2016 part2
Saya sedang suntuk. Suntuk dari kemarin kok ga kelar-kelar. Oke oke. Trus saya bisa apa kalau semurung ini? Setelah baca-baca tulisan teman, saya jadi mau move dari kasur dan sampai saat ini, pikiran negatifnya hilang. Saya pikir, bangun, mungkin setelah kamu menulis kamu jadi lebih rileks. Jadi, mari kita lanjutkan tulisan kemarin, Nal.
Ada momen yang sangat saya ingat. Waktu itu hari deadline pengumpulan kelengkapan sidang : poster, makalah, buku TA, slide presentasi. Malam sebelumnya, saya mimpi cukup menakutkan, dan saya cerita ke partners.
N : "Tadi malem aku mimpi serem."
P1 : " ... "
P2 : "Apaan, Nal?"
N : "Aku mimpi, aku kalian tinggal sidang."
P1 : "Hah?"
P2 : "Hah? Nal, ini aja belum kelar, udah sidang aja."
N : "Ya kan mimpi."
P1 : "Udah, ini kelarin dulu."
Ada momen yang sangat saya ingat. Waktu itu hari deadline pengumpulan kelengkapan sidang : poster, makalah, buku TA, slide presentasi. Malam sebelumnya, saya mimpi cukup menakutkan, dan saya cerita ke partners.
N : "Tadi malem aku mimpi serem."
P1 : " ... "
P2 : "Apaan, Nal?"
N : "Aku mimpi, aku kalian tinggal sidang."
P1 : "Hah?"
P2 : "Hah? Nal, ini aja belum kelar, udah sidang aja."
N : "Ya kan mimpi."
P1 : "Udah, ini kelarin dulu."
Ternyata itu pertanda pertama untuk nasib saya selanjutnya. Haha. Saya ingat, saat pembuatan poster, semangat sekali saya bikinnya. Siang hari, partner 1 inisiatif bikin gitu tapi, maaf ya, menurut saya kurang menarik. Teman sekamar saya juga bilang begitu. Jadi saya bikin deh poster semalaman sampek gak tidur. Esoknya diprint sama partner 1. *ini ga penting deh, Nal*
Semester itu adalah semester yang banyak keluhan. Saya tidak suka dan tidak kuat dengan kondisi lapangan. Kalau kemarin saya bilang bahwa hubungan internal tim saya membaik hingga sidang, ya memang lebih baik, tapi tidak seperti kondisi yang saya harapkan. Dan kondisi yang seperti itu : kurang komunikasi dan "ketakutan" membuat saya terlalu sering stress. Semester itu menjadi semester yang saya paling sering jalan dengan pikiran kosong (eh apa justru karena terlalu mikir ya?). Sampek ga menyadari kalau ada orang yang dikenal, trus pas disapa agak kaget dan membalas, "Ah, hai." dengan senyum agak maksa. Semester yang membuat saya murung. Hahaa. Saya ingat, suatu hari saya bertemu Fitri dan Mentari di Masjid Salman. Mentari menyapa saya, dan entah waktu itu seperti apa intinya yang saya tangkap, kata mereka muka saya murung banget, serem. Dan hari itu saya menyadari saya terlalu lemah dan sudah keterlaluan stress-nya.
Kerjaan bagian saya di TA sebenarnya simpel namun entah kenapa kok saya susah banget ngerjainnya. Mungkin saya bodoh tapi ga nyadar, jadi sok merasa kalau itu simpel (gara-gara novel Laskar Pelangi, tertohok juga saya. Jadi takut kalau saya beneran bodoh tapi ga nyadar). Kenapa ya, kok kerjaan yang seharusnya bisa menyenangkan dan simpel itu bisa menjadi begitu susah saat itu. Kerjaan bagian saya belum sempurna hingga saat sidang. Dan lagi, kerjaan kami bertiga belum diintegrasikan. Karena belum siap, saya makin stress di hari sebelum EE Days. Saya ingat, hari pertama, Kaprodi nyamperin booth kami.
"Kenapa?"
"Hah? Kenapa apanya, Pak?"
"Kok kayaknya takut, tegang begitu. Belum sempurna?"
