7H-8H, Nostalgia Masa MTs

Ditulis Jumat, 19 Juni 2015

Tiba-tiba saja ba'da tarawih tadi ada sms dari seorang teman masa MTs. Kami sekelas biasa memanggilnya Blending. Entah itu panggilan muncul dari mana.

Seperti dua tahun sebelumnya, setiap blending menghubungi pasti ada hubungannya dengan buka bersama kelas 8H. Kebetulan kali ini saya terlibat jadi "panitia" (padahal cuma ngubungin ciwi2). Saya merasa saya jadi punya peran di kelas ini hahaaa. Saya merasa saya dianggap. Dan saya merasa benar-benar punya teman.

Selama saya kuliah, banyak "teman" yang saya temui berakhir dengan hanya kenal di saat yang singkat. Banyak juga yang saya kurang merasa nyaman dengan mereka meski frekuensi pertemuannya tinggi. Sangat mungkin penyebabnya sebenarnya sesuatu dalam diri saya sih hahaa. Tapi bukan berarti saya tak punya teman selama kuliah. Saya punya teman selama kuliah, teman yang dengannya saya merasa nyaman, teman yang saya tak sungkan buat cerita, teman yang saling mengingatkan dan menyemangati. Namun saya belum merasakan pertemanan yang seperti teman masa MTs yang walaupun kami sudah berpisah dan jarang kontak, ketika kembali kontak pun kami seperti tak pernah berpisah. Ya iyalah saya belum bisa merasakannya pada teman kuliah, kan kami belum berpisah hahaha. Kalau teman SMA, ada, tapi karakteristiknya berbeda jadi rasanya juga berbeda.

Membuat nostalgia. Bagi saya, masa-masa MTs (setingkat SMP) terasa lebih ngeh daripada masa SMA. I found friends there. Benar-benar teman yang kemana-mana selama sekolah pergi bersama, kecuali saat kami harus dipisahkan oleh kebijakan kelas baru harus diacak.

Pada zaman dahulu, di sekitar bulan Agustus 2007, saya dipertemukan dengan Aze sebagai teman sebangku saya, Nana dan Lely (seingat saya) di bangku sebelah kiri meja kami, dan Erina dan Tina di Meja belakangku. Seperti anak-anak pada umumnya, dalam suatu kelas (sebenarnya ini terjadi di perkumpulan manapun) akan muncul kelompok-kelompok kecil yang selalu bersama (namun berdasar pengamatan saya, yang banyak melakukan hal ini adalah cewe. Biasanya cowo lebih membaur bersama). Begitu pula dengan kelasku, waktu itu kelas 7H dengan wali kelas Pak Suwandi. Tapi siapa sangka ternyata saya bisa punya teman seakrab itu.

Kami selalu berenam. Kalau ada kebijakan kelas harus pindah meja biar ganti suasana, maka meja kami berdekatan. Kalau kami bosan, maka kami akan melakukan shuffle tempat duduk, tapi cuma diantara kami berenam. Kami selalu ke kantin bersama (kecuali di awal masuk, saya sering sendirian). Pulang pun naik sepeda bersama, kecuali Lely yang naik angkot (kami menyebutnya "Len"). Kalau ada yang nge-len selain Lely ya berarti pulang bareng Lely juga kan? Bahkan tak jarang kami jalan ke kamar mandi bersama. Padahal yang perlu ke kamar mandi cuma satu orang, lima yang lainnya cuma pengen jalan-jalan hahahaa. Dan ajaibnya peringkat satu sampai enam di kelas selalu ditempati oleh kami berenam, hanya saja posisinya yang berubah-ubah.

Setiap diminta membentuk kelompok, kami selalu berkompromi. Jika diminta sekelompok berdua, maka kami berkelompok dengan teman sebangku. Jika diminta bertiga, tinggal diatur2 lah. Yang susah itu kalau diminta buat kelompok isinya empat orang. Cukup sulit untuk memutuskan siapa dua diantara kami yang harus bergabung dengan "orang lain". Kalau diminta membuat kelompok 5 orang, maka kami akan melobby guru sekuat tenaga agar kami bisa berenam, dan sepanjang ingatan saya permintaan itu selalu dikabulkan karena jumlah peserta kelas yang bukan kelipatan 5 haha. kalau diminta 6 atau lebih tentunya kami selalu bersama, tinggal oprec siapa yang mau gabung dengan kami hahahaaa. Bahkan saya yakin semua guru yang mengajar kami tahu bahwa kami selalu bersama.

