Ngomongin Bawang-Bawangan

Dari kecil, saya tidak suka segala jenis bawang. Mulai dari bawang merah dan bawang putih yang biasa digunakan ibu saya, bawang bombay, hingga daun bawang. Ohiya, ada juga bawang merah segedhe bawang bombay. Saya belum pernah nyobain tapi sepertinya akan sama saja : ga suka. Saya baru tahu jenis bawang itu saja.



Sebagai orang Jawa tulen, mayoritas makanan asin yang saya ketahui adalah yang bumbu utamanya bawang-bawangan. Sepertinya memang bawang-bawangan adalah bumbu utama segala jenis makanan asin, di samping garam. Aneh kan, gimana saya bisa makan sementara yang membuat makanan terasa enak adalah bawang-bawangan itu. Saya akui itu, tak sedap masakan tanpa bawang-bawangan. Tapi saya cuma ga suka kalau bawang-bawangannya masih terlihat wujudnya oleh mata saya. Oleh karena itu, ibu saya selalu mengulek bumbu-bumbu selama itu memungkinkan (yang ga mungkin kayak sayur bening tuh). Ga tau sih itu karena kebiasaan saja atau biar saya ga repot makannya. Kalau masakan yang menurut orang lain akan lebih sedap jika ditambah bawang goreng, maka ibu saya akan menyisihkan bawang goreng itu. Yang mau pakai bawang goreng ya silakan tambahin sendiri di piringnya. Hahaaa kalau saya makan masakan yang cara masaknya bawang2nya diiris2, saya akan dengan sabar menyisihkan bawang2 itu satu per satu sambil makan. Ya tak jarang kemakan satu atau dua gitu. Kalau sudah begini, kalau rasa raw bawang2annya masih terasa, saya bisa langsung muntah. Bukan muntah yang kayak muntah efek masuk angin gitu sih (ya walaupun sebenernya juga pernah), cuma kerongkongan mengembalikan sesendok yang baru saja saya makan dan meninggalkan rasa mual karena aroma bawang-bawangan yang masih tersisa. Men-dissappear-kan appetite lah. That's why saya menghindari makan bawang2an yang masih terlihat cukup utuh.

Nah, di sini, saya dipaksa untuk masak sendiri. Pertama, biar hemat (ini ga yakin sih). Kedua, relatif jauh lebih aman masalah halal engganya dibandingkan beli atau makan dorm meal. Nah, di sini ga ada ulekan, coy. Ga enek lemper, gak enek uleg-uleg. Akhirnya saya selalu mencacah eh mencincang bawang sekecil yang saya bisa. Selama ini saya merasa fine-fine saja dengan ini. Saya pun berpikir, "Kayaknya ketidaksukaan terhadap bawang sudah hilang. Yes. Lebih enak kalau makan-makan." Eeeeh ternyata tadi saya makan sambil agak tersiksa, hingga mau muntah. Masakan saya tadi berkuah, bawangnya ga dioseng sampe kecokelatan (niatnya biar warnanya lebih bening gitu lhooo). Hal itu membuat masakan saya tadi rasanya ... beuh ... ada banyak rasa bawang raw-nya. Bawangnya saya cacah eh cincang lagi. Nyisihinnya susah.

In the end, ternyata inti postingan ini adalah cerita saya tadi hampir muntah-muntah karena bawang di masakan saya sendiri. Ya gitu deh

Comments

  1. Aku juga ngga suka bawang-bawangan. Bahkan daun bawang aku juga nggak suka mbak. Padahal ini bumbu penyedap banget yak.
    Selalu menyisihkan potongan bawang putih/merah yg tampak di piringku. Sejak jadi anak kosan agak mending, bisa makan bawang goreng dan daun bawang.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Es Wawan