Berkomunikasi denganNya
Sering saya
berandai-andai untuk berkomunikasi dengan Allah. Sebenarnya sudah ada sholat
yang seharusnya menjawab keinginan saya. Saya ingin berkomunikasi dengan Allah “in
my way”. Padahal seharusnya bacaan-bacaan dalam sholat dapat mewakili segala
yang ingin saya curahkan. Namun, jujur saja, saya masih belum sampai pada level
dimana saya dapat menjiwai sholat dengan sepenuhnya. Saya ingin curhat pada-Nya
seperti saya curhat pada teman saya. Makanya, terkadang saya masih
berandai-andai, terutama ketika saya merasa mendapatkan sesuatu yang berat,
jika saja ada aplikasi chat dengan Tuhan.
Misal saja seperti ini, ingin rasanya bertanya langsung pada-Nya. “Allah, sebenarnya Engkau meridhoi aku melakukan ini atau tidak?”
Atau mungkin “protes” padaNya (“protes” ini boleh ga sih?), “Ya Allah, kenapa tidak Kau berikan padaku? Aku rasa, aku jauuuh lebih membutuhkan daripada dia. Lalu selanjutnya bagaimana? Kupikir, Engkau harus bertanggung jawab atas keputusan membuatku masuk di sana."
Terkadang, di saat yang lain, ingin juga membujuk Dia, “Allah, mau jadi temanku? Tolong jadilah temanku agar aku lebih dekat denganMu.”
Atau mungkin berkomunikasi untuk memujiNya, “Subhanallah. Menakjubkan rasanya membayangkan berbagai hal menakjubkan yang terpikir, seperti : level waktu, atau mungkin hembusan angin dari negeri nun jauh di sana. Ah Allah, Engkau keren dan romantis sekali.”
Namun sebenarnya, dI saat yang sama saat saya berpikir demikian, saya juga mikir, saya dosa ga ya mikir begini?
Misal saja seperti ini, ingin rasanya bertanya langsung pada-Nya. “Allah, sebenarnya Engkau meridhoi aku melakukan ini atau tidak?”
Atau mungkin “protes” padaNya (“protes” ini boleh ga sih?), “Ya Allah, kenapa tidak Kau berikan padaku? Aku rasa, aku jauuuh lebih membutuhkan daripada dia. Lalu selanjutnya bagaimana? Kupikir, Engkau harus bertanggung jawab atas keputusan membuatku masuk di sana."
Terkadang, di saat yang lain, ingin juga membujuk Dia, “Allah, mau jadi temanku? Tolong jadilah temanku agar aku lebih dekat denganMu.”
Atau mungkin berkomunikasi untuk memujiNya, “Subhanallah. Menakjubkan rasanya membayangkan berbagai hal menakjubkan yang terpikir, seperti : level waktu, atau mungkin hembusan angin dari negeri nun jauh di sana. Ah Allah, Engkau keren dan romantis sekali.”
Namun sebenarnya, dI saat yang sama saat saya berpikir demikian, saya juga mikir, saya dosa ga ya mikir begini?
Comments
Post a Comment