Posts

Showing posts from August, 2015

1st Week Kuliah

Well, finally the first week has passed. Alhamdulillah minggu pertama berjalan lancar. Ga telat sama sekali, ga ngantuk apalagi tidur di kelas. Sesuatu yang saya rindukan semenjak masa TPB saya berakhir. Hahaaa memang ajaibnya dulu pas TPB, pas semester satu saya ga pernah ngantuk di kelas, di semester dua sempat tidur di kelas beberapa kali tapi masih kurang dari sepuluh kali dalam satu semester, semester 3-6 kemarin gimana? emmmm *mringis*

Masih ingat cerita tentang ujian komprehensif? Akhirnya sepuluh hari setelah ujian, tanggal 24 Agustus 2015, di hari pertama kuliah muncul pengumuman resmi siapa-siapa saja yang lulus, lulus bersyarat dan yang harus mengulang kompre. I was the third group. Saat itu sedih, tapi ga sesedih merasa tak punya teman :v Tapi saat itu memang terdapat kejanggalan karena banyak kasus data yang ditampilkan di pengumuman bukanlah data last attempt kompre. Jadi perundingan dilakukan oleh perwakilan kami dan pihak prodi. Hasilnya kami harus sabar menunggu.

Well, hari pertama juga mendapat pengumuman tidak diterima menjadi asisten praktikum. Ini berarti satu hal yang ingin dilakukan di semester ini kesempatannya sangat kecil *ga mau bilang gagal :D* Tapi pasti ada hal lain yang lebih baik yang Allah ingin saya lakukan.

Semester ini saya mengambil mata kuliah yang saya harus ulang. Material Teknik Elektro dan Arsitektur Sistem Komputer. Satu kelas dengan angkatan 2013. Menyenangkan. Mereka menyenangkan. Alhamdulillah. Semoga kami semua bisa lulus mata kuliah ini di semester ini.

Akhirnya sampai di hari Jumat. Minggu pertama ditutup dengan kuliah TA. Kuliah yang menyenangkan. Kemarin pak Mervin mengatakan bahwa memang ternyata data hasil kompre kemarin salah dan akan segera direvisi, tunggu saja haha. Banyak wejangan disampaikan, yang intinya TA1 harus serius karena sebenarnya TA1 jauh lebih susah daripada TA2. Kalau TA1 sudah bener, nanti TA2 jadi gampang. Important dates was launched in this first class. Tak tanggung-tanggung, tanggal penting sampai semester depan berakhir.

Satu rezeki datang di hari Jumat pagi. Saya mendapatkan jarkom tentang pengumuman penerimaan pengajar. Alhamdulillah saya diterima. Alhamdulillah keinginan selama ini tercapai juga. Semoga saya bisa bermanfaat di jalan ini.

Satu rezeki datang di malam harinya. Revisi pengumuman hasil ujian kompre. Alhamdulillah saya, Hilmi dan Irfan lulus. Tanpa bersyarat. I think what I wrote about two months ago became real. Dulu saya menuliskan

"Tanggal 14 Agustus nanti aku akan mengerjakan ujian komprehensif dengan lancar.
Dua minggu kemudian aku mendapatkan kabar bahwa aku lulus kompre dan bisa ambil TA bersama Hilmi dan Irfan."

Pengumuman sebelumnya yang menyatakan saya harus mengulang ujian kompre muncul sepuluh hari setelah ujian. Dan ternyata dua minggu setelah ujian pengumuman mengatakan saya lulus ujian. Mungkin sebenernya ini cuma kebetulan :D

Before the start of the last | part 3

Well, it's my 4th year in campus, time to do the final project. Sebelum melangkah lebih jauh, kami mahasiswa yang akan mengambil tugas akhir harus menyelesaikan tantangan pertama. Yea, we have to pass an exam to be allowed to take the responsibility of final projects. We called it Comprehensive Exam -Ujian Komprehensif- *selanjutnya mari kita sebut dia kompre* sengaja dibuat mencolok dengan bold dan italic biar lebih terasa bagaimana "mengerikannya" ujian ini. Momen ini dijadwalkan tanggal 14 Agustus 2015 pukul 13.30

