Daegu 20170326
Assalaamu'alaikum
Kemarin saya jalan-jalan ke kota sebelah : Daegu. Awalnya saya bingung apakah akan ikut atau tidak. Pertama, saya takut nanti saya akan merasa sendiri di tengah keramaian. Kedua, nanti saya sholatnya gimana kalau ga nemu masjid. Karena saya pikir kami akan "keliling kota" beneran, dan di internet saya nemu katanya di Daegu ada masjid, dan seorang teman yang saya tanyai berkata mereka akan mencari masjid kalau memang ada, maka saya jadi ikut.
Ini pertama kalinya saya keluar jam 7 pagi di sini. Malam sebelumnya saya ga tidur karena war tiket KAI and I ended up didn't get it -_- dan ga berani tidur. Kalau tidur pasti bangunnya kesiangan.
Kami ke Daegu naik Mugunghwa. Mugunghwa sebenernya kereta biasa, mirip Argo Parahyangan di Indonesia. Ya mahasiswa cari yang murah-murah.
KAI nya Korea namanya KORAIL. Di Korea, ada empat jenis kereta : Mugungwha (kereta konvensional), ITX (katanya, kecepatannya setengahnya KTX), KTX (kereta cepat) dan SRT. Beda lebih detilnya ... embuh.
Oke lanjut. Ternyata di deket stasiun itu ada shopping center ber-blok-blok jumlahnya. Ternyata yang dimaksud teman-teman "ke Daegu" masih hanya sebatas keliling shopping center itu. Mematahkan imajinasi "keliling kota" saya. Saat tahu itu, ada sebersit regret, "Yah, masa ngebuntutin orang belanja doang."
Allah memang baik. Allah knows me the best. Mereka memutuskan untuk berpencar. Dan jadilah saya walking around by myself. Seperti biasanya. I love it. Entah kenapa jalan-jalan sendiri tidak membuat saya merasa sendiri di tengah keramaian walaupun dalam keadaan fisiknya seperti itu. Saya senang melihat "kehidupan". Kehidupan yang sebenarnya. Senang melihat ceritanya instead of barang fisik yang jadi point of interest di sana.
Gambar-gambarnya silakan lihat di sini.
Sholat
Alhamdulillah, Allah mempermudah urusan sholat saya kemarin. Saya memutuskan untuk kembali ke stasiun untuk sholat. Saya sempat melihat ada nursery room di sana. Dengan bantuan Google Translate, saya memohon pada petugas untuk diperbolehkan menggunakan ruangan itu untuk ibadah. Awalnya ga boleh. Tapi setelah saya bilang cuma 10 menit, saya diperbolehkan menggunakannya. Petugasnya terlihat kaget mendengar statement 10 MENIT. Mungkin dia heran ibadah sesingkat itu.
Menurut saya, that's one of the good points of Islam. Kami beribadah 5 kali sehari dengan durasi yang tidak cukup lama, bergantung orangnya sih sebenarnya. Dan ini mengajarkan untuk selalu mengingat Tuhan, sekaligus mengajarkan sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Yaaaa that's only my opinion though.
Punya seperlunya, beli seperlunya
Kemarin teman-teman sudah meniatkan untuk shopping di sana. Saya dari awal cuma niat jalan-jalan doang. Tapi ... karena saya nemu Daiso di sana, akhirnya saya belanja daily needs yang sebenarnya bisa dibeli deket kampus : perlengkapan makan. Pikir saya, sekalian saja.
Usai semua kegiatan, kami berkumpul di stasiun, menunggu kereta. Saya ditanyain salah seorang dari mereka.
"Kak Nala beli apa?"
"Aku cuma beli daily needs."
"make up gitu?"
"Hah? Gak lah. Aku ga beli make up. Malah beli sabun, makanan."
"Sabun mandi, cuci muka gitu?"
"Sabun cuci piring."
Jauh-jauh ke kota sebelah, cuma beli sabun cuci piring --", mungkin itu yang ada di pikirannya. Mungkin saja. Suudzon aja lu, Nal. Saya merasa, belanja fashion, make up dll saat ini masih belum bisa dibilang menjadi kebutuhan. Kalaupun sebenanya ada unsur butuh, masih belum jadi prioritas utama. Ya buat apa saya buang-buang uang untuk hal yang saya sebenarnya kurang butuh? Lagian ini kocek masih belum punya saya sendiri :(( wkwkwk.
Khusus masalah make up (yang menurut saya berlebihan tapi biasa aja menurut orang lain), saya merasa saya masih belum cukup umur untuk menggunakannya. Bukan umur secara fisik, tapi mentally. Ya cuma perasaan sih. Wkwkwk. Saya cuma pakai seperlunya. Pakai pelembab sama (kadang) bedak bayi doang. Kadang kalau mau, pakai lotion. Kadang muka sama tangan ga dibedain, sama-sama dipakein body lotion. Karena di sini kekeringan, baru di sini pakai lip balm biar ga cracked lips. Wis. Sudah. Ga mau make up yang .... ya .... gitu.
Fashion, pengen sih beli. Tapi bukan untuk mengikuti trend. I am not really into mainstream things. Kalau merasa butuh, baru pengen beli. Pengen doang. Beli engga nya, needs to consider budget.