Saya ingat, mereka memiliki tulisan khas yang berbeda.
Nana punya tulisan yang menurut saya mirip tulisan anak SD (maaf, Na:D). Namun karena sering sebangku dengan lely, tulisannya lama kelamaan terkontaminasi gaya tulisan khas lely juga tapi tetap tak meninggalkan ciri khas asalnya.
Tulisan Lely sangat rapi, kalau dipaksain buat dimiripin font di komputer, tulisannya mirip font Courier New. Ukuran tulisannya besar dan tulisannya tipis. Sangat kontras dengan Nana yang tulisannya bisa tercetak bekasnya di lembar selanjutnya.
Aze khas dengan tulisannya yang kecil. I think, seukuran size 8 untuk font calibri. Dan selama kelas 7 dia sering banget pakai bulpen P*lot.
Tina punya tulisan italic. Dengan tulisan memanjang secara vertikal namun lebarnya secara horizontal kirang mengimbnanginya. Yang paling eye-catching dari tulisannya adalah cara menulis huruf 'g' yang menurut saya kayak buletan punya ekor kayak cacing.
Tulisan Erina menurut saya seperti gabungan tulisan Nana dan Lely, tapi versi lebih bagusnya.
Memang diantara kami berenam tulisan yang ga rapi adalah tulisan saya dan Nana (maaf, Na, jadi korban. Tapi saya yakin tulisanmu sekarang jauh lebih bagus dibandung tulisan tangan saya yang berevolusi menuju tulisan dokter). Kok jadi ngomongin tulisan

Dulu di MTs setiap tahun ada perlombaan kebersihan dan keindahan serta kemenarikan kelas. Maka tak wajar ada tempelan-tempelan dan hiasan-hiasan di kelas-kelas. Saya masih ingat saat itu pas kelas 7, untuk mempersiapkan itu, wali kelas kami Pak Wandi mengajak kami membersihkan dan menghias kelas bersama di hari minggu (cuma sekali kok). Saya masih inget waktu itu yang dateng ga semuanya, kami ngepel bareng, masang ornamen-ornamen yang digantung di jendela jadi ada kayak gorden gitu. Di weekday selanjutnya, kami memutuskan untuk memberikan tulisan-tulisan seperti quote di kelas, desain diserahkan pada Retno seingat saya. Dan mading kelas kami super sekali banyak hiasannya (kebetulan juga ada lomba mading kalau ga salah). sebenernya itu nempel di pintu ke kelas sebelah sih hahaa. Di dekat mading kami taruh beberapa tanaman. Saat pulang sekolah tanaman itu dikeluarkan biar ga didalem ruangan terus. Siapa sangka ternyata kelas kami meraih juara 1. Hahahaaa menyenangkan sekali. Kami mendapat hadiah kipas angin yang dipasang di kelas dan piala bergilir dari sekolah. (seinget saya) kami juga dapat jajan buat satu kelas. Sayang sekali kelas 8 kami harus pindah posisi kelas jadi kami meninggalkan kipas angin yang hadiah itu.

Dulu selama MTs saya memanfaatkan teman sebangku saya. Mata saya minus, tapi saya tak bilang ke orang tua (makanya sekarang kacamata saya tebel). Jadi mau tak mau siapapun teman sebangku saya, saya paksa untuk rajin mencatat juga saya paksa untuk bersabar kalau saya mengganggu dan clingak-clinguk nyontek tulisannya.

