Posts

Showing posts from April, 2016

Berjuang


Berjuang. Apa itu bejuang? kata KBBI : Berusaha sekuat tenaga tt sesuatu. BTW tt bacanya apaan?

Sekarang di lab anak-anak pada ngomongin proses rekrutmen sebuah perusahaan. Beberapa teman sudah lolos hingga tahap ini. Ganbatte kudasai, minna-san!

Berjuang itu susah loh. Ga semua orang bisa. Bahkan berjuang itu relatif. Mungkin jika menurut saya, saya sudah memberikan seluruh kekuatan saya, sudah berjuang habis-habisan, bisa jadi menurut kalian saya masih belum berjuang. Tapi sepertinya saya belum menemukan diri saya berjuang mati-matian. Atau mungkin saya sudah lupa bahwa saya pernah berjuang mati-matian? Ah mana mungkin perjuangan mati-matian bisa dilupakan begitu saja.

Seperti kata seorang dosen, harus selalu berusaha berbuat lebih daripada orang lain.

Pengamalannya, susahnyoooo. Dalam kenyataannya saya belum mampu diajak berjuang mati-matian (versi saya). Hanya bersemangat kalau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan hal yang menarik. Kalau mengerjakan tugas yang gitu-gitu, yaaa gitu deh. Kok curhat.

Istiqomah

Istiqomah ini harusnya jadi sahabatnya berjuang. Tak terpisahkan. Dan karena mereka tak terpisahkan, yang namanya istiqomah ini juga emm susahnyaaa. Ya kalau sudah bilang susah mau gimana, Nal? Inget kata Pak Soni kan? Di awal kita harus percaya bahwa hal yang akan kita lakukan itu mudah, menyenangkan dan kita pasti mampu melakukannya.

BTW istiqomah adalah integritas, mau dan mampu melakukan sesuatu dengan hati secara konsisten. Nah, berarti istiqomah ini akan susah hinggap pada orang-orang yang berbau wacana, yang masih dengan gampangnya tergiur godaan setan (atau bahkan mungkin setan saja tak membujuknya tapi dia tetap wacana karena kebiasaannya?). Mungkin orang macam saya ini.

Sebenarnya sambil nulis ini saya sambil mikir. Sekarang saya jadi mikir. berarti akar utamanya wacana nih. Berarti harusnya langkah pertama untuk berjuang adalah menjadi anti-wacana yang berarti harus punya niat yang kuat. Dan semuanya pun kembali ke hati, kembali ke niat. Memang amal bergantung pada niatnya. Koreksi, berarti langkah pertama adalah perbaiki niat, lalu anti-wacana, lalu menjaga niat dan istiqomah, lalu mau bersusah-susah.

Aih, ini jadi ngomongin apa?


Haloo, minna-san! Seperti biasa, tak bisa tidur hingga sekarang dan tidak melakukan apa-apa selain berusaha tidur (tapi gagal). TIba-tiba saya ingin mendengarkan radio NHK. Mumpung baru isi kuota internet juga haha. Akhirnya setelah sekian lama tak mendengarkan, sekarang sudah mendengarkan tiga program untuk tiga hari. Cuma ngedengerin clip rekaman doang sih.

BTW ada program bincang tokoh. Menurut saya tokohnya keren. Namanya Toemon-san. Beliau berusaha melestarikan Sakura di Jepang. Memulihkan pohon yang sakit, membudidayakan variasi yang mulai jarang dan mencari jenis-jenis baru. Bahkan sampai rela keliling Jepang dengan biaya sendiri untuk melakukan hal tsb. Keren ga sih? Suka-rela-nya itu loh yang keren.

Hoo, sekarang di Jepang lagi haru ya. Waaaah pasti indah. Tadi saya juga sempat baca postingan lama. Kebetulan baca tentang hanami, mimpi ke Jepang (sama dia -__-). Me-refresh ingatan.

私は花見をしたいです --> hasil kerja Google Translate. Ga tau bener atau engga

Hey, you! Ohisahiburi! Impian itu masih ada kan? I am still dreaming having hanami together with you (and others).

