sungguh indah di akun National Geographic dengan tag lokasi Grindelwald.
2. Zürich, ETH Zürich ada di sana.
Karena kami ingin jalan-jalan, kami pun riset tentang transportasi di sana. Rupa-rupanya di Swiss ada sistem "paketan" untuk transportasi keretanya. Selain ada paket untuk penduduk lokal atau orang asing yang tinggal di sana, untuk turis ada opsi paket Swiss Travel Pass, dan Half Fare Card.
Swiss Travel Pass memungkinkan penggunanya untuk bebas menggunakan mayoritas sarana transportasi, bebas masuk pameran, dan museum di Swiss selama waktu kontrak (bisa memilih 3, 4, 8, atau 15 hari). Swiss Travel Pass sendiri dibagi menjadi 2: untuk consecutive days (berlaku untuk 3, 4, 8, atau 15 hari berturut-turut), dan flexible (untuk perjalanan 3, 4, 8, atau 15 hari dalam sebulan, dan tidak perlu berurutan). Info lebih lanjut silakan cek website SwissPass.
Untuk kondisi kami, waktu jalan-jalan yang memungkinkan adalah 2 hari saat weekend. Karena kegiatan jalan-jalan tidak mungkin diasimilasikan dengan perjalanan untuk kepentingan pekerjaan, maka opsi paket 3 hari fleksibel adalah pilihan yang paling sesuai untuk kami. 2 hari untuk weekend, 1 hari sisanya bisa dicuri-curi di antara hari-hari lainnya. Swiss Travel Pass Flexible 3 hari untuk orang dewasa ( >26 tahun) dihargai 262 Euro per 19 Juli 2020, hampir 4,5 juta Rupiah.
Karena kami menggunakan Visa Schengen dimana kami bisa keluar-masuk negara Uni-Eropa atau yang bekerja sama dengannya hanya dengan satu visa, impian Mas Nugroho tergugah. Dia mengusulkan untuk ke Jerman saat weekend. Gila. Tapi kenapa tidak? Ternyata ide ini memicu Mas Ervani untuk urun ide lain. Dia mengusulkan kami ke Perancis saja yang wisatanya banyak. Katanya, di Jerman mau ke mana? Logis.
Ide-ide gila ini semakin melambung tinggi dengan adanya Eurail Global Pass. Seperti Swiss Travel Pass, kartu ini memberikan akses gratis atas sarana transportasi dan museum, tidak hanya di satu negara, tapi di banyak negara Uni-Eropa. Menggiurkan bukan? Eurail Global Pass 4 hari untuk orang dewasa (>28 tahun) dihargai 185 Euro atau hampir 3,2 juta Rupiah per 19 Juli 2020. Lho kok lebih murah dibandingkan Swiss Travel Pass? Cakupan Swiss Travel Pass lebih luas dibandingkan Eurail Global Pass di Swiss. Jadi ada kereta yang bagi pemegang Swiss Travel Pass gratis, tapi bagi Eurail Global Pass bayar atau paling ga bayar setengah harga. Di tempat wisata juga begitu. Ada yang pemegang Swiss Travel Pass mendapat diskon sedangkan Eurail Global Pass tidak. Untuk lebih rincinya silakan berselancar di website keduanya: Eurail und SwissPass.
Kami tidak berniat mengunjungi wisata tertentu yang berbayar hihihi. Bagi kami, jalan-jalan melihat pemandangan saja sudah cukup. Jadi ide jalan-jalan sebebas-bebasnya ini sungguh luar biasa.
Sebagai anggota paling muda dan paling semangat jalan-jalan, saya pun menyusun rencana perjalanan dan pengaturan keuangan untuk setiap plan. Dari Plan A yang memasukkan kami main ke Jerman, Plan B yang memasukkan kami main ke Paris, hingga Plan C yang memaksimalkan main di Swiss dengan paling tidak 2 opsi. Terlalu banyak hal menarik di Swiss hingga saya bingung memilih: Zürich, Grindelwald, Interlaken, Jungfraujoch, Mt Eiger, Luzern, Geneva, Montreux, St. Moritz, atau naik Bernina Rail ke Italia sekalian. Sungguh semuanya menggiurkan. Saya bisa senyam-senyum sendiri menyusun rencana perjalanan ini. Dari kesemuanya, dengan seenak jidat saya memasukkan Grindelwald dan Interlaken ke semua plan. Hahaha. Soalnya mereka dekat dengan banyak attractions. Ohiya perlu diketahui untuk merencanakan perjalanan ini, jadwal kereta harus diperhatikan karena selain memengaruhi agenda, harganya bisa saja berbeda meski asal, rute, dan tujuannya sama.
Rencana sudah tersusun, Plan A dan Plan B akhirnya dibatalkan karena perjalanan yang memakan waktu lama dan belum tentu di negara tujuan transportasi menuju spot yang menarik bisa gratis juga. Jadi rencana naik high speed train lenyap sudah. FYI, kereta antar-negara ada yang high speed termasuk kereta Swiss-Perancis.
Kami sepakat untuk memaksimalkan penjelajahan Swiss. Saya bahagia sekali menyambut rencana ini. Interlaken, Grindelwald, Luzern, Zürich sudah terbayang-bayang indahnya di kepala saya.
Karena masih ada keraguan di hati mas-mas, kami memutuskan tidak akan membeli Swiss Travel Pass saat pertama kami tiba. Kami harus memantapkan hati dulu. Mungkin kolega kami bisa memberikan masukan.
Nyatanya, setelah kami berjumpa dengan materi training yang agung, otak kami diperas, keraguan dan keengganan untuk jalan-jalan seolah ditarik paksa terutama bagi mas-mas. Karena ini tanggung jawab, maka masa iya kami main-main sementara kami ngerti materi aja kagak. Akhirnya apa yang terjadi? Rencana perjalanan saya sia-sia. Tidak terkabulkan. Padahal saat weekend, kami (saya sih wkwk) belajar juga kagak wkwk. Tapi dalam satu tim, setia kawan adalah harus kan? Satu tak berangkat, maka yang lain akan menemani tak berangkat. Kami harus selalu bersama dan saling menjaga. Ah elah. Kami mengganti perjalanan fantasi ini ke tempat-tempat yang dekat. Akan saya ceritakan di postingan selanjutnya.
Mungkin ada yang mau gambaran salah satu rencana perjalanan yang saya buat dengan hati gembira, ini dia.
Agar saya menyesal tidak ke sana saat itu, agar saya ingat bucket list itu, maka biarkan saya pampang gambar-gambar bagus sebagai berikut.
Yang sabar Kaka, btw biaya hidup disana menguras tabungan ya ternyata...
ReplyDeleteKesian si dompet kalau pas Pasan gini ..