"Iya, Pak."
"Jangan tegang. Kan ga ada yang tahu."
Dan hari pertama saya tetap tegang seharian. Kepikiran besoknya sidang gimana kalau ga siap. Akhirnya setelah EE Days hari itu berakhir, saya lembur di lab, mencoba memperbaiki kerjaan saya. Saat itu, masalah baru muncul. Motor kaki kiri robot nao yang dipakai bermasalah. Ditambah, waktu itu tiba-tiba ga bisa streaming gambar dari robot lewat server yang biasanya. Beuh panik dong. Saat itu saya ga berhasil. Saya pulang tengah malam. Saat itu hujan tapi saya nekat karena kalau saya ga pulang nanti malah gawat. Saya ga berani nunggu angkot caheum-ledeng yang jam segitu pasti hampir ga ada jadi saya berencana lewat jalan dago. GA ADA ANGKOT. Saya jalan sampek McD lanjut naik angkot caheum-ciroyom. Hujan-hujanan (pake payung sih tapi tetep aja basah). Kok waktu itu saya ga pake angkutan online gitu sih? Bego emang.
Di kosan sebenernya ga tidur sih, ngebenerin slide presentasi. Selain itu juga ga berani tidur karena saya berencana ke kampus pagi-pagi. Hari itu hari sidang saya, 08 Juni 2016. Dengan kehujanan di malam sebelumnya dan tanpa tidur semalaman. Hari itu rasanya saya tak ingin berangkat. Saya takut. Rasanya ingin lari saja. Akhirnya sebelum berangkat, saya menelpon keluarga di rumah. Siapa lagi yang selama ini jadi perantara pengadem hati saya?
"Apa yang akan terjadi nanti sudah tertulis dari sononya. Jadi jangan lari. Ga usah khawatir. Semuanya udah ditulis."
Berangkatlah saya jam 6 pagi. Ternyata di lab sudah ada partner 1. WOW. Di hari sidang itu malah suasana dalam tim kami jadi tidak mengenakkan. Ada kesan salah satu di antara partners ngambek. Diem2an deh. Duh, itu tuh saat dimana sebuah tim seharusnya saling menguatkan. Ditambah kami dapat kabar kalau salah satu penguji kami diganti dan setahu kami perangai pengganti ini tipe dosen yang "susah". Makin dag dig dug deh. Tapi hari itu saya bahagia. Kami ga janjian pakai baju warna apa. Tapi baju kami matching. Hahahaa seneng karena hal agak ga penting.
Suasana tidak enak hingga kami akan menuju ruangan sidang. Sidang kami hanya ditonton 3 orang : adeknya hilmi, pacarnya Irfan, dan Fitri. Saya sangat berterima kasih pada Fitri yang memilih melihat sidang saya karena ada dosen senior, bukan sidangnya Lovila. Kalau tidak, kok kasian banget saya ini.
Dan ternyata sidangnya sangat menyenangkan. Saya bisa senyum-senyum setelah sidang dan tidur nyenyak di kosan. Alhamdulillah.
Saya sudah cerita atau belum ya kalau semester itu karena keadaan ekonomi, saya punya plan setelah sidang saya mengisi liburan dengan magang. Iya. Akhirnya saya beneran magang di Tritronik. Dan pas EE Days, pembimbing saya mampir. Hahahaa.
Setelah sidang kan revisi tuh. Sebelum lanjut, saya akui bahwa saya ini terlalu lemah dan bego. Kami bertemu dosbings. Beliau meminta kami melanjutkan kerjaan sampai wisuda Juli 2016. Buku TA sih sesuai yang ada saat itu saja gapapa. Tapi saat pertemuan itu juga, saya mendapatkan pertanda kedua nasib saya selanjutnya. Apa yang terjadi? Saat pengumpulan buku TA, saya belum siap. Saya terlalu down dengan pertanda yang saya dapatkan. Kami tidak mengerjakan hingga nilai TA keluar. Saya sih terlalu down dengan tidak lulus. Selain itu juga kan saya lagi magang. Pas saya cek, apa nilai saya? TA2 saya A. Saya ga percaya dan tanya dosbing. Dan katanya, ada kesalahan entry. Dan akhirnya? Nilai TA2 saya T. Alasannya? Saya terlalu bego. Saya tidak menemui untuk meminta kejelasan lebih lanjut. Saat itu yang saya tangkap : saya masih ada satu semester lagi untuk menyelesaikan SKS, kami belum mengerjakan yang disuruh hingga tanggal wisuda, entah di pertemuan kapan gitu saya pernah bilang ke dosbing kalau yang terjadi di tim saya itu salah satunya ya salah saya, saya belum ngumpulin buku TA, makanya itu saya dapet T. Dan yang saya tangkap, saya harus mengerjakan lagi. Bego emang bego.