Makanya, Nal, jangan males -___-

Sepeda, Sore yang menyenangkan, Ayah, Nostalgia


Hai hai, saya punya sepeda baru. Bukan literally baru sih. Saya baru sadar, naik sepeda di Bandung itu jauh berbeda dengan naik sepeda di Kediri. Di Kediri kayaknya naik sepeda selo-selo saja. Di sini, kalau turun sih bahagia, kalau jalannya naik, masyaAllah. Jalanan di sini banyak yang naikan atau turunan tapi ga terlalu terlihat kalau itu naik. Yah begitulah. Semoga istiqomah naik sepeda. Hahaha

Kemarin nyobain naik sepeda untuk menempuh jarak sekitar 10km, istirahat 2 jam, trus balik. Ternyata capek. Iya capek.Tapi menyenangkan. Apalagi sadel sepedanya sudah dibuat lebih tinggi jadi otot kakinya ga cepet capek. Bicycling makes me feel nostalgic. Just like I come back to the days when I was in junior high school. They seem to be wonderful as I see today.

Saya sering kuliah siang, jam 1an tapi saya jarang merasakan suasana seperti ini. Hari ini mataharinya menyenangkan. Tak terlalu menyengat tapi tak mendung. Suasana yang dibentuk oleh warna cahayanya khas. Dari dulu saya suka suasana seperti ini. Saya suka karena (lagi-lagi) membawa ingatan saya kembali ke masa kecil. Hari ini membawa saya mengingat kebiasaan saya berburu capung di sawah. Berburu sih tapi setelah itu dilepas lagi. Saya kangen sawah-sawah itu.

Saya sedang membaca "Ayah"-nya Andrea Hirata. Beberapa kali saya amati sampulnya. ada ilustrasi berupa siluet seorang ayah dan anak. Somehow, saya melihat itu seperti bapak saya. Ada ingatan-ingatan tertentu ketika saya terpikir tentang bapak. Yang saya ingat bukanlah the recent condition, tapi saat dahulu, saat bapak masih sehat. Mungkin karena itu saat pulang kemarin saya sedikit kaget melihat kondisi beliau. He is different phisycally, but still, he is my father inside, the same as usual. Kadang saya merasa bersalah ketika di sini, jauh dari rumah masih terpikir orang tua saya masih seperti dulu. Am I wrong thinking this way?

Pasca Dirah Diraya Dipa


WOW, sekarang PSTK-ITB sudah 45 tahun. Tanggal 09 April kemarin ada pagelaran yang merupakan acara terakhir dari selebrasi Tanggap Warsa kali ini. Pagelarannya berjudul Dirah Diraya Dipa. It was special since I was a real "consumer". Yap baru kali ini saya di hari H pagelaran datang sebagai penonton yang hampir sama sekali tidak tahu alur ceritanya. It was good performance but somehow I was dissappointed by several stuffs.

Waktu itu banyak sesepuh datang untuk menonton. Reuni deh jadinyaaa. Bahkan Mbak Diana juga datang. Saat itu baru ingetlah kalau Mbak Diana udah lulus. Bayangkan, Mbak Diana yang selama ini saya cuma bisa ngefan, lihat fotonya doang, baca blog nya doang, kemarin saya ketemu beliau dan sempat salaman walaupun Mbak Diana pasti ga tahu siapa saya hahahaaa. Saya kira beliau akan menulis setelah nonton pagelaran, sampai sekarang pun belum kunjung ada post baru :(

Waktu itu, Satria Pramudhita yang nonton cukup banyak bahkan mbak-mbak angkatan 2009 heran saat melihat kami berkumpul. Heran karena yang nonton banyak. Alhamdulillah kalau begitu.


sayang sekali ga ikutan foto bareng Lisa sang pemeran utama :(


Itu beberapa orang belum ikutan sih. Yaaa soalnya kan itu agenda foto-foto. Mungkin pada mau foto sama pemain-pemain.

