TOFI Perburuan Bintang Sirius (Buku Kedua)

Sekitar dua minggu yang lalu, sebelum pulang kampung, adik kost saya menitipkan barang-barangnya di beberapa kamar karena saat dia kembali ke Bandung nanti kontraknya sudah habis dan saat ini dia belum bisa memulai kontrak kamar barunya karena masih dihuni pemilik lamanya. Jadilah kamar saya salah satu dari sekian kamar yang dititipi barangnya. Kebetulan saya dititipi rak buku yang juga difungsikan adik kost saya menjadi rak baju. Saya menemukan ada sebuah novel yang ada di rak itu. Untuk mengantisipasi gabutnya hari-hari saya maka saya meminta ijin untuk membaca novel itu kalau saya senggang. Ijin sudah didapatkan.

Buku yang saya maksud merupakan sebuah novel berjudul “TOFI Perburuan Bintang Sirius (Bagian 2)” yang ditulis oleh Prof. Yohanes Surya bersama Ellen Conny dan Sylvia Lim. Buku ini merupakan buku kedua dari trilogy Tofi. Pertama kali saya melihatnya saya malah bingung judulnya yang mana karena nama penulis tertulis jauh lebih besar daripada judul bukunya.

 Cover Novel Tofi Perburuan Bintang Sirius (Bagian 2)

Kali pertama saya membaca buku ini (sekitar dua minggu yang lalu) saya belum bisa masuk ke dalam cerita. Bukan belum membaca ceritanya, tapi belum bisa merasakan berada di dalam cerita. Benar saja. Ini adalah buku kedua yang ternyata sangat berkaitan dengan buku pertama. Saat itu, saya masih buta dengan konflik apa yang sebenarnya terjadi. Tiba-tiba saja muncul banyak karakter (yang tentunya banyak nama) yang terlibat dalam suatu masalah, tersesat dalam rumah tua dan saya belum bisa memahami karakter-karakter tersebut. Yang saya tahu bahwa tokoh-tokoh dalam penggalan cerita yang saya baca itu sedang terlibat dalam sebuah perlombaan. Plot yang terjadi di awal memberikan kesimpulan bahwa tokoh yang ada merupakan anak-anak sekolah. Kejadian yang digambarkan benar-benar menggambarkan watak anak remaja. Karena belum mengerti isi cerita dan merasa itu cerita anak-anak jadilah saya bosan di awal.

Beberapa hari saya tak berminat membaca hingga kemarin iseng-iseng saya melanjutkan membaca novel yang baru saya baca sekitar 10 halaman tersebut, meninggalkan niat awal saya untuk mengerjakan kerjaan KP haha. Tanpa sadar, saya sudah masuk ke dalam ceritanya dan pagi ini saya sudah selesai membacanya. Tak saya sangka saya bisa menghabiskan satu buku setebal 483 halaman dalam waktu sekitar 24 jam haha tentunya dengan mengabaikan beberapa hari kosong ketika saya masih malas membacanya.

Buku science fiction ini sangat menakjubkan. Berawal dengan konflik dalam perlombaan yang bermaksud mendidik ilmuwan muda, Science to Generation, novel ini memberikan beberapa pelajaran moral melalui peristiwa selama perlombaan. Tokoh-tokoh yang berperan sebagai peserta benar-benar menggambarkan kelakuan anak remaja sehingga suasana yang timbul benar-benar seperti berada di antara anak-anak SMP beneran. Banyak pengetahuan tentang fisika bahkan kimia diselipkan dalam novel ini terutama pada bagian bagaimana peserta lomba menyelesaikan tantangan dalam perlombaan.

Dalam novel ini digambarkan ilmuwan muda juga memiliki kehidupan seperti anak muda pada umumnya. Terdapat cerita asmara ala anak SMP yang masih kekanak-kanakan, persahabatan, persaingan yang menurut saya sangat menggambarkan betapa tokoh-tokoh yang terlibat dalam perlombaan masih kekanak-kanakan.

Walaupun ber-genre science fiction, menurut saya novel ini malah lebih banyak berisi misteri. Hal yang membuat saya larut dalam cerita ini adalah munculnya konflik dan fakta mengenai tokoh yang lainnya, seperti adanya mafia Black Schole dan White Thole yang merupakan tokoh antagonis dan sudah memulai pergerakan dengan mengirim orangnya menyusup dalam kepanitiaan perlombaan Science to Generation yang membuat saya sendiri bertanya-tanya sebenarnya apa hubungan dari semua cerita yang terjadi. Rasa penasaran membuat saya semakin larut dalam cerita. Masalah yang saya hadapi dalam membaca novel ini hanya satu, yaitu saya sama sekali tidak tahu detil informasi dalam novel pertama sehingga ada beberapa bagian yang mengungkit kejadian novel pertama yang saya tak mengerti.

Lama kelamaan, alih-alih bercerita tentang science, menurut saya novel ini berubah menjadi novel misteri dengan terkumpulnya fakta-fakta yang mengundang rasa penasaran mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada rumah misterius penginapan peserta lomba yang ternyata adalah rumah mahasiswa astronomi yang diduga dibunuh, juga tentang cincin Newton yang ditemukan tokoh utama, Tofi, serta beberapa kejadian yang tak luput dari mata selidik tokoh yang berjiwa detektif, William.

Pada akhirnya novel ini juga intrik dengan genre action dengan konflik perebutan cincin Newton. Insiden penyergapan Tofi dan teman-temannya ini jika saya imajinasikan menjadi scene yang sangat bagus dalam film action. Adegan-adegan dalam scene ini terasa menegangkan dengan penggambaran detil dari penulis sehingga saya dapat mengimajinasikan dan merasakan apa yang terjadi.

Novel ini berakhir dengan tokoh utama yang sudah terlepas dari masalah yang sebelumnya terjadi namun tak sepenuhnya selesai. Ending-nya meninggalkan misteri yang masih akan diselesaikan oleh Tofi dan teman-temannya karena kasus cincin Newton belum terpecahkan, membuat saya ingin membaca kelanjutan ceritanya di buku ketiga, juga buku pertama untuk mengetahui konflik awal yang terjadi.

Popular posts from this blog

Es Wawan