Bersepeda, Bertujuan
Halo! Hore saya bersepeda lagi. Saya sepedaan lagi ke area Dungus. Today was the farthest. Harus ditantang untuk lebih dari sebelumnya dong. Hehe. Btw tulisan ini agak lebay lho wkwk.
Pada mulanya, saya berniat sepedaan sampai Pasar Dungus saja kemudian langsung balik kanan pulang lewat rute yang berbeda. Saya mengonfirmasi bahwa rasa "lebih mudah" yang terasa sebelumnya saat bersepeda ke Monumen Kresek adalah karena adanya teman. Kali ini saya sendirian. Untuk sampai Pasar Dungus saja saya sempat, "Mana sih pasarnya? Kok ga nyampe-nyampe."
Meski begitu, sesampainya di Pasar Dungus saya malah menolak rencana pulang.
"Masa udah sih? Coba naik lagi lah. Coba lihat kuatnya sampai mana."
Pertigaan menuju Monumen Kresek pun terlampaui. Ternyata jalanan yang telah terlewati selama ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan jalanan sesudah pertigaan ini. Tanjakan sepanjang jalan. Namun, ujian itu diimbangi dengan indahnya alam sekitar. Kanan-kiri jalanan masih seperti hutan. Bukan belantara. Mungkin lebih tepat disebut kebun karena masih diurus oleh pemiliknya.
Di beberapa titik terlihat petani di kebunnya. Ada yang sedang mencangkul, ada pula yang sedang istirahat bersama teman-temannya di bawah rindang pepohonan jati. Sebagian besar jalanan yang saya lalui begitu rindang, terkena efek dari kebun sekitar. Udaranya pun segar dan cukup dingin meski pada akhirnya kalah dengan tingginya suhu tubuh karena berolah raga.
Rasanya sudah cukup jauh saya mengayuh sepeda namun batas kekuatan dan ketahanan saya belum muncul.
"Kalau tidak menetapkan batas, menetapkan tujuan, jadinya begini ya? Tanpa arah yang jelas. Melakukan sesuatu yang ujungnya ga tahu di mana. Kalau begini bisa saja ga ada habisnya."
"Benar juga. Baiklah. Mari kita tentukan tujuan."
"Gimana kalau kita batasi sampai LLO"
"OK. Call!"
Ada yang tahu apa itu LLO? Lori Listrik Otomatis (kalau search lebih baik dimulai dengan kata kunci Lori Tambang saja). Tempat kerja punya prototipenya di sebuah workshop di Desa Kuwiran, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun. Yay. Akhirnya tujuan saya jelas.
Dengan sabar saya titi jalanan. Berganti gir berkali-kali. Paling sering menggunakan gir belakang nomor 1 (gir depannya ga diganti-ganti). Rasanya lama sekali saya mengayuh. Kaki mulai berkurang kekuatan kayuhnya. Terkadang, saya sedikit membungkuk. Logika saya berpikir itu akan mengurangi running resistance. Ga tau sih bener atau engga nyahahaa. Tapi memang posisi bersepeda agak membungkuk membuat kayuhan lebih ringan. Dugaan saya, it's either the aerodynamics (running resistance) or just the body positioning, seperti bagaimana ilmu tuas digunakan. Halah Nala bacot.
Rupanya target LLO ini beyond my expectation. Rasanya saya sudah sampai batas kekuatan saat itu tapi titik akhir tak kunjung terlihat. Perut yang belum diberi sesajen berkali-kali berkokok. Namun, enggan saya mampir ke warung. Pantang makan sebelum perjalanan kembali.
Sepanjang perjalanan, yang ada di pikiran saya adalah,
"Ini LLO nya mana sih? Kok ga nyampe-nyampe?"
"Ayo! Push yourself a little more! A little more! A little more! Ayo. Bisa!"
Akhirnya saya melewati gerbang masuk Desa Kuwiran. Optimisme naik. Sebentar lagi sampai. Kayuh lagi. Namun, rasanya kayuhan saya tidak juga kunjung menemukan tujuan akhir. Saya memutuskan berhenti di dekat sebuah pos kamling. Minum air putih yang sudah di batas-batas akhir. Di sana saya berpikir untuk berhenti saja, putar balik.
Hampir menyerah |
"Shall I quit?"
"NO! Sudah sejauh ini. Ayo! NO QUITTING!"
Perjalanan dilanjutkan. Kaki rasanya sudah cukup lemas. Kayuh sekuatnya, sebisanya. Akhirnya kabar bahagia datang. LLO terlihat! Rupanya LLO sudah tidak jauh dari pos kamling tadi. Mungkin tidak lebih dari 300 meter jaraknya.
Puas rasanya mampu mencapai target diri. Apalagi target yang ternyata di luar zona nyaman. Saya tuntun sepeda ke seberang LLO. Mengabadikan pencapaian.
Mantap, Nala! Love you! |
Saatnya beristirahat. Dengan kaki masih lemas, saya tuntun sepeda naik ke area bangunan pemilik LLO. Di samping area LLO sebenarnya ada masjid unik, Masjid Ussisa Ala Taqwa namanya, yang lebih ajib untuk tempat istirahat. Namun, saya urung. Di sana ada beberapa bapak-bapak yang sedang bersih-bersih tamannya. Saya memilih duduk di belakang gedung area LLO saja. Sendirian.
Perjalanan menuju LLO tadi membuat saya berpikir bagaimana jika tadi saya benar-benar memutuskan untuk putar balik? Saya tidak akan tahu bahwa ternyata tinggal sedikit lagi tujuan sudah di depan mata. Saya tidak akan tahu bahwa diri saya mampu melebihi batas diri hingga bisa sampai di tujuan.
Menilik hidup saya yang lebih banyak dalam mode "jalan saja", dari sini saya tersadarkan bahwa punya tujuan atau target itu ada pentingnya juga. Tidak hanya agar tidak melakukan suatu seperti tiada habisnya tapi juga ada alasan memaksa diri to push it a little more.
Pukul 8.45 WIB saya beranjak putar balik. Saatnya pulang. Pikiran yang terus bermunculan selanjutnya adalah, "Lapar! Makan di mana ini sendirian begini?"
Capaian baru: 40,3 km. Gradiennya ga tahu berapa 😁 |
Comments
Post a Comment