Posts

Showing posts from March, 2020

Dumped

Jadi gini. I am a kind of person that unconsciously give special call to a person that I feel close to. It's not that special though. Sometimes I just call my close friends with random calls, like Bro, Sis, Pak, Bu, Saudara, Saudari, Paman, and Coy. 

This time, I was told --several times hence I finally aware that it's serious-- that a friend whom I gave special call doesn't like it. He said he's hurt. This makes me sad. Feels like I was dumped wkwk.

Ternyata penolakan secara langsung lebih jleb daripada didiamkan saja. Setahun lalu, saat pengakuan saya tak berbalas, ga gini-gini amat deh. Padahal dulu saya pikir mending ditolak langsung daripada didiamkan. Padahal ini kolega biasa, sementara yang setahun lalu hmmm kind of a special friend I think. Lagipula ini bukan pengakuan kayak tahun lalu. Ini hanya ekspresi, like a way to tell a friend, "Hey, I see you as my close friend. I can't be open to just everyone but with you, I can be all out." That's how I see this special call.

It's totally not a love confession but this rejection makes me sad.

Tiap akan memanggil dengan panggilan yang membuat saya merasa akrab ini, kemudian ingat bahwa I shall not do this because he rejects, rasanya seperti diberi penghalang untuk menjadi teman baik. But you mustn't be egoistic, Nal.

Mungkin bagi orang itu rasanya seperti ketika orang yang saya anggap cukup akrab memanggil saya dengan sebutan, "Mbak" yang menurut saya tidak semestinya dia gunakan karena dia lebih tua. See, Nal? Even you feel uncomfortable when someone call you with a call you don't want.

Berolah Raga

Hai! Sebelum menulis lebih jauh, saya berdoa semoga setelah menulis ini saya tetap istiqomah berolah raga. Soalnya setelah saya menyatakan sesuatu, ga sekali-dua selanjutnya terjadi hal yang mematahkannya. Seperti yang pernah saya ceritakan di sini.

Hingga saat ini, sepertinya saya menjalani habit yang tidak direncanakan, yaitu olah raga rutin. Dari dulu rasanya wacana melulu untuk berolah raga secara rutin hingga ya sudahlah terserah. Eh lha kok minggu akhir Januari lalu saya tiba-tiba dimudahkan untuk bangun pagi. Kebetulan sekali saat itu saya lagi seneng-senengnya nonton channel yang meng-encourage penonton untuk hidup sehat. Fokus utamanya ke makanan vegan nan sehat sih tapi dia juga memberikan beberapa healthy habits di beberapa videonya. Salah satunya adalah berolah raga.

Pas banget semangat hidup sehat sedang membara. Iseng lah saya mengikuti olah raga singkat di Youtube. Workout 20 menit level pemula. Tak ada peralatan khusus yang diperlukan. Ini penting sekali hahaha.

Hasilnya? Esoknya badan saya rasanya sakit semua. Tapi entah kenapa bangun pagi ini berlanjut. Begitu pula dengan olah raga pagi 20 menit ini. Mungkin seminggu lebih sakitnya baru hilang. Rasanya ... well yang saya ingat, saya jadi rajin sarapan. Sarapannya sehat pula. Juga saya jadi lebih gampang tidur teratur. Trus bawaannya jadi mudah lapar saat siang hari. Dan terakhir, jadi lebih mudah berkeringat. Hm ini mungkin ga signifikan sih bedanya. Sebelumnya juga sekadar jalan dari kosan ke tempat kerja, saya sudah dapat komen dari Mas Nugroho, "Abis lari-lari ya?"

Semuanya bertahan 2 minggu hingga saya malas dan kembali bangun kesiangan. Membangun kebiasaan itu susah, perlu waktu lama. Tapi merusaknya gampang banget. Cuma sehari skip, besoknya skip lagi dan lagi. Wacanalah niat menekuni salah satu faktor hidup sehat saya.

