Pasca Dirah Diraya Dipa
WOW, sekarang PSTK-ITB sudah 45 tahun. Tanggal 09 April kemarin ada pagelaran yang merupakan acara terakhir dari selebrasi Tanggap Warsa kali ini. Pagelarannya berjudul Dirah Diraya Dipa. It was special since I was a real "consumer". Yap baru kali ini saya di hari H pagelaran datang sebagai penonton yang hampir sama sekali tidak tahu alur ceritanya. It was good performance but somehow I was dissappointed by several stuffs.
Waktu itu banyak sesepuh datang untuk menonton. Reuni deh jadinyaaa. Bahkan Mbak Diana juga datang. Saat itu baru ingetlah kalau Mbak Diana udah lulus. Bayangkan, Mbak Diana yang selama ini saya cuma bisa ngefan, lihat fotonya doang, baca blog nya doang, kemarin saya ketemu beliau dan sempat salaman walaupun Mbak Diana pasti ga tahu siapa saya hahahaaa. Saya kira beliau akan menulis setelah nonton pagelaran, sampai sekarang pun belum kunjung ada post baru :(
Waktu itu, Satria Pramudhita yang nonton cukup banyak bahkan mbak-mbak angkatan 2009 heran saat melihat kami berkumpul. Heran karena yang nonton banyak. Alhamdulillah kalau begitu.
sayang sekali ga ikutan foto bareng Lisa sang pemeran utama :(
Itu beberapa orang belum ikutan sih. Yaaa soalnya kan itu agenda foto-foto. Mungkin pada mau foto sama pemain-pemain.
Senang rasanya dapat berkumpul bersama mereka kembali. Kapan lagi cobaaa bisa kumpul banyak begitu. Sehabis nonton, kami merencanakan makan bareng. Akhirnya yang ikutan cuma beberapa orang sih. Gapapa lah yaaa. BTW saya ikutan. Waktu itu konyol sekali. Kami makan bersepuluh. Sempat duduk di luar yang sedang gerimis karena tempat makannya kecil dan di dalam ada seorang mbak-mbak lagi makan. Ga enak kan kalau tiba-tiba kami duduk di dekatnya dan seolah merebut kekuasaan di sana. Kami ciwi-ciwi menggunakan payung untuk berlindung. Cowo-cowo sih kayaknya mereka malu hahahahaa. Kami sempat difoto secara diam-diam oleh pihak tempat makan, mungkin untuk perbaikan selanjutnya. Akhirnya kami makan di dalam kok karena mbaknya ternyata memilih untuk menunggu temannya di luar saja.
Obrolan kami tak jauh-jauh dari PSTK, dari TW. Yah gitu deh. "Orang-orang tua" yang membicarakan adiknya.
Kejadian yang paling konyol adalah saat kami akan beranjak dari sana. Tiba-tibaaaa kunci motornya Jarsi nyemplung ke selokan. Selokannya ada penutupnya lagi (bukan penutup sih, bentuknya kayak pagar yang dijadiin jembatan selokan). Heboh kan. Jadilah kami bahan tontonan orang di dua tempat makan yang bersebelahan sementara kami berjuang bersama mengambil kunci itu.
Saya hanya bisa menyemangati, mencoba mencari perkakas di dalam tas yang bisa digunakan tapi ga nemu. Maul dengan tiba-tiba membawa sebatang tongkat platik sebesar jari kelingking saya. Oncing menyumbangkan bundaran gantungan kuncinya. Mince menyumbang senter. Tata menyumbangkan kameranya untuk memvideo. Jarsi heboh dan juga sempat berjuang mengambil menggunakan kawat. Ya saya, Sita, Acing hanya memberikan komentar-komentar dan menyemangati (ga sepenuhnya sih, mau bantuin juga ga bisa. Biarkan satu orang yang berusaha mengambil. Kalau rebutan kan ga jadi ngambil wkwkwk). Cuma komentar "itu tuh di sana.", "kanan dikit". "Minc, kamu pegang senternya yang bener", "Coba ga pakai itu ...", "Itu dikit lagi", "hati-hati HP nya jangan sampek ikutan jatoh". Yah begitulah, kalian bisa bayangkan, sepuluh anak muda (mau bilang anak-anak kok jadi kebayangnya anak umur 7 tahun) bergerombol, ngelihatin selokan, berkomentar ga jelas, heboh di sekitar jam 1 malam. Akhinrya Oncing yang berhasil mengambil kunci motor yang jadi bau selokan itu. Hahahaaaa
Comments
Post a Comment