Posts

Showing posts from June, 2015

‘Pletetan’

Saya baru ingat, beberapa hari yang lalu saat ke sekre unit saya menemukan satu toples mainan yang menarik perhatian saya. Ternyata mainan tersebut yang bawa Lupita. Hebohlah saya melihat barang langka ini ada di Bandung, di kampus pula. Penasaran, saya tanya saja dapetnya di mana. “Di toko lama gitu,” jawabnya.


Sayang sekali, fotonya seadanya. Memakai kamera laptop yang resolusinya tak seberapa. Itu mainan masa kecil saya. Dulu saya dan teman-teman menyebutnya ‘pletetan’ karena memang untuk mengeluarkannya, kita harus me-‘mletet’ bungkusnya. Saya belum tahu kalau di Bahasa Indonesia disebut apa haha.

FYI mletet : (jawa) kegiatan mengeluarkan suatu bahan, biasanya berbentuk pasta atau cairan kental dari wadahnya karena tidak bisa mengeluarkannya hanya dengan menjungkirbalikkannya, contoh ngeluarin pasta gigi. Kalau temen saya anak Jogja menyebutnya ‘nyotot (cotot)’.

Cara kerja mainan ini sangat mudah. Setelah dipletet, bahan yang keluar kemudian dililitkan di sedotan khusus yang disediakan. Sebenarnya menurut saya sedotan itu lebih mirip gagang lollipop. Setau saya untuk mainan ini harus digunakan sedotan khusus tsb. Waktu saya kecil dulu saya pernah mencoba menggunakan sedotan air mineral gelas dan tidak bekerja. Selanjutnya tinggal ditiup dari sisi sedotan yang lain, jika ada lubang tinggal dikatupkan dengan jari. Hasil akhir dari mainan ini adalah sebuah balon bening yang lebih mirip gelembung. Hanya saja gelembung berbentuk bulat sempurna karena ikatan molekul yang terjadi.




Sayang sekali pletetan yang ini isi tiap bungkusnya sedikit jadi balon gelembung yang dihasilkan tidak terlalu besar. Saya bilang sedikit karena zaman saya kecil dulu saya bisa membuat tiga balon yang lebih besar dari balon yang di gambar dan dulu harganya masih seratus rupiah (hahaa maklum dong, Nal. Kan sudah ganti musim). Dulu, memainkan balon gelembung ini sangat menyenangkan. Merasa excited karena awalnya warna bahannya macam-macam tapi ketika ditiup jadinya balon bening. Hal lain yang dulu sering kami lakukan adalah melubangi balon itu dengan cara menghisapnya (kami menyebutnya di-‘thok’) lalu kami tiup lagi balonnya biar lebih gedhe. Lebih seru lagi kalau ngerjain temen dengan nge-plak­-in balon ke mukanya, layaknya melempar kue tart ke muka, sehingga sang korban jadi kayak penampakan hahahaa.

Saya jadi mikir, kalau dikasih gas helium bisa ga ya? Kayaknya bagus tuh. Selain itu juga kepikiran kayaknya segala jenis gelembung yang aneh-aneh yang ada di spongebob itu lebih masuk akal kalau dibuat dari pletetan hihi.




Template Baru ~

Beberapa waktu yang lalu saya bosan dengan template blog saya. Muncul keinginan untuk mengubah-ubah sedikit tampilan blog. Surveynya lama juga, haha sekitar dua minggu. Berkali-kali saya mengotak-atik. Berkali-kali saya mengatur manual di html karena belum nemu template yang pas di hati. Berkali-kali pula saya mencoba ganti template tapi ternyata setelah dipasang belum sesuai dengan keinginan. Akhirnya sekarang dipakailah template ini. Sudah ini saja. Sudah capek gonta-ganti :D

TOFI Perburuan Bintang Sirius (Buku Kedua)

