Cerita Saja (21)

Yay! Akhirnya judul Cerita saja hadir kembali. Saya bingung mau kasih judul apa. Have several things I want to blabbering about. 

Kepedulian dan Jodoh Berjodoh

I am turning 25 this year. Ga kerasa sih cepat sekali waktu berlalu. Saya kok merasa diri saya masih 20 ya hahaha. Rasanya pemikiran saya masih di umur segitu. Hahaha mental saya kayaknya memang rada telat dibanding umur aslinya sih. Mas Nugroho yang baru kenal saya pun juga bilang secara teknis, pengetahuan, mungkin saya memang sudah lulusan kuliah, tapi secara mental ... ya gitu deh.

Nah menurut orang-orang di sekitar saya, seharusnya di umur segini saya lebih dewasa. Sudah memikirkan hidup ke depan seperti apa. Lebih spesifik lagi, mereka berharap saya sudah mikirin tentang nikah. Sementara itu, yang mereka lihat kenyataannya adalah saya yang keasyikan menghabiskan waktu di tempat kerja. Seperti tak punya kehidupan lainnya.

Entah kenapa diri saya menganggap bekerja seperti sekolah. Rasanya di sana seperti tempat bermain. Bertemu teman-teman dan mengerjakan tugas. Mirip sekolah kan? Dan mungkin karena masih berpikir seperti sekolah ini saya seolah terlihat habis-habisan. Ga pulang-pulang. Ngerjain tugas melulu. Padahal mungkin di tempat lain ada orang yang kalau jam kerja sudah habis, ya dia pulang regardless status tugasnya. Masih ada hari esok. 

Sering mas-mas menegur dengan mengingatkan untuk pulang. Beberapa kali hingga eksplisit terang-terangan nyuruh saya memikirkan masa depan yang saya bilang tadi. Latest event-nya dua hari yang lalu manajer saya ngajak saya ngobrol. Dimulai dari umur saya berapa. Dilanjut wejangan bahwa secara biologis dan medis wanita lebih baik hamil sebelum usia 35 tahun regardless Tuhan berkata apa. Kalau Tuhan sudah berkehendak tidak sesuai teori ya beda kasus. Kemudian secara terang-terangan saya dituturi untuk memikirkan langkah menuju ke sana. Dibilang juga jangan kerja terus, kalau waktunya pulang ya pulang aja. Luangkan waktu untuk main. Untuk melakukan hal-hal menuju ke sana (maksudnya kencan kali ya). Saya dituturi untuk berikhtiar.

Satu sisi saya senang diingatkan pulang, diingatkan main, dituturi demikian. Bagi saya, itu cara mereka menunjukkan kepedulian dan kasih sayang mereka. Sebuah tanda bahwa saya dianggap ada.

Ah menulis kalimat barusan membuat saya ingat bagaimana dulu saya bisa bahagia banget cuma karena merasa bahwa lingkungan saya menganggap saya ada. Perasaan itu menghapus loneliness dalam diri. Yaampun kasihan banget sih lu, Nal.

Lanjut. Namun, di sisi lain saya sebenernya bingung. Apa yang mereka maksud dengan "ikhtiar"? What am I supposed to do? I just don't understand. Kalau urusan pulang awal atau engga, saya juga bingung, saya mau ngapain di kosan kalau saya pulang awal? Sementara kalau di kantor bisa lebih produktif karena ada yang bisa dikerjakan. Urusan main, saya mau main sama siapa? Selama ini saya ga keluar rumah atau kosan kalau ga perlu. Kalaupun main, harus ada yang ngajak. Kecuali kalau saya sudah punya kecengan gitu mungkin permintaan ini masuk akal wkwkwk.

Nah eta. Kecengan. Saat ini semua cowo rasanya sama. Ya gitu-gitu aja. Hujan aja jadi biasa aja. Tapi tetap menarik untuk dijadikan teman baik sih. Karena semua rasanya sama, saya bingung deh, apa yang orang-orang tadi harapkan untuk saya lakukan? PDKT? Kan rasanya semua sama, ga ada yang terasa spesial. Trus mau PDKT ke siapa?

Kemudian masalah memikirkan step menuju ke sana. It's either what I think about things towards marriage is not deep enough or they just don't know what and how I  think about marriage. Pemikiran saya memang tidak menghasilkan patokan harus nikah umur sekian, calon suaminya kriterianya harus sekian dan terima kasih (Kepikiran sih meski dikit but I am not sure if it's right even I am not sure I deserve to have that as a requirement. Ngaca diri aja begini-begini aja kok mensyaratkan yang begitu) , dll. Kayaknya saya baru di tahap sadar bahwa suatu saat akan menikah. Bahwa kehidupan pernikahan itu tidak hanya indah-indah dan menye-menye kayak orang pacaran. Karena hidup bersama akan berbeda jauh dengan bertemu beberapa jam dalam sehari atau malah seminggu sekali. Those are things I can share here I think.

Setiap saya merasa sepertinya perkara jodoh berjodoh ini sering hinggap di kepala, saya jadi khawatir karena masih ada banyak hal yang bisa dipikirkan selain urusan ini. Daripada baper dan energi terbuang ke sesuatu yang belum jelas, mending mikirin yang lain. Ada cita-cita yang butuh ditumbuhkan, semangat hidup yang cengoh perlu digairahkan, ada awareness yang perlu diasah, ada isu-isu kemanusiaan, lingkungan, dll yang tidak seharusnya diabaikan, ada kerjaan yang harus diselesaikan, ada keluarga yang perlu disapa, ada keuangan yang perlu diatur, ada praktik agama yang belum sempurna bahkan kosong mlompong sama sekali ... Tuh kan. Ada banyak hal yang bisa dipikirin selain cuma baper urusan jodoh berjodoh. Saya merasa rugi gitu kalau inget di luar sana ada orang yang semangat mengejar cita-citanya, mengaktualisasikan dirinya, belajar banyak hal ... sementara saya di sini cuma berkutat dengan pikiran jodoh kok ga nongol-nongol atau terjejali aliran-aliran konsumtif dan bergaya hidup, sorry to say, sok kaya.