Saya memang sudah ada di Bandung tanggal 29 Juli 2015. Buru-buru balik dengan alasan ingin segera menyelesaikan laporan KP dan selanjutnya bisa “dengan tenang” mempersiapkan diri (baca : belajar) untuk ujian komprehensif. Well, you can say it was just a bullshit :v Hahahaa jiwa deadliner memang membahayakan. Seminggu lebih dari kedatangan saya di bandung saya menghabiskan sebagian besar waktu untuk internetan : baca manga, baca blog, buka sosmed, ketambahan legi seneng-senengnya nyari teman dari negara lain lewat situs penyedia jasa penpals. Akhirnya laporan KP benar-benar (baru) disentuh sekitar tanggal 4 Agustus 2015 dengan masih malas-malasan, masih disambi-sambi internetan.

Mungkin memang dasarnya saya susah move on *eh, berkali-kali saya mencoba mengajak diri saya untuk mempersiapkan diri belajar buat kompre tapi tidak bisa. Bahkan menyisihkan buku mana yang harus saya daki rasanya malas sekali. Saya baru benar-benar mempersiapkan diri setelah laporan KP selesai, setelah terhambat dengan bagian saran yang dipikir-pikir selama hampir seminggu baru ketemu.

Saya bingung belajar apa. Sumpah bingung banget. Bagaimana tidak, saya tak bisa menerka-nerka soal macam apa dari sekian banyak bab dari sebuah mata kuliah yang akan keluar dalam lima soal pilihan ganda, dengan soal teori dasar mempunyai probabilitas yang sangat tinggi untuk keluar. Akhirnya saya hanya belajar apa yang saya ingin baca. Sangat terbantu dengan soal “bantuan” yang dipost teman di grup.

Hari itu datang. Hari itu hari Jum’at. Malam sebelumnya saya menghubungi orang tua, mohon restu. Tak ayal, saya mohon kepada keduanya satu per satu. Ini pertama kalinya saya meminta doa langsung dari Ibu. Biasanya nitip disampaikan Bapak. Awalnya saya berencana untuk berangkat ke kampus sekitar jam 10, pengennya nongkrong di sekre unit dulu. Namun pada akhirnya berakhir wacana karena selain keenakan chattingan juga saya pikir saya memerlukan suasana yang sepi saat sholat dhuhur saat itu. Semakin dekat hari ujian, doa saya makin kenceng. Ditambah cita-cita masa depan semakin menggebu. Akhirnya pada suatu malam saya tuliskan beberpa step yang ingin saya lakukan sampai lulus nanti. Sekarang menempel dengan tenangnya di tembok kamar kosan.

Pada momen ini saya mendapat bagian ruangan di Labkom, Labtek VIII Lantai 2. Hari itu saya sengaja berangkat 30 menit sebelum ujian, padahal perjalanan kosan ke lokasi hanya sekitar 10 menit. Sampai di sana, sudah banyak yang berkumpul di depan lift. Sayang sekali mereka bukanlah orang yang akrab dengan saya *hiks*. Saat itu, jadilah saya orang yang merasa terkucilkan selama beberapa menit. Saya ga inisiatif tiba-tiba nimbrung, hopefully you know how it feels when you have to be bumped to other boxes. Kedatangan Lovila menyelamatkan saya. Waktu ujian semakin dekat, dag dig dug berkumandang dalam dada. Bingung. Khawatir. Merasa persiapan belum maksimal. Masih sangat jauh dari titik maksimum. Kehadiran kelompok orang-orang imba menambah kekhawatiran. Di menit-menit seperti ini mereka masih membahas pelajaran ini dan itu, teori ini dan itu. For me, it was really intimidating.

