Bersyukur
"Jika kamu bersyukur (atas nikmat Allah) maka Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu ingkar (terhadap nikmat Allah) maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" Q.S. Ibrahim : 7
Ayat yang sangat familiar. Entah sudah sejak kapan mengenal ayat ini. Dan entah sejak kapan mengerti sedikit-sedikit makna ayat ini. Tapi, ayat ini perlu praktik, bukan hanya teori. Setelah saya berpikir sejenak, saya dapati betapa masih jauhnya diri ini dari mengamalkan ayat itu. Padahal entah sudah berapa kali dibaca, baik ayat maupun artinya, sudah berapa kali didengar di pengajian-pengajian.
Well, bersyukur itu dibilang gampang ya engga juga, dibilang susah ya engga juga. Memang perlu latihan (itu yang saya dapat setelah berdiskusi dengan bapak tentang masalah hati ini). Realitanya kita malah sering merasa tidak puas dan merasa kurang merambat ke keinginan yang ini dan yang itu. Tapi bukan berarti salah jika kita menginginkan ini itu. Haduh saya jadi bingung menjelaskan bagaimana perbedaan tidak puas karena tidak bersyukur yang akhirnya menginginkan yang lebih, berasa ga pernah cukup, dengan memang sebuah keinginan untuk meningkatkan kualitas diri.
Yang paling sering terjadi adalah kita tidak menyadari bahwa apa yang kita dapatkan merupakan nikmat dari Allah. Yang paling susah ini nih, menyadari bahwa itu nikmat dari Allah dan sadar diri bahwa kita harus bersyukur atas nikmat itu.
Syukur bukan hanya sekedar "Alhamdulillah"
Banyak bentuk syukur yang bisa kita lakukan. Tidak terbatas pada lisan ini mengucapkan Alhamdulillah. Berdasar hasil diskusi saya dan bapak saya, memanfaatkan nikmat yang didapatkan di jalan yang benar, dengan niat ibadah adalah bentuk syukur yang paling joss. Bayangkan saja jika kita bisa menyadari nikmat diberi kesempatan untuk hidup kembali (baca : bangun tidur), lalu kita melakukan sholat subuh (misalnya) sebegai bentuk syukur kita. Bayangkan jika kita bisa menyadari nikmatnya memiliki kaki sehingga kita bisa berjalan dan kita berolahraga untuk mensyukurinya. Bayangkan jika kita menyadari nikmat Allah memberikan bahan makanan kepada kita, lalu kita memakannya sebagai bentuk syukur, atau kita makan sebagai bentuk syukur karena kita diberi kesempatan hidup. Bayangkan jika kita menyadari bahwa bisa kuliah adalah sebuah nikmat yang luar biasa dan cara mensyukurinya adalah dengan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Ah, kalau saya membayangkannya, jika kita bisa melakukannya betapa terasa indahnya hidup, hidup akan terasa ringan. Belum lagi janji Allah yang akan menambahkan nikmat-Nya jika kita mau bersyukur.
Tapi yang bermasalah sekarang adalah bagaimana kita mengontrol hati dan pikiran kita untuk menuju ke sana.