Ya gitu deh. Ini semua ujian kawan. Yang diberi keterbatasan diuji sabarnya, yang dikasih berlebih diuji bagaimana menggunakan keberlebihannya itu, yang sedang-sedang saja diuji untuk keduanya. In the end, semuanya tentang ujian iman. Cuma celoteh saja. Hahaha
Kemarin saya jalan-jalan ke kota sebelah : Daegu. Awalnya saya bingung apakah akan ikut atau tidak. Pertama, saya takut nanti saya akan merasa sendiri di tengah keramaian. Kedua, nanti saya sholatnya gimana kalau ga nemu masjid. Karena saya pikir kami akan "keliling kota" beneran, dan di internet saya nemu katanya di Daegu ada masjid, dan seorang teman yang saya tanyai berkata mereka akan mencari masjid kalau memang ada, maka saya jadi ikut.
Ini pertama kalinya saya keluar jam 7 pagi di sini. Malam sebelumnya saya ga tidur karena war tiket KAI and I ended up didn't get it -_- dan ga berani tidur. Kalau tidur pasti bangunnya kesiangan.
Kami ke Daegu naik Mugunghwa. Mugunghwa sebenernya kereta biasa, mirip Argo Parahyangan di Indonesia. Ya mahasiswa cari yang murah-murah.
KAI nya Korea namanya KORAIL. Di Korea, ada empat jenis kereta : Mugungwha (kereta konvensional), ITX (katanya, kecepatannya setengahnya KTX), KTX (kereta cepat) dan SRT. Beda lebih detilnya ... embuh.
Oke lanjut. Ternyata di deket stasiun itu ada shopping center ber-blok-blok jumlahnya. Ternyata yang dimaksud teman-teman "ke Daegu" masih hanya sebatas keliling shopping center itu. Mematahkan imajinasi "keliling kota" saya. Saat tahu itu, ada sebersit regret, "Yah, masa ngebuntutin orang belanja doang."
Allah memang baik. Allah knows me the best. Mereka memutuskan untuk berpencar. Dan jadilah saya walking around by myself. Seperti biasanya. I love it. Entah kenapa jalan-jalan sendiri tidak membuat saya merasa sendiri di tengah keramaian walaupun dalam keadaan fisiknya seperti itu. Saya senang melihat "kehidupan". Kehidupan yang sebenarnya. Senang melihat ceritanya instead of barang fisik yang jadi point of interest di sana.
Gambar-gambarnya silakan lihat di sini.
Sholat
Alhamdulillah, Allah mempermudah urusan sholat saya kemarin. Saya memutuskan untuk kembali ke stasiun untuk sholat. Saya sempat melihat ada nursery room di sana. Dengan bantuan Google Translate, saya memohon pada petugas untuk diperbolehkan menggunakan ruangan itu untuk ibadah. Awalnya ga boleh. Tapi setelah saya bilang cuma 10 menit, saya diperbolehkan menggunakannya. Petugasnya terlihat kaget mendengar statement 10 MENIT. Mungkin dia heran ibadah sesingkat itu.
Menurut saya, that's one of the good points of Islam. Kami beribadah 5 kali sehari dengan durasi yang tidak cukup lama, bergantung orangnya sih sebenarnya. Dan ini mengajarkan untuk selalu mengingat Tuhan, sekaligus mengajarkan sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Yaaaa that's only my opinion though.
Punya seperlunya, beli seperlunya
Kemarin teman-teman sudah meniatkan untuk shopping di sana. Saya dari awal cuma niat jalan-jalan doang. Tapi ... karena saya nemu Daiso di sana, akhirnya saya belanja daily needs yang sebenarnya bisa dibeli deket kampus : perlengkapan makan. Pikir saya, sekalian saja.
Usai semua kegiatan, kami berkumpul di stasiun, menunggu kereta. Saya ditanyain salah seorang dari mereka.
"Kak Nala beli apa?"
"Aku cuma beli daily needs."
"make up gitu?"
"Hah? Gak lah. Aku ga beli make up. Malah beli sabun, makanan."
"Sabun mandi, cuci muka gitu?"
"Sabun cuci piring."
Jauh-jauh ke kota sebelah, cuma beli sabun cuci piring --", mungkin itu yang ada di pikirannya. Mungkin saja. Suudzon aja lu, Nal. Saya merasa, belanja fashion, make up dll saat ini masih belum bisa dibilang menjadi kebutuhan. Kalaupun sebenanya ada unsur butuh, masih belum jadi prioritas utama. Ya buat apa saya buang-buang uang untuk hal yang saya sebenarnya kurang butuh? Lagian ini kocek masih belum punya saya sendiri :(( wkwkwk.
Khusus masalah make up (yang menurut saya berlebihan tapi biasa aja menurut orang lain), saya merasa saya masih belum cukup umur untuk menggunakannya. Bukan umur secara fisik, tapi mentally. Ya cuma perasaan sih. Wkwkwk. Saya cuma pakai seperlunya. Pakai pelembab sama (kadang) bedak bayi doang. Kadang kalau mau, pakai lotion. Kadang muka sama tangan ga dibedain, sama-sama dipakein body lotion. Karena di sini kekeringan, baru di sini pakai lip balm biar ga cracked lips. Wis. Sudah. Ga mau make up yang .... ya .... gitu.
Fashion, pengen sih beli. Tapi bukan untuk mengikuti trend. I am not really into mainstream things. Kalau merasa butuh, baru pengen beli. Pengen doang. Beli engga nya, needs to consider budget.
Ya gitu deh. Ini semua ujian kawan. Yang diberi keterbatasan diuji sabarnya, yang dikasih berlebih diuji bagaimana menggunakan keberlebihannya itu, yang sedang-sedang saja diuji untuk keduanya. In the end, semuanya tentang ujian iman. Cuma celoteh saja. Hahaha
Comments
Post a Comment