Di Balik Layar - Sedih ga dapet beasiswa

Awal januari 2017, saya mendapatkan email bahwa host university saya untuk student exchange dapat membantu untuk pengajuan beasiswa ke pemerintah Korea. Senangnya hati ini. Saat itu saya hanya perlu mengirimkan transkrip yang dikonversi ke skala 4.5 dan waktu itu saya telat mengumpulkan ckckck. Tapi siapa yang sangka, selanjutnya ada 5 orang die-mail, termasuk saya, kata Ms Sungmi, kami direkomendasikan untuk mendapatkan beasiswa tersebut. Kami diminta mengisi form yang nantinya akan diseleksi oleh pemerintah korea secara langsung. Sudah diisi. Sudah dikirim sebelum deadline.

Sayangnya, tanggal 14 Februari, e-mail yang saya tunggu-tunggu tiba namun bukan sesuai dengan harapan,

"I am really sorry that you were not chosen to be GKS Scholarship."

BTW kalimatnya aneh ya wkwkwk. Waktu itu saya sedang nginep di kosan Fitri. Haha saya down trus nangis di luar kosannya yang selanjutnya jadi bahan ketawaan Fitri, Rahmi dan saya pas lagi main ke kosan saya kemarin. Hahahaa

Saat itu saya berpikir, kenapa Tuhan tidak adil? Kenapa beasiswanya diberikan kepada orang yang keluarganya lebih mampu untuk membiayai segala tetek bengek ini? FYI, anak kampus lain dari Indonesia harus membayar sebanyak bantuan yang saya dapatkan dari fakultas untuk mendaftar program ini. Dan mereka masih tidak masalah dengan dorm yang masih bayar. ALL OF THEM. Dan kenapa yang mendapatkan beasiswa beberapa orang dari mereka? Saat itu pengen banget bilang ke Allah, "Allah, sebenarnya Engkau meridhoiku ikut ini atau tidak? Lalu bagaimana selanjutnya?". Drama banget ya

Saat itu, saya tahu, saya sadar, Tuhan tak pernah salah. Semua ini pasti diberikan bukan tanpa maksud. Tapi saya tak bisa mungkir, pikiran buruk tadi tetap menyerang. Esoknya saya merasa seperti orang yang hampir kosong pikirannya. Sampek lupa ngambil laundryan, lupa ngirim daftar matkul yang mau diambil di host univ juga. Hahaha

Respon orang tua saya waktu saya ceritain yang ada di pikiran saya saat itu, "lhooo, aja ngono. Tenang wae. Wis to yakin wae. Aku yakin bakal dicukupi Gusti Allah kok."

Naaal, Nal. orang tua lu aja optimis. Nah lu? Ngglele.

Jadi beginilah. Saya sekarang di sini. Di negeri orang, sok-sok-an numpang kuliah, tanpa beasiswa, cuma dapet bantuan dari fakultas dan memanfaatkan beasiswa spp yang saya dapatkan dari alumni. Bukan. Bukan sombong. Justru saya sedih karena masih harus merepotkan keluarga. Saya akan banyak bergantung pada part time job. Jangan berpikir saya keren karena saya di luar Indonesia, ikutan student exchange. Menurut saya, saya belum keren karena saya masih harus merepotkan keluarga saya demi keinginan saya.

Pas nyampek sini saya juga kembali nyesek lagi karena salah satu dari mereka cerita,
"Aku aja baru dapet e-mail kalau dapet beasiswa senin kemarin pas berangkat. kalau Rif dan Fi kan dapet e-mailnya udah lama, aku baru kemarin itu."
What? satu lagi ... Kenapa harus orang yang lebih mampu?

Barusan saya tanya ke awardee gks. Yang dapet siapa saja. Jawabannya bikin nyesek. Yang dapet keempat orang dari 5 orang yang diemail bahwa dia direkomendasikan untuk mendapatkan beasiswa. Nyesek coy. Hahaha kasian banget sih lu, Nal.

Setelah tanya SARIP, saya tahu apa yang membuat saya ga dapet.


Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Es Wawan