Ramadhan Sebentar Lagi. Sudah Siap?

Ramadhan tinggal beberapa hari lagi. Jujur, saya miris melihat diri saya sendiri yang malah nggleyor. Belakangan saya merasa secara spiritual terjadi kemunduran padahal seharusnya saya menata hati, mempersiapkan diri untuk Ramadhan.

Karena kontemplasi beberapa tahun belakangan membuat saya sadar, Ramadhan bukan hanya sekadar puasa fisik. Kontemplasi yang akhirnya mempertanyakan apakah Ramadhan saya cukup berarti ataukah saya merugi?

Kontemplasi saya dimulai dengan melihat kenyataan banyak kompensasi-kompensasi yang diberikan ataupun saya lakukan karena sedang puasa. Contoh: bermalas-malasan. Memang puasa mungkin cenderung membuat badan lemas karena tidak mendapat asupan secara terus menerus, lantas apakah ini berarti wajar untuk menjadi bermalas-malasan?

Lalu urusan makan. Kalau saya pikir-pikir, puasa atau engga bagi saya sama saja dalam hal makanan. Karena saya biasa makan sehari dua kali. Kalau puasa jadi cuma geser jam makan saja kan? Lantas apa artinya semua ini kalau cuma geser jam makan? Pasti ada sesuatu yang lain.

Selanjutnya melihat perilaku banyak orang yang saya lihat termasuk diri saya sendiri saat waktu buka. Makanan yang disajikan sering dibuat spesial, tak seperti biasanya. Banyak orang berjualan ini-itu yang menurut saya akhirnya mengundang konsumerisme. Ditambah tak sedikit yang makan banyak-banyak selama waktu diperbolehkan makan. Jika demikian, apakah puasa yang kata orang untuk membersihkan fisik jadi menghasilkan hal yang sama? Apakah puasa yang katanya menahan diri hanya dilakukan pada saatnya lantas di saat berbuka kita mengumbar pemuasan nafsu?

Sebenarnya bermunculannya penjual spesial Bulan Ramadhan bukanlah hal yang negatif. Banyak orang mendapatkan rezekinya dari jalan itu dan itu bukanlah hal yang haram dilakukan. Memberikan hal spesial untuk diri sebagai hadiah atas perjuangannya juga bukan hal yang salah sama sekali. Hanya saja, mungkin kita perlu merenungkan diri apakah yang kita lakukan masih wajar atau sudah terlalu melenceng dari esensi utama.

Satu hal lagi yang menurut saya cukup berpotensi menjebak: persiapan lebaran. Gini. Entah pemikiran saya benar atau tidak, saya merasa ada yang salah dengan persiapan lebaran. Saya melihat di lingkungan kita sudah seperti sebuah keharusan untuk sementara "bermewah-mewah" untuk menyambut lebaran. Seolah-olah harus untuk membeli jajan lebaran ini dan itu, pakaian ini dan itu, ngasih parsel ini dan itu, dsb. Semua itu sama sekali bukan hal yang salah. Malah sebenarnya baik sebagai bentuk menghargai diri, orang lain, dan bulan suci itu sendiri. Tapi "seolah-olah harus"nya ini loh. Saya merasa miris ketika orang-orang harus memaksakan diri bekerja keras bagai quda sampai rela meninggalkan ... Sholat tarawih misal yang hanya ada setahun sebulan yang tidak akan ditemui selain di bulan dia bekerja keras bagai quda ini demi sebuah "adat" lebaran harus baju baru, jajanan enak terhidang, dan memberi sangu bocah-bocah. Apalagi kalau kerja keras bagai quda demi adat keharusan ini sampai membuatnya meninggalkan puasa. Sangat disayangkan kan? Padahal semua itu bukan keharusan. Itu hanya seolah-olah harus karena orang-orang umumnya melakukan hal yang demikian. Again, hal-hal tadi sama sekali tidak salah, hanya sepertinya rugi jika sampai melencengkan kita dari hal yang esensial.

Hal lain dimana saya sering merugi dalam bulan Ramadhan adalah gimana saya menjalani hidup seperti biasa saja. Kurang ada atau malah tak ada peningkatan kualitas diri dalam sebulan itu. Bulan yang harusnya di sana banyak agenda pdkt, banyak merenung, refleksi diri, berdoa, belajar, malah dilalui dengan biasa-biasa saja padahal kesakralan bulan itu luar biasa. Bahasa lainnya sih pahala lagi promo gedhe-gedhean.

Ketika Ramadhan berganti menjadi Syawal lantas bertanya-tanya apa yang meningkat dari diri. Dan apa yang ditemui?

Makanya menata hati menyambut bulan spesial ini perlu agar saat tiba, kita siap untuk tidak melewatkan promo yang ada. Pun siap untuk menyelam dan mendapat mutiara esensi dari kegiatan bulan ini.

Comments

Popular posts from this blog

Es Wawan