Senang rasanya dapat berkumpul bersama mereka kembali. Kapan lagi cobaaa bisa kumpul banyak begitu. Sehabis nonton, kami merencanakan makan bareng. Akhirnya yang ikutan cuma beberapa orang sih. Gapapa lah yaaa. BTW saya ikutan. Waktu itu konyol sekali. Kami makan bersepuluh. Sempat duduk di luar yang sedang gerimis karena tempat makannya kecil dan di dalam ada seorang mbak-mbak lagi makan. Ga enak kan kalau tiba-tiba kami duduk di dekatnya dan seolah merebut kekuasaan di sana. Kami ciwi-ciwi menggunakan payung untuk berlindung. Cowo-cowo sih kayaknya mereka malu hahahahaa. Kami sempat difoto secara diam-diam oleh pihak tempat makan, mungkin untuk perbaikan selanjutnya. Akhirnya kami makan di dalam kok karena mbaknya ternyata memilih untuk menunggu temannya di luar saja.

Obrolan kami tak jauh-jauh dari PSTK, dari TW. Yah gitu deh. "Orang-orang tua" yang membicarakan adiknya.

Kejadian yang paling konyol adalah saat kami akan beranjak dari sana. Tiba-tibaaaa kunci motornya Jarsi nyemplung ke selokan. Selokannya ada penutupnya lagi (bukan penutup sih, bentuknya kayak pagar yang dijadiin jembatan selokan). Heboh kan. Jadilah kami bahan tontonan orang di dua tempat makan yang bersebelahan sementara kami berjuang bersama mengambil kunci itu.

Saya hanya bisa menyemangati, mencoba mencari perkakas di dalam tas yang bisa digunakan tapi ga nemu. Maul dengan tiba-tiba membawa sebatang tongkat platik sebesar jari kelingking saya. Oncing menyumbangkan bundaran gantungan kuncinya. Mince menyumbang senter. Tata menyumbangkan kameranya untuk memvideo. Jarsi heboh dan juga sempat berjuang mengambil menggunakan kawat. Ya saya, Sita, Acing hanya memberikan komentar-komentar dan menyemangati (ga sepenuhnya sih, mau bantuin juga ga bisa. Biarkan satu orang yang berusaha mengambil. Kalau rebutan kan ga jadi ngambil wkwkwk). Cuma komentar "itu tuh di sana.", "kanan dikit". "Minc, kamu pegang senternya yang bener", "Coba ga pakai itu ...", "Itu dikit lagi", "hati-hati HP nya jangan sampek ikutan jatoh". Yah begitulah, kalian bisa bayangkan, sepuluh anak muda (mau bilang anak-anak kok jadi kebayangnya anak umur 7 tahun) bergerombol, ngelihatin selokan, berkomentar ga jelas, heboh di sekitar jam 1 malam. Akhinrya Oncing yang berhasil mengambil kunci motor yang jadi bau selokan itu. Hahahaaaa

Buku Baru


Di hampir penghujung deadline TA ini, godaan cukup besar datang. Beberapa waktu yang lalu saya diberi sebuah buku sama Kak Khansa. Sampul bukunya sungguh sangat menarik. Tapi saya belum bisa sepenuhnya meresapi isinya karena, sejauh yang saya baca, sudut pandangnya dari seorang istri muda. Belum berasa hahahaa.

Trus beberapa hari yang lalu saat saya ga mood, saya pengen banget ke toko buku. Maka pergilah saya ke Baltos. Menemukan buku bekas. Akhirnya beli dua buku bekas. Trus lanjut ke Rumah Buku, bawa member cardnya Fitri biar dapet diskon. Dapat satu buku walaupun bukan yang dicari. Tak berhenti di situ saja, saya masih mampir ke Togamas. Buku yang dicari ternyata juga ga ada tapi malah beli dua buku lagi dan menambah dua wishlist lagi. Super sekali. Ke toko buku bukannya mengurangi wishlist malah menambah wishlist -_-

Ya begitulah, sekarang ada beberapa buku yang menggoda untuk dibaca. Dunia Sophie yang belum selesai pun ditinggalkan. Sudah baca dua yang lainnya tapi ga berniat menghabiskan satu dulu trus ganti. Sepertinya akan dibaca bergantian hahahahaa.

