Cita-cita

Saya punya cita-cita baru: jadi penulis. Yang utama sih penulis buku baik fiksi atau nonfiksi tapi ga bisa dipungkiri saya juga pengen jadi content writer. BTW kalau dibilang baru, engga juga sih ya kan saya udah state ini publicly sejak saya update laman about haha.

Semakin ke sini, saya melihat menjadi penulis tuh keren banget. Saya pengen jadi penulis yang bisa membawa pembaca masuk ke dunia buatan saya. Berimajinasi, merasakan ketegangan, kebahagiaan, kesedihan, dan segala jenis emosi yang ada di tulisan saya. Orang yang sering baca pasti sadar ada beberapa perubahan yang terjadi pada diri mereka karena tulisan. Tulisan secara tidak sadar dapat merasuk di hati, menanamkan doktrin, mengembangkan harapan, menusuk kepala batu, mencuci otak, membuat perubahan. Keren kan?

Membiarkan orang lain membaca tulisan kita adalah sebuah tanggung jawab yang tidak main-main. Ya karena tadi: kita bisa menyemai perubahan umat melalui tulisan. Akan sangat membahagiakan jika karya kita turut berperan dalam sebuah perubahan menuju kebaikan.

Meski saya bercita-cita demikian, saya masih belum tau tulisan seperti apa yang ingin saya jadikan genre karya utama saya. Apakah cerita fiksi, atau puisi, atau sharing pengalaman dan motivasi, saya belum tahu. Saya latihan semampu saya saja dulu.

Saking pengennya saya jadi penulis, saya pernah nulis di status WA (hahaaa ga install ig sih wkwk hanya dishare ke sekitar 26 kontak pula), target saya ketika kontrak kerja saya habis sudah ada draft tulisan siap kirim ke penerbit. Kalau bisa sih pas kontrak berakhir bukunya udah terbit biar bisa dikasih buat kenang-kenangan ke best persons di tempat kerja kalau saya ga lanjut kontrak. Kalau lanjut yaaa tetep dikasih. Hahaha. Meski begitu, saya masih tetep belum kebayang sih buku kayak gimana yang cocok saya tulis. Mungkin ada yang mau kasih masukan berdasarkan pengalaman mengenal saya baik secara langsung atau melalui tulisan? Woy Nal, emang di sini ada yang baca? Kan lu milih bercurhat ria di sini karena ga ada yang baca wkwkwk.

Yaudah aminin aja lah ya cita-cita saya.

Cita-cita pertama saya adalah menjadi guru. Sudah sempat tercapai karena sebelumnya saya memang sempat ngajar les. Ngajar ternyata ngangenin juga. Dulu saya ngajar banyakan anak SMP. Saya merasa nyambung sama mereka. Hihihi

Selanjutnya, cita-cita saya kalau ga enjiner ya jadi ilmuwan. Masuk dunia kuliah, terseok-seok menghadapi dunia tapi tetap saja saya masih ingin jadi enjinir. Bahkan saya masih berani bermimpi kuliah enjiniring lagi meski menyadari keterseokan yang begitu berarti. Kesulitan yang pernah bikin diri kayak mayat hidup. Memenuhi ciri-ciri makhluk hidup tapi jiwanya mati. Kesulitan yang membentuk saya seperti sekarang ini, entah baik entah buruk.

Saat ini, posisi saya ada di cita-cita ini. Pengalaman selama beberapa bulan ini memang banyak menampar saya. Menyuburkan pikiran bahwa mungkin dunia saya bukan di sini. Tapi bisa jadi kan sebenarnya tempat saya memang di sini, cuma perlu waktu untuk belajar dan healing myself dari segala efek buruk pengalaman hidup sebelumnya.

Nanti jika saya harus meninggalkan pekerjaan ini, saya mau serius menulis dan nyemplung ke dunia pendidikan, ikut gerakan-gerakan di bidang pendidikan. Kalaupun nanti saya jatuh cinta cukup dalam sama enjiniring, saya akan tetap serius dengan dunia menulis, mungkin peran di dunia pendidikan yang porsinya akan agak kurang.

Dari kedua skema tadi sih common thing nya saya mau serius menulis. Ga peduli apakah akan menjadikannya profesi utama atau tidak. Yang jelas saya ingin karya saya dibaca orang banyak dan memberikan efek yang baik. Kalau bisa menekuni jadi penulis, enjiner, dan ikut gerakan pendidikan sih mantap syekali. Aamiin.

Comments

Popular posts from this blog

Es Wawan