Sekitar dua minggu yang lalu, sebelum pulang kampung, adik kost saya menitipkan barang-barangnya di beberapa kamar karena saat dia kembali ke Bandung nanti kontraknya sudah habis dan saat ini dia belum bisa memulai kontrak kamar barunya karena masih dihuni pemilik lamanya. Jadilah kamar saya salah satu dari sekian kamar yang dititipi barangnya. Kebetulan saya dititipi rak buku yang juga difungsikan adik kost saya menjadi rak baju. Saya menemukan ada sebuah novel yang ada di rak itu. Untuk mengantisipasi gabutnya hari-hari saya maka saya meminta ijin untuk membaca novel itu kalau saya senggang. Ijin sudah didapatkan.

Buku yang saya maksud merupakan sebuah novel berjudul “TOFI Perburuan Bintang Sirius (Bagian 2)” yang ditulis oleh Prof. Yohanes Surya bersama Ellen Conny dan Sylvia Lim. Buku ini merupakan buku kedua dari trilogy Tofi. Pertama kali saya melihatnya saya malah bingung judulnya yang mana karena nama penulis tertulis jauh lebih besar daripada judul bukunya.

 Cover Novel Tofi Perburuan Bintang Sirius (Bagian 2)

Kali pertama saya membaca buku ini (sekitar dua minggu yang lalu) saya belum bisa masuk ke dalam cerita. Bukan belum membaca ceritanya, tapi belum bisa merasakan berada di dalam cerita. Benar saja. Ini adalah buku kedua yang ternyata sangat berkaitan dengan buku pertama. Saat itu, saya masih buta dengan konflik apa yang sebenarnya terjadi. Tiba-tiba saja muncul banyak karakter (yang tentunya banyak nama) yang terlibat dalam suatu masalah, tersesat dalam rumah tua dan saya belum bisa memahami karakter-karakter tersebut. Yang saya tahu bahwa tokoh-tokoh dalam penggalan cerita yang saya baca itu sedang terlibat dalam sebuah perlombaan. Plot yang terjadi di awal memberikan kesimpulan bahwa tokoh yang ada merupakan anak-anak sekolah. Kejadian yang digambarkan benar-benar menggambarkan watak anak remaja. Karena belum mengerti isi cerita dan merasa itu cerita anak-anak jadilah saya bosan di awal.

Beberapa hari saya tak berminat membaca hingga kemarin iseng-iseng saya melanjutkan membaca novel yang baru saya baca sekitar 10 halaman tersebut, meninggalkan niat awal saya untuk mengerjakan kerjaan KP haha. Tanpa sadar, saya sudah masuk ke dalam ceritanya dan pagi ini saya sudah selesai membacanya. Tak saya sangka saya bisa menghabiskan satu buku setebal 483 halaman dalam waktu sekitar 24 jam haha tentunya dengan mengabaikan beberapa hari kosong ketika saya masih malas membacanya.

Buku science fiction ini sangat menakjubkan. Berawal dengan konflik dalam perlombaan yang bermaksud mendidik ilmuwan muda, Science to Generation, novel ini memberikan beberapa pelajaran moral melalui peristiwa selama perlombaan. Tokoh-tokoh yang berperan sebagai peserta benar-benar menggambarkan kelakuan anak remaja sehingga suasana yang timbul benar-benar seperti berada di antara anak-anak SMP beneran. Banyak pengetahuan tentang fisika bahkan kimia diselipkan dalam novel ini terutama pada bagian bagaimana peserta lomba menyelesaikan tantangan dalam perlombaan.

Dalam novel ini digambarkan ilmuwan muda juga memiliki kehidupan seperti anak muda pada umumnya. Terdapat cerita asmara ala anak SMP yang masih kekanak-kanakan, persahabatan, persaingan yang menurut saya sangat menggambarkan betapa tokoh-tokoh yang terlibat dalam perlombaan masih kekanak-kanakan.