Kami sudah dipersilahkan untuk masuk ruangan. Saya mendapatkan tempat duduk nomor dua dari belakang di sisi paling kiri jika menghadap ke papan tulis. Seperti biasa, saya komat-kamit baca doa andalan sebelum ujian. Durasi ujian 2 jam 30 menit. Harus menyelesaikan 9 mata kuliah breadth yang masing-masing terdiri dari 5 soal pilihan ganda. You know, luck took the main role here, in my case. Jujur, saya ga ngerti apa-apa. Rasanya setiap soal mengintimidasi saya, membuat saya down dan berpikir “kok saya ga bisa sih, ini kan soal dasar banget” akhirnya saya asal pilih saja jawaban yang menurut insting saya benar. Apa yang saya pelajari selama persiapan, jujur, hanya sedikit yang keluar.

Well sekitar satu jam berlalu, Lovila dan Panji sudah keluar ruangan. Mereka sudah selesai. Saya yang masih belum memenuhi kriteria lulus harus mencoba peruntungan mengerjakan kembali beberapa mata kuliah. Akhirnya saya mendapati diri saya mecnapai kriteria lulus. Saya lihat hasil sudah lebih dari 50% benar, setiap mata kuliah juga sudah benar minimal 2 soal. Well, saya memang bukan orang yang ambis banget, setelah saya dapati hasil itu, saya keluar saja. Sampai saat ini sebenarnya saya tak tahu apakah saya benar-benar lulus atau tidak. Saya masih ragu apakah hasil sekecil itu bukanlah masalah untuk kelulusan ujian ini. Saya pun tak tahu apakah ada pengumuman “formal” tentang kelulusan ujian ini atau hanya berdasar data hasil yang keluar saat tes saja kemudian disimpulkan sendiri. Ah, entahlah. Tapi Alhamdulillah.

Malamnya saya dapati postingan teman-teman yang memberikan jawaban mereka. Orang-orang imba kebanyakan memberikan jawaban minimal benar 4 dari 5 soal. Lagi-lagi, it was really intimidating. Harap maklum, hasil saya super pas-pasan sekali. Benar-benar mepet batas lulus.

Tapi Alhamdulillah, InsyaAllah saya, Hilmi dan Irfan lulus ujian ini. InsyaAllah kami beneran akan jadi satu kelompok TA. God, please bless us, let our project done smoothly, and keep us solid.

Bersyukur

"Jika kamu bersyukur (atas nikmat Allah) maka Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu ingkar (terhadap nikmat Allah) maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" Q.S. Ibrahim : 7

Ayat yang sangat familiar. Entah sudah sejak kapan mengenal ayat ini. Dan entah sejak kapan mengerti sedikit-sedikit makna ayat ini. Tapi, ayat ini perlu praktik, bukan hanya teori. Setelah saya berpikir sejenak, saya dapati betapa masih jauhnya diri ini dari mengamalkan ayat itu. Padahal entah sudah berapa kali dibaca, baik ayat maupun artinya, sudah berapa kali didengar di pengajian-pengajian.

Well, bersyukur itu dibilang gampang ya engga juga, dibilang susah ya engga juga. Memang perlu latihan (itu yang saya dapat setelah berdiskusi dengan bapak tentang masalah hati ini). Realitanya kita malah sering merasa tidak puas dan merasa kurang merambat ke keinginan yang ini dan yang itu. Tapi bukan berarti salah jika kita menginginkan ini itu. Haduh saya jadi bingung menjelaskan bagaimana perbedaan tidak puas karena tidak bersyukur yang akhirnya menginginkan yang lebih, berasa ga pernah cukup, dengan memang sebuah keinginan untuk meningkatkan kualitas diri.

Yang paling sering terjadi adalah kita tidak menyadari bahwa apa yang kita dapatkan merupakan nikmat dari Allah. Yang paling susah ini nih, menyadari bahwa itu nikmat dari Allah dan sadar diri bahwa kita harus bersyukur atas nikmat itu.

