The Weird Me: Pernikahan
Belakangan saya sadar ada satu hal lagi yang agak ga umum dari diri saya. Dari pengamatan saya di lingkungan, orang-orang seumuran saya rata-rata sudah memikirkan pernikahan, sudah ada keinginan untuk menikah. Ga jarang saya nemu mereka baper kalau ke mantenan atau sekedar dapet undangan ke nikahan.
Nah saat saya ngaca, kok yang saya dapati diri saya tidaklah demikian. Di beberapa kasus kehidupan memang entah kenapa saya antimainstream makanya agak susah nyari yang klop sepemikiran. Tak terkecuali kasus ini.
Saya sendiri seringnya merasa saya masih 16-17 tahunan. Ini ngomongin kelakuan dan psikologis loh ya. Saya sering lupa bahwa seumur-real saya sebenernya sudah menjadi hal yang biasa untuk memikirkan dan membicarakan perihal jodoh dan pernikahan.
Sekarang diri saya lebih mending loh. Sekarang saya sudah sadar bahwa hal tersebut wajar. Sebelum wisuda, saya masih merasa nikah itu urusan orang gedhe. Masih terasa memalukan untuk saya saat itu untuk membahas masalah jodoh.
Meski sadar bahwa sudah wajar, saya ga yang baper pengen nikah. Mungkin belum sih haha. Saya hanya sadar bahwa suatu saat saya akan menikah. Bahkan meski belum ada calon entah dapat wangsit dari mana, saya punya feeling saya akan nikah ga lama setelah kontrak kerja sekarang berakhir. Saya justru tertarik pada hal yang dilewati setelah pernikahan: tentang punya anak. Saya lebih tertarik dengan bahasan tentang bagaimana perasaan punya anak, bagaimana anggapan orang pada umumnya terhadap anak dan harusnya bagaimana, bagaimana cara mendidik anak, bagaimana orang tua berpengaruh terhadap anaknya, gimana rencana kegiatan (pekerjaan) saya kalau sudah punya anak, dsb. Intinya sih tentang gimana dealing dengan amanah yang namanya anak.
Di situlah anehnya saya. Menurut saya ketertarikan pikiran saya ini agak ga umum. Kayak loncat gitu soalnya. Sempet nanya ke satu orang sih apakah pas dia memutuskan punya anak sudah memikirkan konsekuensi bahwa harus begini begini, harus persiapan begini begini, harus berubah begini begini. Dan jawabanya: dia baru kepikiran setelah punya anak. Sementara saya malah ga baper nikah, ga mikirin nanti harus gimana ke suami, ... Harus mikirin apa sih soal pernikahan??? Saya malah lebih tertarik sama yang berhubungan dengan menjadi orang tua. Gatau sih kalau ternyata fenomena saya ini biasa aja. Hahaha
Nah saat saya ngaca, kok yang saya dapati diri saya tidaklah demikian. Di beberapa kasus kehidupan memang entah kenapa saya antimainstream makanya agak susah nyari yang klop sepemikiran. Tak terkecuali kasus ini.
Saya sendiri seringnya merasa saya masih 16-17 tahunan. Ini ngomongin kelakuan dan psikologis loh ya. Saya sering lupa bahwa seumur-real saya sebenernya sudah menjadi hal yang biasa untuk memikirkan dan membicarakan perihal jodoh dan pernikahan.
Sekarang diri saya lebih mending loh. Sekarang saya sudah sadar bahwa hal tersebut wajar. Sebelum wisuda, saya masih merasa nikah itu urusan orang gedhe. Masih terasa memalukan untuk saya saat itu untuk membahas masalah jodoh.
Meski sadar bahwa sudah wajar, saya ga yang baper pengen nikah. Mungkin belum sih haha. Saya hanya sadar bahwa suatu saat saya akan menikah. Bahkan meski belum ada calon entah dapat wangsit dari mana, saya punya feeling saya akan nikah ga lama setelah kontrak kerja sekarang berakhir. Saya justru tertarik pada hal yang dilewati setelah pernikahan: tentang punya anak. Saya lebih tertarik dengan bahasan tentang bagaimana perasaan punya anak, bagaimana anggapan orang pada umumnya terhadap anak dan harusnya bagaimana, bagaimana cara mendidik anak, bagaimana orang tua berpengaruh terhadap anaknya, gimana rencana kegiatan (pekerjaan) saya kalau sudah punya anak, dsb. Intinya sih tentang gimana dealing dengan amanah yang namanya anak.
Di situlah anehnya saya. Menurut saya ketertarikan pikiran saya ini agak ga umum. Kayak loncat gitu soalnya. Sempet nanya ke satu orang sih apakah pas dia memutuskan punya anak sudah memikirkan konsekuensi bahwa harus begini begini, harus persiapan begini begini, harus berubah begini begini. Dan jawabanya: dia baru kepikiran setelah punya anak. Sementara saya malah ga baper nikah, ga mikirin nanti harus gimana ke suami, ... Harus mikirin apa sih soal pernikahan??? Saya malah lebih tertarik sama yang berhubungan dengan menjadi orang tua. Gatau sih kalau ternyata fenomena saya ini biasa aja. Hahaha
Comments
Post a Comment