Walaupun ber-genre science fiction, menurut saya novel ini malah lebih banyak berisi misteri. Hal yang membuat saya larut dalam cerita ini adalah munculnya konflik dan fakta mengenai tokoh yang lainnya, seperti adanya mafia Black Schole dan White Thole yang merupakan tokoh antagonis dan sudah memulai pergerakan dengan mengirim orangnya menyusup dalam kepanitiaan perlombaan Science to Generation yang membuat saya sendiri bertanya-tanya sebenarnya apa hubungan dari semua cerita yang terjadi. Rasa penasaran membuat saya semakin larut dalam cerita. Masalah yang saya hadapi dalam membaca novel ini hanya satu, yaitu saya sama sekali tidak tahu detil informasi dalam novel pertama sehingga ada beberapa bagian yang mengungkit kejadian novel pertama yang saya tak mengerti.

Lama kelamaan, alih-alih bercerita tentang science, menurut saya novel ini berubah menjadi novel misteri dengan terkumpulnya fakta-fakta yang mengundang rasa penasaran mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada rumah misterius penginapan peserta lomba yang ternyata adalah rumah mahasiswa astronomi yang diduga dibunuh, juga tentang cincin Newton yang ditemukan tokoh utama, Tofi, serta beberapa kejadian yang tak luput dari mata selidik tokoh yang berjiwa detektif, William.

Pada akhirnya novel ini juga intrik dengan genre action dengan konflik perebutan cincin Newton. Insiden penyergapan Tofi dan teman-temannya ini jika saya imajinasikan menjadi scene yang sangat bagus dalam film action. Adegan-adegan dalam scene ini terasa menegangkan dengan penggambaran detil dari penulis sehingga saya dapat mengimajinasikan dan merasakan apa yang terjadi.

Novel ini berakhir dengan tokoh utama yang sudah terlepas dari masalah yang sebelumnya terjadi namun tak sepenuhnya selesai. Ending-nya meninggalkan misteri yang masih akan diselesaikan oleh Tofi dan teman-temannya karena kasus cincin Newton belum terpecahkan, membuat saya ingin membaca kelanjutan ceritanya di buku ketiga, juga buku pertama untuk mengetahui konflik awal yang terjadi.

7H-8H, Nostalgia Masa MTs

Ditulis Jumat, 19 Juni 2015

Tiba-tiba saja ba'da tarawih tadi ada sms dari seorang teman masa MTs. Kami sekelas biasa memanggilnya Blending. Entah itu panggilan muncul dari mana.

Seperti dua tahun sebelumnya, setiap blending menghubungi pasti ada hubungannya dengan buka bersama kelas 8H. Kebetulan kali ini saya terlibat jadi "panitia" (padahal cuma ngubungin ciwi2). Saya merasa saya jadi punya peran di kelas ini hahaaa. Saya merasa saya dianggap. Dan saya merasa benar-benar punya teman.

Selama saya kuliah, banyak "teman" yang saya temui berakhir dengan hanya kenal di saat yang singkat. Banyak juga yang saya kurang merasa nyaman dengan mereka meski frekuensi pertemuannya tinggi. Sangat mungkin penyebabnya sebenarnya sesuatu dalam diri saya sih hahaa. Tapi bukan berarti saya tak punya teman selama kuliah. Saya punya teman selama kuliah, teman yang dengannya saya merasa nyaman, teman yang saya tak sungkan buat cerita, teman yang saling mengingatkan dan menyemangati. Namun saya belum merasakan pertemanan yang seperti teman masa MTs yang walaupun kami sudah berpisah dan jarang kontak, ketika kembali kontak pun kami seperti tak pernah berpisah. Ya iyalah saya belum bisa merasakannya pada teman kuliah, kan kami belum berpisah hahaha. Kalau teman SMA, ada, tapi karakteristiknya berbeda jadi rasanya juga berbeda.