Hidup Begitu Mengagumkan

Barusan saya buka-buka folder foto di harddisk eksternal. Pikiran saya seperti tersedot ke dimensi lain. Halah lebay.

Membuka memori lama menyadarkan bahwa diri ini keren sekali mau berjuang menjalani kehidupan selama ini. Kesadaran bahwa banyak teman yang dulu masih bocah, unyu-unyu, dan haha-hihi sekarang sudah berkeluarga semakin membuat rasanya cepat sekali waktu berlalu. Seperti saat ini, kok ya tiba-tiba sudah jam 2 pagi.

Rasanya baru kemarin saya masuk ITB, merasakan masa TPB, melaksanakan pagelaran pertama seumur hidup: Arjuna Tersipu Nafsu. belajar banyak di ITB, jatuh bangun juga di ITB karena ga bisa mengikuti materi sampek ga sekali dua kali merasa salah jurusan. Merasakan bahagianya nguri-uri budaya, belajar karawitan di PSTK, belajar organisasi (kepanitiaan sih wkwk) di PSTK. 

Tak lupa, meski 5 tahunan tinggal di Bandung, bisa dibilang ga pernah main, dalam artian ke tempat-tempat wisata, sama sekali. Alasannya kalau ga ga punya duit ya ga punya temen main. Rada nyesek sih tapi ya gapapa. Dulu ngerasain juga jauh dari rumah dan mengalami kesulitan finansial, mau minta ga enak sama orang tua. Diri, ternyata perjuanganmu tidak main-main.

Hingga akhirnya sidang, meski setelah itu ga bisa lulus bareng partners. Namun akhirnya bisa kelar juga si Tugas Akhir. Alhamdulillah. Akhirnya bisa diwisuda juga meski ga didatangi ortu seperti kebanyakan teman-teman lainnya.

Ga kebayang juga bisa diberikan kesempatan main ke Singapura dan Korea Selatan saat masih kuliah. Keren kamu, Diri. Bisa bertahan berjuang di kedua petualangan itu. Despite segala hal yang jika dilihat dari kacamata saat ini harusnya bisa kamu capai namun nyatanya tidak berhasil karena kamu terlalu cupu, struggling mu keren sekali, and you're awesome.

Lantas kemudian segala angan dan citamu yang melambung tinggi seakan dihempaskan ke titik terendah untuk selanjutnya dipertemukan dengan teman-teman dengan latar belakang yang sangat jauh berbeda. Kemudian tiba-tiba saja Tuhan membawa ke sini, memberikan pekerjaan ini, mempertemukan dengan teman-teman baru dengan latar belakang yang beragam pula.

Luar bisa kekuatan memori. Membuat diri bisa tersedot ke dimensi lain, merasa masih dalam kondisi saat itu kemudian disadarkan dengan ditabrakkan pada realita. Saat saya keluar kamar tadi, saya disadarkan bahwa saat ini saya sudah di sini. Di Madiun, sudah bekerja, dengan pekerjaan ini, dan kejadian-kejadian yang terulang dalam kepala tadi sudah terjadi paling tidak 2-8 tahun yang lalu. Sudah sangat lama.

Demi keperluan nostalgia saat mengunjungi tulisan ini kembali, saya unggah beberapa foto berikut.

Desember 2012. Pagelaran pertama: Arjuna Tersipu Nafsu. Pertama kali pakai jarit.

Mid 2013. Bersama kelompok Dikpus OSKM. Masa-masa bareng Masa Bina Cinta (MBC) nya HME.

April 2014. Pagelaran TW 43 PSTK ITB. Ditonton segitu banyak orang. Pemainnya kece-kece. Begitupun para anggota Divisi Pagelaran TW 43. Hihihi

Pagelaran TW 43 PSTK-ITB berjudul Kunthi (panitia utamanya angkatan saya) masuk kolom koran.

Mei - Desember 2014. Jadi Males mumet (Mamet) wkwk PLE PSTK-ITB 2014. Foto-foto bersama Keluarga Bonang.

2015. Keluarga Bonang yang tidak lengkap. Usai Presentasi Budaya PLE 2015 PSTK-ITB

Juni 2016. Sebelum masuk ruang sidang tugas akhir.

Nala, S.S (Sudah Sidang) meski selanjutnya ceritanya agak berkelit.

Hari terakhir EE Days 2016. Agar diri ingat punya teman satu lab.

Juli 2016. Sebuah keberuntungan diberi kesempatan ke Singapura.



Februari 2017. Akhirnya HME Bebs PSTK Girls berprogress. Manasik kerja, Aji bubar sidang, Nala TA kelar dan lanjut melancong

Juni 2017. Foto di hari perpisahan dengan sebagian teman-teman di Korea Selatan

Oktober 2017. Akhirnya wisuda bareng beberapa teman.

Oktober 2018. Teman-teman di playground sebelumnya.

Agustus 2020. Teman-teman di current playground.

Comments

Popular posts from this blog

Es Wawan