Dua minggu kemudian, saya kembali mengajak diri untuk kembali berolah raga. Kali ini bukan pagi hari. Tak bisa bangun early morning, malam pun jadi. Sejak saat itu, saya rutin berolah raga malam hari kecali di saat yang tidak memungkinkan seperti saat mudik atau perjalanan dinas. Gerakannya pun bervariasi. Saya tidak lagi mengandalkan hanya satu video workout. Harus divariasikan agar tidak bosan. Di handphone saya hingga saat ini sudah ada 24 downloaded video di library Youtube saya dan semua isinya workout.

Improvement yang terjadi adalah saya ga terlalu kesakitan ketika harus memaksa otot untuk bekerja dengan gerakan yang lebih berat. Sakitnya ga kayak yang pertama kali banget. Olah raga malam hari juga jadi media saya untuk melepas penat setelah seharian bekerja. Rasanya segar sekali setelah mengeluarkan keringat.

Satu hal yang mungkin ga penting atau mungkin malah ga baik adalah motivasi yang awalnya untuk membiasakan hidup sehat jadi bertambah dengan motivasi untuk membentuk badan wkwkwk.

Secara umum, home workout ini menyenangkan. Nagih meskipun dalam prosesnya penuh dengan "penyiksaan" dan penantian kapan 30 detik itu berakhir. Tak jarang cheat juga dengan skip melakukan gerakan yang berat. Tapi gapapa. Seiring waktu pasti berkembang dan suatu saat workout-workout itu akan semudah nyentil upil dari jari.

Setelah dijalani, ternyata olah raga ga harus makan waktu banyak. Video-video workout di Youtube saja banyak yang hanya 10 menitan. Saya jadi berkesimpulan bahwa 10 menit sehari ini sudah cukup untuk menjaga kebugaran.

Good luck, Nal! Semoga Istiqomah. Semoga Husnul Khotimah.


Work From Home

Sejak tanggal 18 Maret 2020, saya menjalani kebijakan bekerja dari rumah alias Work From Home (WFH). Kebijakan ini akan berlaku hingga 31 Maret 2020.

Semua ini gara-gara pandemi yang disebabkan oleh Virus Corona. Saya yakin semua sudah tahu, titik mula bencana ini ada di Wuhan, China kemudian mendunia, memandemikan statusnya hingga hari ini. Penyakit yang disebabkannya kemudian disebut dengan Corona Virus Disease 2019  (COVID-19). Dikarenakan penyebarannya yang mudah dan cepat sekali, pemerintah sedunia sepertinya kompak untuk mengadakan social distancing. Btw saya lebih seneng menyebutnya physical distancing. Lha mosok orang harus memutus atau mengurangi tali silaturahmi? Yang ga boleh kan berdekatan secara fisik. Hubungan sosial harus tetap bagus dong hheu.  Segala jenis pemerintah menghimbau seluruh umat untuk menghindari kerumunan. Dalam dunia kerja, muncullah turunan dari physical distancing ini, yaitu Work From Home (WFH).

Sehari sebelum WFH, kami -- sebenernya saya, Paman, dan Mas Nugroho sih -- rempong sekali. Karena kerjaan saya dan Mas Nugroho ngoprek hardware, maka mau tak mau kami harus membawa peralatan kami ke tempat tinggal masing-masing. Hari itu saya pulang diantar Paman, Mas Nugroho dan Mas Lanang. Sebelumnya malu banget dilihatin orang pas pemeriksaan oleh satpam.

Tiga hari pertama WFH menyenangkan. Saya yang dasarnya memang suka sendiri lebih menikmati cara kerja WFH ini. Saya bisa semau-mau saya. Mumpung bisa, saya mengusahakan jam 5 sore tet untuk caw dari kerjaan. Kemudian langsung olahraga. Setelah itu saya bisa semau-mau saya kalau mau lembur. Tiga hari pertama oke juga abis makan malam kembali berkutat dengan kerjaan. Tapi ternyata itu hanya euforia sekejap mata.