Membuat nostalgia. Bagi saya, masa-masa MTs (setingkat SMP) terasa lebih ngeh daripada masa SMA. I found friends there. Benar-benar teman yang kemana-mana selama sekolah pergi bersama, kecuali saat kami harus dipisahkan oleh kebijakan kelas baru harus diacak.

Pada zaman dahulu, di sekitar bulan Agustus 2007, saya dipertemukan dengan Aze sebagai teman sebangku saya, Nana dan Lely (seingat saya) di bangku sebelah kiri meja kami, dan Erina dan Tina di Meja belakangku. Seperti anak-anak pada umumnya, dalam suatu kelas (sebenarnya ini terjadi di perkumpulan manapun) akan muncul kelompok-kelompok kecil yang selalu bersama (namun berdasar pengamatan saya, yang banyak melakukan hal ini adalah cewe. Biasanya cowo lebih membaur bersama). Begitu pula dengan kelasku, waktu itu kelas 7H dengan wali kelas Pak Suwandi. Tapi siapa sangka ternyata saya bisa punya teman seakrab itu.

Kami selalu berenam. Kalau ada kebijakan kelas harus pindah meja biar ganti suasana, maka meja kami berdekatan. Kalau kami bosan, maka kami akan melakukan shuffle tempat duduk, tapi cuma diantara kami berenam. Kami selalu ke kantin bersama (kecuali di awal masuk, saya sering sendirian). Pulang pun naik sepeda bersama, kecuali Lely yang naik angkot (kami menyebutnya "Len"). Kalau ada yang nge-len selain Lely ya berarti pulang bareng Lely juga kan? Bahkan tak jarang kami jalan ke kamar mandi bersama. Padahal yang perlu ke kamar mandi cuma satu orang, lima yang lainnya cuma pengen jalan-jalan hahahaa. Dan ajaibnya peringkat satu sampai enam di kelas selalu ditempati oleh kami berenam, hanya saja posisinya yang berubah-ubah.

Setiap diminta membentuk kelompok, kami selalu berkompromi. Jika diminta sekelompok berdua, maka kami berkelompok dengan teman sebangku. Jika diminta bertiga, tinggal diatur2 lah. Yang susah itu kalau diminta buat kelompok isinya empat orang. Cukup sulit untuk memutuskan siapa dua diantara kami yang harus bergabung dengan "orang lain". Kalau diminta membuat kelompok 5 orang, maka kami akan melobby guru sekuat tenaga agar kami bisa berenam, dan sepanjang ingatan saya permintaan itu selalu dikabulkan karena jumlah peserta kelas yang bukan kelipatan 5 haha. kalau diminta 6 atau lebih tentunya kami selalu bersama, tinggal oprec siapa yang mau gabung dengan kami hahahaaa. Bahkan saya yakin semua guru yang mengajar kami tahu bahwa kami selalu bersama.

Saya ingat, mereka memiliki tulisan khas yang berbeda.
Nana punya tulisan yang menurut saya mirip tulisan anak SD (maaf, Na:D). Namun karena sering sebangku dengan lely, tulisannya lama kelamaan terkontaminasi gaya tulisan khas lely juga tapi tetap tak meninggalkan ciri khas asalnya.
Tulisan Lely sangat rapi, kalau dipaksain buat dimiripin font di komputer, tulisannya mirip font Courier New. Ukuran tulisannya besar dan tulisannya tipis. Sangat kontras dengan Nana yang tulisannya bisa tercetak bekasnya di lembar selanjutnya.
Aze khas dengan tulisannya yang kecil. I think, seukuran size 8 untuk font calibri. Dan selama kelas 7 dia sering banget pakai bulpen P*lot.
Tina punya tulisan italic. Dengan tulisan memanjang secara vertikal namun lebarnya secara horizontal kirang mengimbnanginya. Yang paling eye-catching dari tulisannya adalah cara menulis huruf 'g' yang menurut saya kayak buletan punya ekor kayak cacing.
Tulisan Erina menurut saya seperti gabungan tulisan Nana dan Lely, tapi versi lebih bagusnya.
Memang diantara kami berenam tulisan yang ga rapi adalah tulisan saya dan Nana (maaf, Na, jadi korban. Tapi saya yakin tulisanmu sekarang jauh lebih bagus dibandung tulisan tangan saya yang berevolusi menuju tulisan dokter). Kok jadi ngomongin tulisan

