Cerita Hari Ini | 25 Oktober 2015
Halo, apa kabar dunia? Semoga kau masih menganggapku ada.
Well, Saya ingin kembali bercerita. Mungkin ini keluhan tapi
saya ingin bercerita. Lebih dari dua minggu ini saya “tak berjumpa” dengan
seorang teman. Gara-gara masalah ini emosi saya kacau. Emosi-emosi negatif
menginap dalam diri saya. Berefek pada kehidupan. Saya mencari pelampiasan dan
jadilah berbagai film animasi yang menemani dan membantu saya melupakan segala
kenegatifan itu. Tapi tanggung jawab saya jadi terancam. Yah, itulah yang
terjadi.
Tapi
sebenarnya saya lebih ingin menceritakan apa yang saya alami hari ini. Well,
hari ini saya dimintai tolong Imung untuk ngelatih PLE. Jadwalnya sih jam 3.
Waktu saya masuk RLB, saya malah menemukan latihan wayangan. Akhirnya saya
iseng ikutan. Seru. Sayang sekali latihannya seminggu dua kali. Saya sudah
terikat latihan Rahwana. Kalau
ditambah waktu dua kali seminggunya latihan wayangan rasanya tidak memungkinkan
dengan melihat keadaan tugas akhir wkwk.
Di tengah
latihan ada obrolan tentang gaya dalang. Sebuah pikiran muncul :
“Apakah beberapa tahun lagi masih ada orang yang bisa main wayangan kalau anak-anak mudanya seperti ini?”
Saya jadi
khawatir sendiri. Bahkan saya merasa belakangan saya bisa dibilang tak pernah
nguri-uri budaya (jika apa yang saya lakukan dulu termasuk nguri-uri budaya).
Jadi kawan, cobalah iseng ngintip di youtube atau di manapun tentang budaya
Indonesia. Paling tidak kalian pernah melihatnya.
Sayang
sekali hari ini latihan PLE dibatalkan saking sedikitnya peserta yang datang.
Akhirnya saya nimbrung di forum obrolan kecil itu. Obrolan ngalor-ngidul hingga
sampai di topik tentang bahagianya masa TPB. Terjadi obrolan yang kurang lebih
seperti ini :
“Kalau
banyak tugas pas latihan kepikiran tugas, Mas. Jadi mending ga dateng latihan.”
“Ya ngapain
kamu pas latihan mikirin tugas? Pas latihan itu ya main aja, refreshing. Biar
refreshing-nya beneran jadi refreshing. Kamu harus benar-benar membedakan kapan
refreshing dan kapan belajar.”
Mengingatkan saya pada “Fokus”
“Fokus” yang
menjadi wejangan yang saya dapatkan dari mas dan mbak PSTK saat saya dikader
dan saya berikan kepada adik-adik saat saya mengkader mereka. Gara-gara obrolan
ini saya sadar, belakangan ini saya tidak mengaplikasikan apa yang sudah saya
dapatkan padahal saya menasihati adik-adik saya untuk melakukannya. Manajemen “Fokus”
yang terabaikan membuat apa yang saya lakukan menjadi tidak efektif, terutama
pas kuliah (Hahaaa ujung-ujungnya kuliah juga, ya emang kehidupannya masih
kuliah).
Barusan
saya menemukan postingan seorang teman tentang exchange yang saya inginkan. Dia
menceritakan bagaimana proses apply exchange itu. Juga ada cerita sedikit
tentang bagaimana dia mempersiapkannya. Membuat saya berpikir, saya belum mempersiapkan
seniat dia. Saya malah belum mempersiapkan apa-apa. Saatnya introspeksi.
Ayo cari
lagi dimana semangat itu.
Comments
Post a Comment