Hari Seninnya saya diterpa kebosanan. Yang utama adalah bosan karena berhadapan dengan kerjaan melulu, kalau perkara berdiam diri di rumah tak semembosankan itu. WFH memang membuat intensitas melihat kerjaan jadi lebih sering. Dari sini saya memetik pelajaran bahwa terlalu rajin bekerja, sampek lembur-lembur, tidak baik untuk saya karena selanjutnya diri saya jadi malas. Dia protes, "Kemarin kan aku udah ngutek-ngutek kerjaan melulu." Sepertinya bekerja sewajarnya, wayahe kukut ya kukut, adalah pilihan yang bijak.

WFH di indekos

BTW saya nemu video bagus yang memberikan gambaran bagaimana Virus Corona mempengaruhi tubuh kita. Check this out.


Mengenang Bapak

Saya baru leren setelah perjalanan menuju Jakarta. Dalam perjalanan di atas awan tadi, saya teringat masa kecil, teringat bapak.
Kata ibu, saya mendapatkan waktu paling banyak bersama bapak dibandingkan kedua saudara saya. Yang diartikan bahwa saya paling banyak mendapat kasih sayang bapak.
Well, setelah dipikir-pikir, mungkin memang benar untuk waktunya tapi kasih sayang ... I believe it's equal. Dulu masa kecil mbak sering ditinggal bapak sekolah sementara adik bahkan sudah kehilangan bapak saat belum lulus SD.
Tadi saya ingat, dulu saya pernah les renang, mungkin sekitar setahun, atas tawaran dari bapak. Dulu tiap Rabu dan Jumat, lalu berkurang menjadi Jumat saja karena jadwal sekolah diniyah. Kedua saudara saya tak pernah mengalaminya.
Dulu saya pernah berinisiatif ikut lomba ngaji. Tak tanggung-tanggung bapak mendukungnya dengan meminta temannya mengajari saya ngaji yang lebih advanced, ada "lagu"nya. Ga menang. Tapi lumayan, pengalaman. Dulu saya perlu waktu lama untuk memutuskan berani bilang mau ikut. Hari H, saya diantar Bapak dan Ibu ke lokasi, di Radio Bonansa FM Kediri. Sekarang radionya udah kukut.
Dulu tiap lomba nyanyi di kecamatan, saya gladi bersih dulu di rumah. Yang ndengerin bapak. Sebenernya apapun lombanya, kecuali baris-berbaris, pasti gladi bersih sama bapak. Untuk cerdas cermat, berminggu-minggu saya diajar intensif oleh bapak. Untuk pidato islami alias pildacil, gladi bersih juga sama bapak.
Dulu aku inisiatif banget buat bikin jadwal piket di kelas trus ditempel. Yaampun niat banget sih ... Itu juga minta bantuan bapak buat nggambarin, membantu saya berkreasi.
Dulu sekolah MTS selalu diantar bapak. Pulang seringnya naik len alias angkot. Saat SMA hampir full antar-jemput oleh bapak. Kuliah ... sebelum bapak sakit, yang ngantar jemput mostly ya bapak, dengan wejangannya tiap berangkat, dengan rute khasnya.
...
Semoga bapak diampuni segala dosanya dan diberikan tempat yang baik. Semoga saya dan saudara menjadi anak-anak yang beneh.

Kembali ke Sekolah

Belakangan, saya lebih senang menggunakan istilah sekolah dibandingkan dengan kampus. Menurut saya kesannya lebih sederhana.

Hari ini, saya ditugaskan menemani salah seorang petinggi perusahaan bersama Mas Akbar, manajer departemen sebelah. Lokasi acaranya di area Fisika Teknik, Labtek VI lantai 2. Haaaaa dekat sekali dengan Labtek VIII. Jadi kangen ke sana.

Salam dari antara Labtek V - Labtek VI menghadap ke arah Timur.

Entah kenapa suasana di sekolah ini rasanya beda banget dengan ketika mengunjungi sekolah lain. Adem dan akrab gitu rasanya meskipun sekarang posisi sedang di area yang jarang saya kunjungi. Ngobrol dengan manusia penghuninya juga rasanya beda gitu. Rasanya bisa klop. Meskipun kayaknya si Mas FT yang diajak diskusi tadi ga tahu kalau saya alumni sekolah ini, alumni gedung seberang.

Biar keren. Postingannya saya kasih lokasi. Hahaha pamer.