Dulu di MTs setiap tahun ada perlombaan kebersihan dan keindahan serta kemenarikan kelas. Maka tak wajar ada tempelan-tempelan dan hiasan-hiasan di kelas-kelas. Saya masih ingat saat itu pas kelas 7, untuk mempersiapkan itu, wali kelas kami Pak Wandi mengajak kami membersihkan dan menghias kelas bersama di hari minggu (cuma sekali kok). Saya masih inget waktu itu yang dateng ga semuanya, kami ngepel bareng, masang ornamen-ornamen yang digantung di jendela jadi ada kayak gorden gitu. Di weekday selanjutnya, kami memutuskan untuk memberikan tulisan-tulisan seperti quote di kelas, desain diserahkan pada Retno seingat saya. Dan mading kelas kami super sekali banyak hiasannya (kebetulan juga ada lomba mading kalau ga salah). sebenernya itu nempel di pintu ke kelas sebelah sih hahaa. Di dekat mading kami taruh beberapa tanaman. Saat pulang sekolah tanaman itu dikeluarkan biar ga didalem ruangan terus. Siapa sangka ternyata kelas kami meraih juara 1. Hahahaaa menyenangkan sekali. Kami mendapat hadiah kipas angin yang dipasang di kelas dan piala bergilir dari sekolah. (seinget saya) kami juga dapat jajan buat satu kelas. Sayang sekali kelas 8 kami harus pindah posisi kelas jadi kami meninggalkan kipas angin yang hadiah itu.

Dulu selama MTs saya memanfaatkan teman sebangku saya. Mata saya minus, tapi saya tak bilang ke orang tua (makanya sekarang kacamata saya tebel). Jadi mau tak mau siapapun teman sebangku saya, saya paksa untuk rajin mencatat juga saya paksa untuk bersabar kalau saya mengganggu dan clingak-clinguk nyontek tulisannya.

Kami beruntung saat naik kelas 8 tidak ada pengacakan kelas. Kami masih bisa bersama-sama dalam satu kelas. Di kelas 8 kami makin akrab. Bahkan banyak yang mengatakan kami ini geng haha (walaupun sebenarnya kami juga menganggap itu benar). Iseng-iseng saja kami menyusun inisial nama kami dan terbentuk kata LETNAN (Lely, Erina, Tina, Nala, Aze, Nana). Betapa alaynya kami, kami menyebut kelompok kami d'LETNAN. Malu juga saya mikirinnya sekarang. Tahun kedua merupakan tahun "nakal-nakal"nya saya karena sedang merasa senang, sudah punya teman yang akrab.

Ternyata pembentukan blok-blok manusia ini juga terjadi pada cowo di kelas 8, namun ga se-ngeblok kaum hawa sih. Muncullah orang-orang yang menurut kami sering bersama dan super nyebelin karena bullying-nya mantep. Waktu itu ada Dewo yang menurut saya menyebalkan karena dia sering melakukan hal yang menurut saya aneh. Bukan aneh yang nyleneh kayak maaf, orang idiot, tapi aneh karena melakukan sesuatu yang menurut saya ga penting dengan gayanya. Heheee maaf ya, Wo. Ada Dian (biasa dipanggil Bandi. Asal mulanya : nama di kaos olah raga SD nya "Bahdian", diplesetin Bahdi, diplesetin lagi jadi mbah Di, makin diplesetin lagi jadi Bandi), orangnya cadel dan waktu itu lebih pendek dari saya (maaf, ya mbah). Saat itu jago bahasa Inggris. Ada Yayak yang bullying-nya lebih parah daripada Bandi (menurut saya), jago main bridge. Dia udah menang Bridge berkali-kali dan masih menekuninya sampai sekarang. Yang terakhir Shodiq yang entah kenapa bisa-bisanya dipanggil Blending (baca huruf e nya kayak huruf e di kata merak).Ketiga orang selain Dewo nyebelin karena bullying nya super sekali. Kami menyebutnya Wartet kwek kwek. Tapi ternyata tiga diantara merke (kecuali Bandi) saat ini malah jadi pengarep (jawa, Bahasa Indonesianya : gardu terdepan) yang berusaha buat menjaga silaturahmi kelas kami. Terakhir saya bertemu mereka, bullying mereka berkurang. Mungkin mereka mulai belajar dewasa hahahaaa