Syukur bukan hanya sekedar "Alhamdulillah"

Banyak bentuk syukur yang bisa kita lakukan. Tidak terbatas pada lisan ini mengucapkan Alhamdulillah. Berdasar hasil diskusi saya dan bapak saya, memanfaatkan nikmat yang didapatkan di jalan yang benar, dengan niat ibadah adalah bentuk syukur yang paling joss. Bayangkan saja jika kita bisa menyadari nikmat diberi kesempatan untuk hidup kembali (baca : bangun tidur), lalu kita melakukan sholat subuh (misalnya) sebegai bentuk syukur kita. Bayangkan jika kita bisa menyadari nikmatnya memiliki kaki sehingga kita bisa berjalan dan kita berolahraga untuk mensyukurinya. Bayangkan jika kita menyadari nikmat Allah memberikan bahan makanan kepada kita, lalu kita memakannya sebagai bentuk syukur, atau kita makan sebagai bentuk syukur karena kita diberi kesempatan hidup. Bayangkan jika kita menyadari bahwa bisa kuliah adalah sebuah nikmat yang luar biasa dan cara mensyukurinya adalah dengan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Ah, kalau saya membayangkannya, jika kita bisa melakukannya betapa terasa indahnya hidup, hidup akan terasa ringan. Belum lagi janji Allah yang akan menambahkan nikmat-Nya jika kita mau bersyukur.

Tapi yang bermasalah sekarang adalah bagaimana kita mengontrol hati dan pikiran kita untuk menuju ke sana.

Before the start of the last | part 2

Sebenarnya postingan ini masih berkaitan dengan part 1, masih tentang wisuda agustus kemarin tapi di sini saya ingin cerita yang berhubungan dengan orang yang lebih khusus.

Wisuda agustus kemarin ternyata kak Sy juga diwisuda. Dengan mengabaikan satu tahun exchange yang dijalaninya, beliau tepat waktu juga mengerjakan TA. Saya pernah cerita sedikit tentang kak Sy sebelumnya di postingan Something I Have to Throw Away. Bahagia juga melihat kak Sy sudah diwisuda. Produk tugas akhirnya sebuah robot yang kalau saya ga salah tangkap, itu robot yang bisa jadi among tamu eh pemandu di pameran gitu. Dan clue ini membuat siapa kak Sy semakin jelas -____-

Sebelumnya, selamat ya kak Sy atas kelulusannya. Semoga selanjutnya makin dimudahkan jalan menuju cita-cita dan cintanya :D

Unfortunately, I haven't been friends with him. Masih menjadi orang yang cukup menginspirasi bagi saya yang semangatnya naik turun ini. Sebelum diwisuda pun saya sudah melihat postingan bahwa beliau sudah diterima bekerja di sebuah perusahaan di Singapura. Haduh, kurang keren gimana coba, kemarin sudah exchange to Japan (and it makes me jealous -_-) sekarang sudah diterima kerja di Singapura saja. Belum lagi saya masih melihat semangat mencapai studi S2 nya yang katanya pengen di ETH Zurich, Switzerland.

Kepo lebih lanjut saya lakukan di blog. Walaupun saya sudah berkali-kali baca blognya hihihi. I found he was an ordinary person before. He had fallen to the deepest state *in his version also he said he got E in a course (lu malah dua mata kuliah belum lulus, Nal -_-), even he felt something like lonely, having no friends (kalau ini kayaknya saya terlalu lebay menginterpretasikannya), but he change. He want to change himself and he can. If someone can do it, Nal, so do you.

Before the start of the last | part 1

Euforia wisuda agustus kemarin terlihat masih membahana di timeline facebook. Banyak postingan yang isinya tak jauh berbeda : ucapan selamat dan terima kasih yang diungkapkan dengan berbagai kemungkinan rangkaian kata. Postingan foto pun tak karuan banyaknya. Semuanya terlihat bahagia. Ada yang memamerkan berbagai hadiah yang ia dapat, ada yang memperlihatkan kebahagiaan dengan foto bersama keluarga, ada yang memperlihat kan kebahagiaan dengan berfoto bangga bersama produk TA nya, ada yang memperlihatkan kebahagiaan dengan foto-foto bersama kawan-kawannya.

Somehow it makes me think. I wonder how my graduation day will be. Looking at myself, looking which state I am standing now makes questions babble in my mind. Will something like that happen to me? I don't care about the souvenirs, the "arak-arakan", the performs, but what I mean is friends. Will I feel "I have friends" that time? Will I really have friends that time? Apa serunya diwisuda tanpa adanya teman.