Down? YA IYA LAH. Down-nya ga tanggung-tanggung. Lebih dari satu semester ga bangkit.
Ohiya di tengah magang, saya masih kepikiran keinginan untuk exchange. Tapi saya terlalu bingung untuk memikirkan TA belum lulus, semester selanjutnya udah ga dapet beasiswa, mau minta dari rumah kok gimana. Jadi suatu hari saya pernah menemui dosen lain untuk curhat dan konsultasi. Mungkin saat itu bu dosen tidak melihat semangat sama sekali di mata saya. Saya juga ditanyain, "kamu masih semangat kan?" Haha ceritanya kembali waktu itu saya pengen daftar YSEP yang periode spring. Masih belum kapok juga haha. Tapi kali itu gagal daftar karena saya takkunjung bisa membuat motivation letter. Haha ini kayaknya niatnya kurang gedhe sih, Nal
Di awal semester lalu, saya menemui dosbing. Memohon maaf karena saya menghilang. Saya lebih memilih menyelesaikan magang saya karena kan sudah kontrak. Saya cuma ketemu dengan satu dosbing. Saat itu katanya saya diminta melanjutkan mengerjakan kembali. Saya diminta memikirkan apa yang akan saya lakukan. Di pertemuan selanjutnya, masih dengan dosbing itu, saya menjelaskan apa-apa yang saya rencanakan. Dan iya iya saja.
Kenyataannya, ternyata saya belum bangkit dari keterpurukan. "Ketakutan" saya masih ada. Semester lalu saya tidak berhasil menguatkan diri saya untuk berani ke lab. Di lab ada apaan sih, Nal??? Saya takut ketemu orang-orang, terutama partner yang masih di lab. Malu kali, Nal. Iya deh, malu, tapi takut juga.
Yah begitulah. Selama satu semester saya terpuruk tanpa kejelasan. Sering saya sok menganalisis kok saya begini sih. Ternyata tidak lulus TA membuat saya terlalu drama. Saya selalu ga bisa mengajak diri saya mendatangi sidang teman-teman. Haha, maaf guys. Denger kabarnya saja membuat saya kembali meratapi nasib. Selama itu juga setiap teringat teman-teman lain yang TAnya masih berkelompok, saya iri. "Enak ya ada temen. Andai ada teman yang bisa ngajak saya dan membuat saya ga takut." Selalu saya berpikir begitu. Saat itu saya sangat mendambakan sosok Arai.
Ohiya, masalah keuangan semester lalu dapat terselesaikan karena saya mendapatkan beasiswa dari IOM dan juga nyambi ngajar. OK kembali ke plot sebelumnya.
Saya terjerumus terlalu dalam ke dalam lingkaran setan (halah bahasanya). Saya bingung karena tidak ada motivasi sama sekali untuk segera menyelesaikan ini semua. Saat itu, sering sekali saya menyalahkan Tuhan. Kenapa sih kok saya ga lulus. Dulu saya sampek segitu stressnya lho. Mau sidang pun sampek hujan-hujanan. Kenapa harus ga lulus dan harus ngerjain lagi? Saya ingin bebas dari belenggu itu. Saat itu saya sadar dengan sesadar-sadarnya, belenggu yang memberatkan hidup saya waktu itu ya TA ini. Namun, aneh sekali saya menyadarinya tapi tak punya motivasi untuk mengerjakannya.
Mengingat orang tua tidak mempan bagi saya. Dasar anak kurang ajar. Omelan teman sekamar juga tak mempan. Melihat teman sekamar yang semangat NeA bersama teman-temannya malah membuat saya kembali iri dan mendambakan Arai.