Di kelas 8 ini juga kami ber-enam mendapat julukan yang aneh-aneh. Saya lupa sebagian gimana ceritanya bisa muncul. Lely yang paling beruntung punya julukan yang cukup bagus.
Lely : Lely Pretty Wonder Woman, juga kadang dikatain "lele"
Erina : Erintong. Bisa-bisanya kami nemu kata ini
Tina : M'tin (baca: emtin). Ini sebenernya gara-gara bahasa sms yang menyingkat mbak jadi "m" doang, jadi m'tin
Aze : Spanjang ingatan saya, aze yang belum punya panggilan aneh2.
Nana : entah gimana ceritanya dipanggil "Tombro" oleh Wartet kwek kwek
Saya sendiri dipanggil "kanil" oleh Erina, Nana, Tina, Irfanus (founding father dari julukan ini), Aden. Itu berasal dari Irfanus yang iseng banget manggil saya "kak Nila" trus diplesetin jadi "kanil"

Namun ternyata takdir memisahkan kami. Naik kelas 9, kamu satu kelas terpencar. Kelas 9 pun menjadi tak seseru kelas 8. Selain karena program sekolah yang lebih fokus akademik karena UAN juga kami terpisah-pisah dan sempat terjadi konflik antara dua orang (mereka satu kelas lagi). Namun saat ini konflik itu sudah reda. InsyaAllah.

Haah sebenarnya masih banyak hal yang belum diceritakan tentang masa-masa MTs yang menyenangkan itu. Nostalgia ini mengingatkan saya, saya pernah bisa menemukan teman yang super (saya bingung menjelaskan maksud saya teman yang bagaimana), punya kisah yang menyenangkan. Saya yakin saya akan mendapatkan teman yang seperti mereka selama hidup di kampus ini.

KP Week-4

Ditulis Kamis, 18 Juni 2015

Terakhir kali cerita tentang KP adalah KP di hari pertama banget, dengan pengalaman yang konyol dan tugas pertama adalah mengganti variabel. Tugas pertama ini selesai sebelum deadline namun proses selanjutnya yang molor-molor membuat terasa sama saja hahah.

Setelah tugas pertama itu ternyata kami ber-6 (Alin, Kwo, Jefery, Fanny, Husna dan saya) diberi tahu oleh pembimbing kami, Pak Ridlo kalau selanjutnya kami akan dibagi menjadi tiga tim dengan topik yang berbeda (ini dikasih tahu sejak hari rabu entah tanggal berapa). Berhubung sepertinya kami kurang care satu sama lain, et dah, untuk empat orang yang bermasalah (termasuk saya) baru bisa memutuskan sekelompok sama siapa dan mau ambil topik yang mana di hari selasa. Iya. Kami perlu waktu enam hari untuk menentukan kelompok dan topik. Mungkin bagi orang-orang yang lain it's such an easy small thing. But I think, it's not for us hahah.

Saya sama Fanny ambil bagian pemisahan bagian simulator rel kereta api menjadi bagian server dan client. Progress saya sangat lambat. Saya katakan progress saya karena selama hari terbentuknya kelompok hingga hari jumat di minggu yang sama, saya cuma baru nginstall Visual Basic 6. No more or less hahah (i know it's not something to be proud of).