Hayolo! Sering atau suka?


Belakangan ini saya sering sekali mendengar ucapan atupun tulisan yang menurut saya aneh. Contoh nih, "saya suka flu kalau abis ujan-ujan", "di sini tuh suka ada acara yang seru-seru gitu". Saya merasa kalimat ini aneh. Dalam kepala saya maknanya aneh. Apalagi kalau di-translate  ke Bahasa Jawa, beuh, lebih aneh lagi. "Aku seneng flu nek bar udan-udan", "ning kene ki seneng ana acara sing seru ngono yooo". Hahahaa aneh sih.

Yap, belakangan ini sering saya dapati orang-orang yang me-replace "sering" dengan "suka" padahal maknanya sungguh sangat jauh berbeda. Hahahahaa maaf ya kalau ada yang baca tulisan ini dan ke-sepet. Dugaan saya sih, penggunaan kata "suka" tsb merupakan pengaruh bahasa Sunda karena kebanyakan yang saya temui, yang menggunakan istilah "suka" untuk "sering" adalah orang Sunda. Mungkin dalam konteks Bahasa Sunda sah-sah saja (saya ga tau sih, apakah ini beneran benar dalam konteks Bahasa Sunda) tapi kalau Bahasa Indonesia, hal ini mutlak maknanya berbeda. Masalahnya, Nal, Bahasa Sunda kan memang banyak menggunakan bahasa Indonesia, atau orang-orang sekitar memang berbahasa indonesia agar kamu mengerti tapi masih kebawa Bahasa Sunda? Who knows

Aih, maaf ya kok jadi rasis begini. Ga ada maksud jelek kok. Hanya ingin mengingatkan biar kalau menggunakan Bahasa Indonesia ga aneh. Biar makna kalimatnya memang sesuai dengan yang dimaksud.

Kazoku




Ini post-nya galau.


Alhamdulillah beberapa waktu yang lalu diberikan kesempatan pulang kampung sejenak. Ya walaupun ada kejadian konyol juga sih menuju kepulangan hahaha. 

Saat itu berbeda. Saat itu pertama kalinya saya sampai di Stasiun Kediri pagi-pagi yang masih dingin. Saat itu kedua kalinya saya dijemput bukan oleh bapak tapi itu pertama kalinya bapak memang tidak bisa menjemput saya. Itu pertama kalinya saya dibonceng mas ipar. 

Saya seneng keponakan saya mau main sama saya hahahaa. Bahkan di hari minggunya saya pagi-pagi jalan-jalan sama keponakan doang. Ya cuma jalan di depan rumah sih. Itu seperti pada gambar di atas.

Pulang waktu itu sangat singkat tapi menyenangkan juga mengharukan (apa yang mengharukan?). Kebetulan sekali di hari sabtu-minggu selama di rumah, mas ipar pergi dan ga balik ke rumah kami. Dia pulang ke rumah ibunya. Jadi rasanya itu beneran keluarga kami seperti yang dulu hanya saja bertambah satu member baru, si keponakan. Menyenangkan.

Pulang waktu itu berbeda, Bapak, physically he's different, but he's the same inside, maybe stronger. Ibu, as usual, cares about us in her way. Waktu itu banyak bercerita sama mbak. Cerita yang biasanya saya ceritakan ke bapak. 

Sabtu malam itu special. Malam itu saya diajak tidur bareng mbak, di kamarnya. Adik saya tidur sama orang tua. Tumben kan kami ga tidur bareng. Biasanya rebutan bantal guling. Malam itu mirip zaman saya Mts dulu. Tidur di kamar mbak, nonton TV. TV nya ditinggal tidur. hahaha

Saat pulang itu saya menemukan ternyata balita itu alarm yang ampuh. Jauh lebih ampuh daripada alarm handphone dengan dering paling nyaring sekalipun. Hahaha