Saya terlalu lemah. Bapak saya memang orang yang jauh lebih baik dibandingkan saya. Lebih optimis, lebih pantang menyerah, positive thinking, lebih "adem", sering inget bersyukur. Namun, sayang sekali sifat seperti itu tidak diturunkan melalui gen. Manusia mendapatkan sifat-sifatnya berdasarkan pengalaman hidup yang telah dilaluinya. Jadi ya beginilah saya, masih lemah hingga sampai saat ini saya mendambakan ketahanan mental at least setangguh bapak saya.
Akhirnya semester lalu saya hanya berhasil memaksa diri saya mengerjakan sangat sedikit sekali. Hanya bertahan 3 minggu kalau tak salah. Dan sekarang setelah saya memulai kembali pun juga stuck begini.
Keinginan untuk exchange masih ada. Masih ada, coy. Saya terpikir, mungkin seperti yang dulu dulu, saya perlu pendorong berupa target selanjutnya yang sudah fixed. Makanya saya masih pengen exchange. Saya pikir, kalau saya keterima exchange, saya akan lebih semangat untuk segera melepas belenggu ini. Jadilah saya mendaftar exchange. ...
Anyway, di bulan Juni-Juli gitu saya juga ikutan kegiatan student summit yang diadain NUS tapi sepertinya euforianya ga sebahagia jika saya lulus TA saat itu. Haha
Saya sudah cerita atau belum ya kalau semester itu karena keadaan ekonomi, saya punya plan setelah sidang saya mengisi liburan dengan magang. Iya. Akhirnya saya beneran magang di Tritronik. Dan pas EE Days, pembimbing saya mampir. Hahahaa.
Setelah sidang kan revisi tuh. Sebelum lanjut, saya akui bahwa saya ini terlalu lemah dan bego. Kami bertemu dosbings. Beliau meminta kami melanjutkan kerjaan sampai wisuda Juli 2016. Buku TA sih sesuai yang ada saat itu saja gapapa. Tapi saat pertemuan itu juga, saya mendapatkan pertanda kedua nasib saya selanjutnya. Apa yang terjadi? Saat pengumpulan buku TA, saya belum siap. Saya terlalu down dengan pertanda yang saya dapatkan. Kami tidak mengerjakan hingga nilai TA keluar. Saya sih terlalu down dengan tidak lulus. Selain itu juga kan saya lagi magang. Pas saya cek, apa nilai saya? TA2 saya A. Saya ga percaya dan tanya dosbing. Dan katanya, ada kesalahan entry. Dan akhirnya? Nilai TA2 saya T. Alasannya? Saya terlalu bego. Saya tidak menemui untuk meminta kejelasan lebih lanjut. Saat itu yang saya tangkap : saya masih ada satu semester lagi untuk menyelesaikan SKS, kami belum mengerjakan yang disuruh hingga tanggal wisuda, entah di pertemuan kapan gitu saya pernah bilang ke dosbing kalau yang terjadi di tim saya itu salah satunya ya salah saya, saya belum ngumpulin buku TA, makanya itu saya dapet T. Dan yang saya tangkap, saya harus mengerjakan lagi. Bego emang bego.
Down? YA IYA LAH. Down-nya ga tanggung-tanggung. Lebih dari satu semester ga bangkit.
Ohiya di tengah magang, saya masih kepikiran keinginan untuk exchange. Tapi saya terlalu bingung untuk memikirkan TA belum lulus, semester selanjutnya udah ga dapet beasiswa, mau minta dari rumah kok gimana. Jadi suatu hari saya pernah menemui dosen lain untuk curhat dan konsultasi. Mungkin saat itu bu dosen tidak melihat semangat sama sekali di mata saya. Saya juga ditanyain, "kamu masih semangat kan?" Haha ceritanya kembali waktu itu saya pengen daftar YSEP yang periode spring. Masih belum kapok juga haha. Tapi kali itu gagal daftar karena saya takkunjung bisa membuat motivation letter. Haha ini kayaknya niatnya kurang gedhe sih, Nal
Di awal semester lalu, saya menemui dosbing. Memohon maaf karena saya menghilang. Saya lebih memilih menyelesaikan magang saya karena kan sudah kontrak. Saya cuma ketemu dengan satu dosbing. Saat itu katanya saya diminta melanjutkan mengerjakan kembali. Saya diminta memikirkan apa yang akan saya lakukan. Di pertemuan selanjutnya, masih dengan dosbing itu, saya menjelaskan apa-apa yang saya rencanakan. Dan iya iya saja.