Sempat bingung dengan penjelasan pembimbing. Maklum, saya belum ngerti banyak tentang beginian, selain itu sepertinya pembimbing kami mengira (paling tidak) kami sudah tahu atau mengerti tentang apa yang sebenarnya kami kerjakan. mungkin fanny mengerti sejak awal, tetapi saya perlu waktu yang lebih untuk mengerti.

Karena bingung apa yang harus kami lakukan, kami memutuskan hari ini kami harus masuk, ketemu pembimbing. As I had predicted, the first word came out from Mr. Ridlo was "Gimana? Gimana?". Saya ceritakan apa yang sudah saya lakukan.

"Kemarin kan bapak minta saya untuk mencoba nge-print variabel yang vital kan, sudah saya lakukan, tapi saya buat dari file yang nonvital"

"Lhoh, kenapa yang itu? yang vital kenapa?"

"Kan yang vital ga bisa, Pak. Ada error gitu"

"Coba saya lihat"


Akhirnya program itu di-otak-atik sama bapaknya. Trus tiba-tiba error hilang. Hah?

"Trus ini sudah pak? gini doang? sudah selesai?"

"Sebenarnya dulu sudah ada yang mencoba buat, tapi gagal gitu"


Otak saya berontak. Saya belum ngapa-ngapain. Dan yang menyelesaikan pembimbing. Trus aku KP ngapain? kalau bisa disolve cuma dalam beberapa menit kenapa ga dari dulu dibenerin coba? Pokoknya sebagian besar waktu tadi otak saya berontak.

Akhirnya kami diminta untuk mencoba apakah hubungan client-server ini sudah jalan atau belum. Karena waktu yang terbatas, akhirnya kami diminta nyoba esok hari saja.

Karena mungkin pemberontakan otak saya tercurahkan pada mimik wajah saya, sepertinya pembimbing kami menangkap sinyal-sinyal pemberontakan itu. Hahahaaa

Saya memberanikan diri, "Pak, ini beneran udah selesai?"

"Ya kalau dicoba udah bisa, yaudah"

"Tapi rasanya kami belum ngapa-ngapain, Pak"


Mungkin kalimat terakhir saya memberikan kesan ambis hahah. Akhirnya pembimbing kami menawarkan topik baru. Dan kami sepertinya berencana untuk mengambilnya hahaaa. Semoga saja selanjutnya makin dilancarkan. Semoga saja kerja praktik ini nanti seperti yang diharapkan.

Berangkat KP Naik Bus


Ditulis Kamis, 18 Juni 2015

Entah hari ini sudah KP day keberapa. Yang jelas sekarang sudah masuk week-4. Maklum, Saya dapat pembimbing yang memberikan "kebebasan" masuk KP. Beliau hanya bilang minimal datang seminggu sekali dan tiap minggu ada progress report. Yang penting kerjaan selesai. Namun justru kebebasan itu membuat teman-teman sepembimbing saya menjadi jarang berangkat KP. Malah ada yang benar-benar datang sekali dalam seminggu.

Dengan insiden "pengusiran" kami dari ruangan yang kami huni selama KP hingga minggu kedua, membuat kami menjadi tak punya "tempat kerja" dan membuat semakin mager buat berangkat (itu yang saya alami sih). Alasan "pengusiran"nya : anak-anak KP yang lain aja di luar, bareng sama pekerja yang lain, kami kok dapat ruangan sendiri, ber-AC lagi.

Saya yang sebelumnya berniat tiap hari harus datang KP entah ada kerjaan atau ga pun jadi mager juga buat berangkat solnya ya bingung juga "kluntrang-kluntrung" dewean. Bingung mau ngerjain di mana.

