Before the start of the last | part 3

Well, it's my 4th year in campus, time to do the final project. Sebelum melangkah lebih jauh, kami mahasiswa yang akan mengambil tugas akhir harus menyelesaikan tantangan pertama. Yea, we have to pass an exam to be allowed to take the responsibility of final projects. We called it Comprehensive Exam -Ujian Komprehensif- *selanjutnya mari kita sebut dia kompre* sengaja dibuat mencolok dengan bold dan italic biar lebih terasa bagaimana "mengerikannya" ujian ini. Momen ini dijadwalkan tanggal 14 Agustus 2015 pukul 13.30

Saya memang sudah ada di Bandung tanggal 29 Juli 2015. Buru-buru balik dengan alasan ingin segera menyelesaikan laporan KP dan selanjutnya bisa “dengan tenang” mempersiapkan diri (baca : belajar) untuk ujian komprehensif. Well, you can say it was just a bullshit :v Hahahaa jiwa deadliner memang membahayakan. Seminggu lebih dari kedatangan saya di bandung saya menghabiskan sebagian besar waktu untuk internetan : baca manga, baca blog, buka sosmed, ketambahan legi seneng-senengnya nyari teman dari negara lain lewat situs penyedia jasa penpals. Akhirnya laporan KP benar-benar (baru) disentuh sekitar tanggal 4 Agustus 2015 dengan masih malas-malasan, masih disambi-sambi internetan.

Mungkin memang dasarnya saya susah move on *eh, berkali-kali saya mencoba mengajak diri saya untuk mempersiapkan diri belajar buat kompre tapi tidak bisa. Bahkan menyisihkan buku mana yang harus saya daki rasanya malas sekali. Saya baru benar-benar mempersiapkan diri setelah laporan KP selesai, setelah terhambat dengan bagian saran yang dipikir-pikir selama hampir seminggu baru ketemu.

Saya bingung belajar apa. Sumpah bingung banget. Bagaimana tidak, saya tak bisa menerka-nerka soal macam apa dari sekian banyak bab dari sebuah mata kuliah yang akan keluar dalam lima soal pilihan ganda, dengan soal teori dasar mempunyai probabilitas yang sangat tinggi untuk keluar. Akhirnya saya hanya belajar apa yang saya ingin baca. Sangat terbantu dengan soal “bantuan” yang dipost teman di grup.

Hari itu datang. Hari itu hari Jum’at. Malam sebelumnya saya menghubungi orang tua, mohon restu. Tak ayal, saya mohon kepada keduanya satu per satu. Ini pertama kalinya saya meminta doa langsung dari Ibu. Biasanya nitip disampaikan Bapak. Awalnya saya berencana untuk berangkat ke kampus sekitar jam 10, pengennya nongkrong di sekre unit dulu. Namun pada akhirnya berakhir wacana karena selain keenakan chattingan juga saya pikir saya memerlukan suasana yang sepi saat sholat dhuhur saat itu. Semakin dekat hari ujian, doa saya makin kenceng. Ditambah cita-cita masa depan semakin menggebu. Akhirnya pada suatu malam saya tuliskan beberpa step yang ingin saya lakukan sampai lulus nanti. Sekarang menempel dengan tenangnya di tembok kamar kosan.

Pada momen ini saya mendapat bagian ruangan di Labkom, Labtek VIII Lantai 2. Hari itu saya sengaja berangkat 30 menit sebelum ujian, padahal perjalanan kosan ke lokasi hanya sekitar 10 menit. Sampai di sana, sudah banyak yang berkumpul di depan lift. Sayang sekali mereka bukanlah orang yang akrab dengan saya *hiks*. Saat itu, jadilah saya orang yang merasa terkucilkan selama beberapa menit. Saya ga inisiatif tiba-tiba nimbrung, hopefully you know how it feels when you have to be bumped to other boxes. Kedatangan Lovila menyelamatkan saya. Waktu ujian semakin dekat, dag dig dug berkumandang dalam dada. Bingung. Khawatir. Merasa persiapan belum maksimal. Masih sangat jauh dari titik maksimum. Kehadiran kelompok orang-orang imba menambah kekhawatiran. Di menit-menit seperti ini mereka masih membahas pelajaran ini dan itu, teori ini dan itu. For me, it was really intimidating.

Kami sudah dipersilahkan untuk masuk ruangan. Saya mendapatkan tempat duduk nomor dua dari belakang di sisi paling kiri jika menghadap ke papan tulis. Seperti biasa, saya komat-kamit baca doa andalan sebelum ujian. Durasi ujian 2 jam 30 menit. Harus menyelesaikan 9 mata kuliah breadth yang masing-masing terdiri dari 5 soal pilihan ganda. You know, luck took the main role here, in my case. Jujur, saya ga ngerti apa-apa. Rasanya setiap soal mengintimidasi saya, membuat saya down dan berpikir “kok saya ga bisa sih, ini kan soal dasar banget” akhirnya saya asal pilih saja jawaban yang menurut insting saya benar. Apa yang saya pelajari selama persiapan, jujur, hanya sedikit yang keluar.

Well sekitar satu jam berlalu, Lovila dan Panji sudah keluar ruangan. Mereka sudah selesai. Saya yang masih belum memenuhi kriteria lulus harus mencoba peruntungan mengerjakan kembali beberapa mata kuliah. Akhirnya saya mendapati diri saya mecnapai kriteria lulus. Saya lihat hasil sudah lebih dari 50% benar, setiap mata kuliah juga sudah benar minimal 2 soal. Well, saya memang bukan orang yang ambis banget, setelah saya dapati hasil itu, saya keluar saja. Sampai saat ini sebenarnya saya tak tahu apakah saya benar-benar lulus atau tidak. Saya masih ragu apakah hasil sekecil itu bukanlah masalah untuk kelulusan ujian ini. Saya pun tak tahu apakah ada pengumuman “formal” tentang kelulusan ujian ini atau hanya berdasar data hasil yang keluar saat tes saja kemudian disimpulkan sendiri. Ah, entahlah. Tapi Alhamdulillah.

Malamnya saya dapati postingan teman-teman yang memberikan jawaban mereka. Orang-orang imba kebanyakan memberikan jawaban minimal benar 4 dari 5 soal. Lagi-lagi, it was really intimidating. Harap maklum, hasil saya super pas-pasan sekali. Benar-benar mepet batas lulus.

Tapi Alhamdulillah, InsyaAllah saya, Hilmi dan Irfan lulus ujian ini. InsyaAllah kami beneran akan jadi satu kelompok TA. God, please bless us, let our project done smoothly, and keep us solid.

Popular posts from this blog

Es Wawan