Sepeda, Sore yang menyenangkan, Ayah, Nostalgia


Hai hai, saya punya sepeda baru. Bukan literally baru sih. Saya baru sadar, naik sepeda di Bandung itu jauh berbeda dengan naik sepeda di Kediri. Di Kediri kayaknya naik sepeda selo-selo saja. Di sini, kalau turun sih bahagia, kalau jalannya naik, masyaAllah. Jalanan di sini banyak yang naikan atau turunan tapi ga terlalu terlihat kalau itu naik. Yah begitulah. Semoga istiqomah naik sepeda. Hahaha

Kemarin nyobain naik sepeda untuk menempuh jarak sekitar 10km, istirahat 2 jam, trus balik. Ternyata capek. Iya capek.Tapi menyenangkan. Apalagi sadel sepedanya sudah dibuat lebih tinggi jadi otot kakinya ga cepet capek. Bicycling makes me feel nostalgic. Just like I come back to the days when I was in junior high school. They seem to be wonderful as I see today.

Saya sering kuliah siang, jam 1an tapi saya jarang merasakan suasana seperti ini. Hari ini mataharinya menyenangkan. Tak terlalu menyengat tapi tak mendung. Suasana yang dibentuk oleh warna cahayanya khas. Dari dulu saya suka suasana seperti ini. Saya suka karena (lagi-lagi) membawa ingatan saya kembali ke masa kecil. Hari ini membawa saya mengingat kebiasaan saya berburu capung di sawah. Berburu sih tapi setelah itu dilepas lagi. Saya kangen sawah-sawah itu.

Saya sedang membaca "Ayah"-nya Andrea Hirata. Beberapa kali saya amati sampulnya. ada ilustrasi berupa siluet seorang ayah dan anak. Somehow, saya melihat itu seperti bapak saya. Ada ingatan-ingatan tertentu ketika saya terpikir tentang bapak. Yang saya ingat bukanlah the recent condition, tapi saat dahulu, saat bapak masih sehat. Mungkin karena itu saat pulang kemarin saya sedikit kaget melihat kondisi beliau. He is different phisycally, but still, he is my father inside, the same as usual. Kadang saya merasa bersalah ketika di sini, jauh dari rumah masih terpikir orang tua saya masih seperti dulu. Am I wrong thinking this way?

Comments

Popular posts from this blog

Es Wawan