Hari ini rekor datang pagi buat KP. Pukul 06:57 sudah sampai di Area kantor hahah. Bahkan gedung diklat pun masih tutup saat itu hahah. Sepanjang sejarah KP hingga saat ini, inilah waktu datang paling pagi, mengalahkan rekor sebelumnya yaitu 07:20

Sengaja berangkat lebih pagi karena pengen nyobain rasanya naik bus buat berangkat itu gimana. Sebenernya  karena merasa naik bus lebih murah sih :D Sebenarnya pengennya naik bus Damri Dipati Ukur-Jatinangor eh tapi ternyata yang datang duluan bus Damri Diapti Ukur - Leuwi Panjang. Yasudah naik saja.

Bus yang ini enak. Sudah lama saya pengen naik bus ini hahaa it looks good and comfortable from outside. Tapi di dalam memang bagus dan nyaman kok. Penataan tempat duduk di bus ini berbeda dengan bus yang selama ini saya tumpangi (makanya saya pengen naik bus ini). Tempat duduk ditata seperti pada kereta di luar negeri. Kalau di sini mah mirip angkot, cuma kalau bus space nya lebih besar haha. Dengan penataan tempat yang demikian memberikan kesan longgar di dalam bus sehingga terasa lebih nyaman. Selain itu tata ruan ini memberikan sisa ruang di tengah yang bisa diisi oleh orang yang berdiri (makanya ada pegangan tangannya). Tapi selama dua kali saya naik bus ini (tadi dan hari Jum'at yang lalu) saya belum menemukan kasus kursi penuh hahaaa. But I think it's more efficient. Bisa ngangkut lebih banyak orang sekaligus lebih nyaman hahaaa. Kelemahannya, kalau belum terbiasa dengan posisi duduk yang menghadap pinggir jalan, rasanya pusing juga hahahaaa

 (kurang lebih beginilah bagian dalamnya. sumber : internet)

Ada slogan beserta icon-nya yang cukup eye-catching tertempel pada kaca bagian luar "AYO NAIK BUS! BIAR NGGAK BIKIN MACET". Good isn't it? Mereka mengajak orang-orang untuk mengurangi macet. Menurut saya ini sebuah langkah yang bagus (membuat angkutan umum lebih nyaman). Karena menurut saya nyaman menjadi salah satu pertimbangan orang untuk memilih hahahaa.




(ini slogan yang eye-catching itu)

Untuk saat ini mungkin pengaruhnya belum terlalu terasa karena ya memang selain orang-orang yang belum berinisiatif juga jumlah angkutan umum (khususnya bus) masih sedikit (ya kali, sekarang yang masih dikit aja masih longgar begitu :D). Tapi saya yakin seiring berjalannya waktu, angkutan umum akan berevolusi menjadi semakin bagus, keren dan termanfaatkan dengan baik.

Dear Friends - Triplane


Dear Friends adalah salah satu soundtrack anime One Piece. Menjadi soundtrack closing episode tentang usaha penyelamatan Robin namun masih di daerah Water 7. Saat menjadi closing, lagu ini terasa biasa saja (sebenarnya ini juga karena saya sering skip bagian closing untuk mempercepat running One Piece :D) Tapi lagu ini benar-benar emosional saat menjadi soundtrack scene perpisahan dengan Merry-Go (nama kapal bajak laut Mugiwara yang pertama).

Scene di akhir episode 312 itu sangat menyentuh. Ditambah dramatisasi oleh ilustrasi flashback petualangan yang dilalui, juga bagaimana perjuangan yang baru saya mereka lakukan untuk menyelamatkan Robin (salah satu kru), dan setelah mendapatkan kembali temannya malah mereka harus kehilangan kapal mereka. Scene ini berhasil mengajak saya ikut merasakan bagaimana "kesedihan" yang terjadi.

Dan akhirnya lagu ini justru menjadi icon scene perpisahan dengan Merry-Go bagi saya

Setelah mencari potongan episodenya di Youtube (akhirnyaa), ini video scene yang saya maksud (walaupun video yang didapatkan tidak sesuai dengan ekspektasi )