Mengindra dengan Hati
I just watched "Filosofi Kopi". It was astonishing. I enjoyed the characters and "falling in love" with the character of Ben. Saya suka karakternya yang melihat hal yang "sepele" lebih dalam. Saya suka karakternya yang tidak hanya melihat sisi wealth. Saya suka karakternya yang filosofis.
Ngomongin filosofis, saya tertarik dengan kata itu. Saya tertarik dengan berpikir secara filosofis. Namun, saya sendiri sebenarnya tak tahu berpikir filosofis sebenarnya seperti apa. Dalam pikiran saya, berpikir filosofis itu melihat sesuatu dengan lebih dalam. Melihat makna, esensi, ataupun nilai yang dikandungnya lebih dalam. Entah itu benar berpikir filosofis atau bukan, atau itu namanya berpikir esensial. Entahlah. Whatever.
Sebenarnya saya bingung namanya apa. Sebut saja mengindra dengan hati.
Saya senang mengamati kehidupan di perjalanan saya. Baik kehidupan manusianya, ataupun suasana kehidupan non-manusianya. Kehidupan manusia yang tidak sedang berinteraksi dengan saya secara langsung. Saya senang melihat bagaimana orang-orang melakukan aktivitasnya. Mendapatkan pesan bahwa yang mereka lakukan sesepele apapun itu, sangat bernilai. Membayangkan untuk siapa dia melakukan itu. Kalau kehidupan yang berhubungan dengan saya secara langsung sih, saya ga peka, kadang juga ga ngerti.
Menikmati indahnya alam sekitar. Bukan hanya sekedar menjadi fasilitator photogenic. Mungkin menikmati kicauan burung, rindangnya pohon, indahnya langit yang terabaikan oleh kesibukan kehidupan lainnya.
Kadang ada waktu dimana saya menyadari bahwa saya sering makan atau minum tanpa benar-benar menikmati. Ga tau sih ya yang lain gimana, tapi ketika beneran menikmati, aroma teh yang biasanya pun jadi tercium lebih harum. Rasa khas teh juga lebih terasa. Dan mungkin ini yang dimiliki orang-orang penikmat makanan, entah segala jenis atau hanya jenis makanan atau minuman tertentu. Literally penikmat, bukan orang doyan doang.
Lebih dalam lagi, mungkin melihat tatanan makanan/minumannya, merasakan rasanya, kita bisa terbayang seberapa banyak cinta yang ada di sana. Hahahaa apaan sih.
Pun begitu dengan musik. Saya sering menebak-nebak suasana, apa yang ingin disampaikan pembuatnya melalui musik itu. Terutama musik doang atau lagu yang saya ga tau liriknya, atau tau liriknya tapi ga tau artinya. Mungkin itulah kenapa saya sukanya sama musik yang "bisa membawa saya hanyut". Ikutan ngrasain isinya. Kalau tahu liriknya, biasanya saya lebih menikmati yang makna kalimatnya dalam. Cukup puitis kali ya maksud saya. Kalau cuma ngedengerin, saya oke saja sih mendengarkan yang enak didengar. Kalau suka, beda sih.
Anyway, awalnya saya berpikir bahwa semua orang bisa merasakan perasaan yang tertuang di musiknya, terutama musik yang ga ada liriknya atau ga tahu liriknya. Ternyata tidak. Tidak semua orang bisa merasakan perasaan musik. Saya tahu itu ketika bertanya pada teman sekamar saya, apakah dia bisa merasakan isi pesan sebuah musik yang menyentuh hati saya, dia bilang ga bisa. Dia ga tahu dan selama ini pun dia tidak pernah melakukan seperti yang saya lakukan.
In the end, menikmati, meresapi segala sesuatu, mengindra dengan hati, berakhir dengan kekaguman. Kagum pada Yang Maha Menciptakan. Kadang merasa amazed bahwa sebegitu banyak makhluk terabaikan bertasbih padaNya, sementara banyak manusia hanya terpaku pada kesibukan. Merasa amazed bagaimana Tuhan mencetak muka yang bisa beda-beda padahal kontennya sama semua : mata, hidung, pipi, jidat, dll. Merasa amazed akan kebaikan Tuhan mau membuat bumi menghasilkan segala sesuatu yang kita konsumsi. Merasa amazed dengan kreativitas yang diciptakan Tuhan sehingga ada musik yang indah, padahal nadanya ya cuma itu kan. Merasa amazed dengan kecerdasan yang diberikan Tuhan sehingga peradaban ini ada. In the end, mengindra dengan hati membantu kita mengagumi Yang Menciptakan Segalanya. Lebih jauh lagi, bisa membuat lebih dekat denganNya.
