Cerita Hari Ini | 27 Oktober 2015

Well, blog ini mulai mirip catatan harian wkwk. Ada kejadian mengandung pelajaran kehidupan hari ini. Sebenarnya setiap kejadian sepertinya mengandung pelajaran kehidupan sih, hanya saja tak semuanya disadari sebagai pelajaran kehidupan.

Pelajaran kehidupan di ujian SKD

Hari ini isunya ujian Sistem Kendali Digital. Peluang benarnya sangat mendekati 1 sih. Tapi hari sebelumnya eh malam sebelumnya saya tak mempersiapkannya, malah nonton Barakamon yang bikin ketagihan. Saya pengen nulis tentang Barakamon di satu postingan sendiri hahaa saya merasa banyak pelajaran kehidupan di sana. Oke, kembali ke topik. Akhirnya saya (sebenernya) ga siap tapi entah kenapa hati saya terasa tenang-tenang saja. Dalam hati dan pikiran saya selama ini "Kenapa harus minta-minta ujian ke dosen dah? Bukannya ujian itu lebih "murni" kalau (sedikit) dadakan? ya maksudnya suka-suka dosennya gitu wkwk." Ya saya mikirnya pengajar jadi benar-benar tahu kondisi anak didiknya seperti apa. Ya walaupun bilang dulu juga menguntungkan bagi saya haha.

Well, saya sudah siap di sekitar kelas sebelum dosen datang. Dosen mata kuliah ini, sebut saja Pak Iyas. Pak Iyas pun datang, membawa kertas. Ini beneran ujian lah.

Masuk kelas, Pak Iyas memaparkan data presensi saat kami di-php buat ujian. Kami bisa 100% datang saat ada isu-isu ujian. Beliau mengusulkan ujiannya diphp terus aja biar yang datang banyak terus. Kami diminta memilih, ujian hari ini tapi memberikan jaminan selanjutnya bisa datang 100%, atau ujiannya ditunda dulu. Jadinya kayak MBC dah. Hahaha.

Well, saya nangkepnya sih sebenernya itu karena Pak Iyas sayang sama kami. Beliau tak ingin kami cuma datang saat ujian saja. Ga dapat esensi kuliahnya sih kalau menurut saya. Kuliah kan bukan sekedar kita bisa mengerjakan materi itu tapi kita juga belajar tentang etika, komitmen, integritas dan tanggung jawab. Melatih kita untuk tidak durhaka menghargai orang lain (dosen sih sebenernya). Menguji komitmen dan tanggung jawab akan kuliah dan berbagai tugasnya. Tentunya juga menguji integritas kita dalam melaksanakan berbagai prosedurnya.

Sayang sekali, saya ngomong begitu tapi kenyataannya masih begini-begini saja. Belum bisa menepatinya.

Pada akhirnya saya ngikut saja sama yang lain, yang pengarepnya minta ujian saja. Tapi ujiannya open book coba. Gimana Pak Iyas ga sayang sama kami? Beliau ingin kami paham, bukan cuma bagus nilainya dalam artian bisa pas ujian doang.

Hmm pengen cerita tentang pandangan saya yang mirip-mirip sama kasus tadi tapi nanti jadinya ngalor-ngidul kemana-mana jadi semoga saja saya bisa menuliskan dan mempostingnya.

Sebenarnya masih ada pelajaran kehidupan yang saya dapatkan dari seorang teman tapi sepertinya kurang enak kalau saya tulis di sini haha.

Comments

Popular posts from this blog

Es Wawan