Kenyataannya, ternyata saya belum bangkit dari keterpurukan. "Ketakutan" saya masih ada. Semester lalu saya tidak berhasil menguatkan diri saya untuk berani ke lab. Di lab ada apaan sih, Nal??? Saya takut ketemu orang-orang, terutama partner yang masih di lab. Malu kali, Nal. Iya deh, malu, tapi takut juga.
Yah begitulah. Selama satu semester saya terpuruk tanpa kejelasan. Sering saya sok menganalisis kok saya begini sih. Ternyata tidak lulus TA membuat saya terlalu drama. Saya selalu ga bisa mengajak diri saya mendatangi sidang teman-teman. Haha, maaf guys. Denger kabarnya saja membuat saya kembali meratapi nasib. Selama itu juga setiap teringat teman-teman lain yang TAnya masih berkelompok, saya iri. "Enak ya ada temen. Andai ada teman yang bisa ngajak saya dan membuat saya ga takut." Selalu saya berpikir begitu. Saat itu saya sangat mendambakan sosok Arai.
Ohiya, masalah keuangan semester lalu dapat terselesaikan karena saya mendapatkan beasiswa dari IOM dan juga nyambi ngajar. OK kembali ke plot sebelumnya.
Saya terjerumus terlalu dalam ke dalam lingkaran setan (halah bahasanya). Saya bingung karena tidak ada motivasi sama sekali untuk segera menyelesaikan ini semua. Saat itu, sering sekali saya menyalahkan Tuhan. Kenapa sih kok saya ga lulus. Dulu saya sampek segitu stressnya lho. Mau sidang pun sampek hujan-hujanan. Kenapa harus ga lulus dan harus ngerjain lagi? Saya ingin bebas dari belenggu itu. Saat itu saya sadar dengan sesadar-sadarnya, belenggu yang memberatkan hidup saya waktu itu ya TA ini. Namun, aneh sekali saya menyadarinya tapi tak punya motivasi untuk mengerjakannya.
Mengingat orang tua tidak mempan bagi saya. Dasar anak kurang ajar. Omelan teman sekamar juga tak mempan. Melihat teman sekamar yang semangat NeA bersama teman-temannya malah membuat saya kembali iri dan mendambakan Arai.
Saya terlalu lemah. Bapak saya memang orang yang jauh lebih baik dibandingkan saya. Lebih optimis, lebih pantang menyerah, positive thinking, lebih "adem", sering inget bersyukur. Namun, sayang sekali sifat seperti itu tidak diturunkan melalui gen. Manusia mendapatkan sifat-sifatnya berdasarkan pengalaman hidup yang telah dilaluinya. Jadi ya beginilah saya, masih lemah hingga sampai saat ini saya mendambakan ketahanan mental at least setangguh bapak saya.
Akhirnya semester lalu saya hanya berhasil memaksa diri saya mengerjakan sangat sedikit sekali. Hanya bertahan 3 minggu kalau tak salah. Dan sekarang setelah saya memulai kembali pun juga stuck begini.
Keinginan untuk exchange masih ada. Masih ada, coy. Saya terpikir, mungkin seperti yang dulu dulu, saya perlu pendorong berupa target selanjutnya yang sudah fixed. Makanya saya masih pengen exchange. Saya pikir, kalau saya keterima exchange, saya akan lebih semangat untuk segera melepas belenggu ini. Jadilah saya mendaftar exchange. ...
Anyway, di bulan Juni-Juli gitu saya juga ikutan kegiatan student summit yang diadain NUS tapi sepertinya euforianya ga sebahagia jika saya lulus TA saat itu. Haha
Comments
Post a Comment