Okay, Nal. I think you know what you want. You should know what to do to get it.
I should open myself wider than before. Making friends.
Yeah, you have to be open minded. The last year in this campus, make beautiful memories, make friends and make a happy ending. Do what you want to do. 

Hahaa hanya monolog dalam pikiran saya

Cerita Balik Rantau 28 Juli 2015

Alhamdulillah, akhirnya saya diijinkan kembali ke rantau oleh Allah. Saya yang awalnya berniat kembali ke Bandung tanggal 28 Juli kemarin pun sempat terbujuk oleh rayuan mbak saya untuk di rumah lebih lama. Namun rencana memang tinggal rencana, mungkin Allah tahu kalau saya akan sedikit setengah hati jika harus kembali lebih telat lagi. Saat saya ke stasiun untuk membatalkan tiket kereta keberangkatan 28 Juli itu, mbak-mbak petugasnya bilang kalau tiket saya tidak bisa dibatalkan karena memang kebetulan saya beruntung dapat kerete eksekutif yang lagi promo. Jadilah saya kembali ke Bandung tanggal 28 Juli kemarin, sesuai dengan niat awal.

Berbeda dengan mudik yang sebelum-sebelumnya kemarin saya harus menempuh perjalanan bersama bapak ke Madiun sebelum naik kereta. Salah saya sih, tidak mengecek kalau kereta yang saya tumpangi ternyata bermula di Surabaya dan saya bisa naik di stasiun lain yang lebih dekat dari rumah. Tapi tak apa, I was happy having that trip. Only two of us, me and my father. Bagi kami, perjalanan ini benar-benar menjadi pertama kalinya. That's what makes this special.

Secara keseluruhan kami menghabiskan waktu 2,5 jam untuk mencapai stasiun termasuk istirahat sholat ashar di masjid sekitar setengah jam.

Sebelum berangkat, bapak lihat peta dulu di buku Atlas Dunia. Beliau yang awalnya mengira Madiun itu jauh dari Kediri, mengira bahwa Madiun itu ada di baratnya Ngawi, akhirnya tahu kalau Madiun itu dekat. Tak sejauh perjalanan ke Surabaya yang bapak saya sudah biasa melakukannya. Saya yang sebelumnya tahu karena sudah browsing diam saja hihihi.

Berbekal baca peta sebelum berangkat, pengetahuan tentang daerah Nganjuk (daerah yang harus dilalui sebelum menginjakkan kaki di Madiun), dan petunjuk jalan, bapak saya mengantar saya. Untuk pertama kalinya melakukan perjalanan ke Madiun naik motor. Kami banyak diam selama perjalanan, mungkin pegal membuat kami diam hihi. Hingga kami akhirnya kami bisa menghilangkan pegal karena istirahat sebentar. Kami diminta sekelompok polisi untuk minggir. Ternyata lampu motor kami masih mati. Mungkin sempat dimatikan adik saya hahaa.

Sampai di Madiun, tanya sana-sini. set set set. Akhirnya kami menemukan stasiun yang dicari. Hampir bapak saya mengambil jalan masuk yang salah karena mengira jalan masuk motor itu ditutup. Padahal itu palang yang biasanya ada di parkiran yang otomatis membuka ketika kita sudah mengambil karcis parkir. Akhirnya saya bilang memang jalannya lewat situ. Dan itu menjadi pengalaman pertama bagi bapak saya menggunakan sistem parkir seperti itu. "Hahaa Orang desa" dalih bapak saya.

Kereta saya berangkat pukul 19.15 sedangkan kami sampai di stasiun 17.36. Akhirnya kami menunggu maghrib. Lalu sholat bergantian. Bukannya membiarkan bapak saya pulang, saya malah meminta untuk ditunggui sampai setengah tujuh. Ibu-ibu di samping saya sampai bilang "Udah, bapaknya biar pulang, entar kemaleman, kan jauh." Kata bapak saya "Pun, mboten napa-napa, tasik pengen ditunggoni, bocahe tasik kangen." Still, you are the best dad ever.