Kami beruntung saat naik kelas 8 tidak ada pengacakan kelas. Kami masih bisa bersama-sama dalam satu kelas. Di kelas 8 kami makin akrab. Bahkan banyak yang mengatakan kami ini geng haha (walaupun sebenarnya kami juga menganggap itu benar). Iseng-iseng saja kami menyusun inisial nama kami dan terbentuk kata LETNAN (Lely, Erina, Tina, Nala, Aze, Nana). Betapa alaynya kami, kami menyebut kelompok kami d'LETNAN. Malu juga saya mikirinnya sekarang. Tahun kedua merupakan tahun "nakal-nakal"nya saya karena sedang merasa senang, sudah punya teman yang akrab.

Ternyata pembentukan blok-blok manusia ini juga terjadi pada cowo di kelas 8, namun ga se-ngeblok kaum hawa sih. Muncullah orang-orang yang menurut kami sering bersama dan super nyebelin karena bullying-nya mantep. Waktu itu ada Dewo yang menurut saya menyebalkan karena dia sering melakukan hal yang menurut saya aneh. Bukan aneh yang nyleneh kayak maaf, orang idiot, tapi aneh karena melakukan sesuatu yang menurut saya ga penting dengan gayanya. Heheee maaf ya, Wo. Ada Dian (biasa dipanggil Bandi. Asal mulanya : nama di kaos olah raga SD nya "Bahdian", diplesetin Bahdi, diplesetin lagi jadi mbah Di, makin diplesetin lagi jadi Bandi), orangnya cadel dan waktu itu lebih pendek dari saya (maaf, ya mbah). Saat itu jago bahasa Inggris. Ada Yayak yang bullying-nya lebih parah daripada Bandi (menurut saya), jago main bridge. Dia udah menang Bridge berkali-kali dan masih menekuninya sampai sekarang. Yang terakhir Shodiq yang entah kenapa bisa-bisanya dipanggil Blending (baca huruf e nya kayak huruf e di kata merak).Ketiga orang selain Dewo nyebelin karena bullying nya super sekali. Kami menyebutnya Wartet kwek kwek. Tapi ternyata tiga diantara merke (kecuali Bandi) saat ini malah jadi pengarep (jawa, Bahasa Indonesianya : gardu terdepan) yang berusaha buat menjaga silaturahmi kelas kami. Terakhir saya bertemu mereka, bullying mereka berkurang. Mungkin mereka mulai belajar dewasa hahahaaa

Di kelas 8 ini juga kami ber-enam mendapat julukan yang aneh-aneh. Saya lupa sebagian gimana ceritanya bisa muncul. Lely yang paling beruntung punya julukan yang cukup bagus.
Lely : Lely Pretty Wonder Woman, juga kadang dikatain "lele"
Erina : Erintong. Bisa-bisanya kami nemu kata ini
Tina : M'tin (baca: emtin). Ini sebenernya gara-gara bahasa sms yang menyingkat mbak jadi "m" doang, jadi m'tin
Aze : Spanjang ingatan saya, aze yang belum punya panggilan aneh2.
Nana : entah gimana ceritanya dipanggil "Tombro" oleh Wartet kwek kwek
Saya sendiri dipanggil "kanil" oleh Erina, Nana, Tina, Irfanus (founding father dari julukan ini), Aden. Itu berasal dari Irfanus yang iseng banget manggil saya "kak Nila" trus diplesetin jadi "kanil"

Namun ternyata takdir memisahkan kami. Naik kelas 9, kamu satu kelas terpencar. Kelas 9 pun menjadi tak seseru kelas 8. Selain karena program sekolah yang lebih fokus akademik karena UAN juga kami terpisah-pisah dan sempat terjadi konflik antara dua orang (mereka satu kelas lagi). Namun saat ini konflik itu sudah reda. InsyaAllah.

Haah sebenarnya masih banyak hal yang belum diceritakan tentang masa-masa MTs yang menyenangkan itu. Nostalgia ini mengingatkan saya, saya pernah bisa menemukan teman yang super (saya bingung menjelaskan maksud saya teman yang bagaimana), punya kisah yang menyenangkan. Saya yakin saya akan mendapatkan teman yang seperti mereka selama hidup di kampus ini.

Popular posts from this blog

Es Wawan