Ngomongin filosofis, saya tertarik dengan kata itu. Saya tertarik dengan berpikir secara filosofis. Namun, saya sendiri sebenarnya tak tahu berpikir filosofis sebenarnya seperti apa. Dalam pikiran saya, berpikir filosofis itu melihat sesuatu dengan lebih dalam. Melihat makna, esensi, ataupun nilai yang dikandungnya lebih dalam. Entah itu benar berpikir filosofis atau bukan, atau itu namanya berpikir esensial. Entahlah. Whatever.
Sebenarnya saya bingung namanya apa. Sebut saja mengindra dengan hati.
Saya senang mengamati kehidupan di perjalanan saya. Baik kehidupan manusianya, ataupun suasana kehidupan non-manusianya. Kehidupan manusia yang tidak sedang berinteraksi dengan saya secara langsung. Saya senang melihat bagaimana orang-orang melakukan aktivitasnya. Mendapatkan pesan bahwa yang mereka lakukan sesepele apapun itu, sangat bernilai. Membayangkan untuk siapa dia melakukan itu. Kalau kehidupan yang berhubungan dengan saya secara langsung sih, saya ga peka, kadang juga ga ngerti.
Menikmati indahnya alam sekitar. Bukan hanya sekedar menjadi fasilitator photogenic. Mungkin menikmati kicauan burung, rindangnya pohon, indahnya langit yang terabaikan oleh kesibukan kehidupan lainnya.
Kadang ada waktu dimana saya menyadari bahwa saya sering makan atau minum tanpa benar-benar menikmati. Ga tau sih ya yang lain gimana, tapi ketika beneran menikmati, aroma teh yang biasanya pun jadi tercium lebih harum. Rasa khas teh juga lebih terasa. Dan mungkin ini yang dimiliki orang-orang penikmat makanan, entah segala jenis atau hanya jenis makanan atau minuman tertentu. Literally penikmat, bukan orang doyan doang.
Lebih dalam lagi, mungkin melihat tatanan makanan/minumannya, merasakan rasanya, kita bisa terbayang seberapa banyak cinta yang ada di sana. Hahahaa apaan sih.
Pun begitu dengan musik. Saya sering menebak-nebak suasana, apa yang ingin disampaikan pembuatnya melalui musik itu. Terutama musik doang atau lagu yang saya ga tau liriknya, atau tau liriknya tapi ga tau artinya. Mungkin itulah kenapa saya sukanya sama musik yang "bisa membawa saya hanyut". Ikutan ngrasain isinya. Kalau tahu liriknya, biasanya saya lebih menikmati yang makna kalimatnya dalam. Cukup puitis kali ya maksud saya. Kalau cuma ngedengerin, saya oke saja sih mendengarkan yang enak didengar. Kalau suka, beda sih.
Anyway, awalnya saya berpikir bahwa semua orang bisa merasakan perasaan yang tertuang di musiknya, terutama musik yang ga ada liriknya atau ga tahu liriknya. Ternyata tidak. Tidak semua orang bisa merasakan perasaan musik. Saya tahu itu ketika bertanya pada teman sekamar saya, apakah dia bisa merasakan isi pesan sebuah musik yang menyentuh hati saya, dia bilang ga bisa. Dia ga tahu dan selama ini pun dia tidak pernah melakukan seperti yang saya lakukan.
In the end, menikmati, meresapi segala sesuatu, mengindra dengan hati, berakhir dengan kekaguman. Kagum pada Yang Maha Menciptakan. Kadang merasa amazed bahwa sebegitu banyak makhluk terabaikan bertasbih padaNya, sementara banyak manusia hanya terpaku pada kesibukan. Merasa amazed bagaimana Tuhan mencetak muka yang bisa beda-beda padahal kontennya sama semua : mata, hidung, pipi, jidat, dll. Merasa amazed akan kebaikan Tuhan mau membuat bumi menghasilkan segala sesuatu yang kita konsumsi. Merasa amazed dengan kreativitas yang diciptakan Tuhan sehingga ada musik yang indah, padahal nadanya ya cuma itu kan. Merasa amazed dengan kecerdasan yang diberikan Tuhan sehingga peradaban ini ada. In the end, mengindra dengan hati membantu kita mengagumi Yang Menciptakan Segalanya. Lebih jauh lagi, bisa membuat lebih dekat denganNya.
Comments
Post a Comment