Chingu-deul

Saya bersyukur selama ini Allah memberikan saya lingkungan yang aman. Dia berikan teman-teman yang mendukung hidup ini menjadi terasa nyaman, namun tak lupa mengingatkan saat terlena. Teman-teman yang mau mendengar, yang mau menerima apa adanya, yang mau menjadikan saya temannya.

Saya bukanlah orang yang mudah menemukan teman. Banyak orang ga cocok sama watak, prinsip, kelakuan, dan cara berpikir saya. Jadi ya gitu ... menemukan teman yang klop adalah kebahagiaan yang nyata. Nah kalau sudah klop, biasanya saya bisa all out. Urat malu dan sungkannya hilang. 

Belakangan ini saya perhatikan sejak bekerja saya jadi lebih mudah sok akrab dengan orang lain dibandingkan sebelum-sebelumnya. Entah lingkungannya yang memang cocok atau diri saya yang lebih berkembang. Selain itu, lingkaran pertemanan saya belakangan ini melebar. Jika dulu lingkaran teman saya selama setahun lebih di lingkungan kerja terdekat hanya terbatas pada Mas Nugroho, Sugandi, dan Zazuli (sesulit itu saya bisa immerse dengan lingkungan meski sudah lebih baik dalam sok akrab), belakangan saya bisa lebih membuka diri. Saya jadi lebih losss sama Septi, Himdani, Fajri, dll. Kemajuan sih ini.

Ga enaknya punya teman yang klop tu saat perpisahan. Berdasarkan pengalaman, berpisah dengan teman-teman kategori ini menyesakkan dada. Sedihnya berhari-hari.

Sebenarnya saya nulis ini karena baru-baru ini saya ditinggal teman lagi. Salah satu anggota tim kerja saya mengundurkan diri dari tempat kerja. Nama timnya Tim Takmir sementara teman saya ini namanya Afada. Afada Mantap lengkapnya. Sebenarnya saya belum ada satu semester mengenal Afada. Tapi ya teman memang begitu kan? Hujan aja sekali ketemu bisa klik eh haha.

---

Jadi ceritanya Afada ini menggantikan Mas Ervani untuk in charge dalam pekerjaan yang satu tim dengan saya. Jadilah tim yang awalnya bernama Lyss menjadi tim tanpa nama. Nama Tim Takmir baru muncul baru-baru ini setelah kami pindah ke ruangan baru yang sekaligus menjadi musola. Karena tempat kerja kami membuat kami seperti penunggu musola, jadilah kami namai tim ini Tim Takmir. Kami sering menghabiskan waktu di ruangan dengan 4 buah kubikel itu.

---

Sedihnya, perpisahan dengan Afada terjadi lebih cepat daripada yang saya kira. Tersisa 3 hari sejak saya mengetahuinya sebelum dia tidak muncul lagi di kantor. Itu pun 1 harinya libur. Despite masalah kerjaan, saya sedih dari sisi sosial. Rasanya kebersamaan Tim Takmir sangat menyenangkan. Lantas tiba-tiba satu anggota menghilang ....

Mungkin pada dasarnya saya orangnya agak drama jadinya saya sedih banget. Atau mungkin faktor punya teman sedikit sehingga saat berpisah (apalagi sama yang terasa klop) rasanya kehilangan banget. Apalagi kena PMS, sedihnya amplified. Rasanya mirip kayak dulu pas mau pisah sama Aji, mirip kayak dulu mau pisah sama Astuti. Luar biasa memang kekuatan Tim Takmir.

Sehari sebelum hari terakhir Afada ke kantor, saya bersama mas-mas Lyss setuju untuk foto bersama Afada esok harinya. Tak lupa teman-teman yang berkesempatan berinteraksi dengan Afada juga diajak. Pada akhirnya momen itu jadi kayak ngerjain Afada sih. Dia dipaksa dijadikan point of interest. Ya kan dia yang mau pergi. Ya dia harus jadi the boy of the day dong haha.

Haduh ini nyuruh dia lompat susahnya minta ampun

Tim Takmir beberapa hari setelah kabar keputusan perginya Afada

Perpisahan dengan Afada rupanya mengingatkan saya pada teman-teman yang lain. Saya jadi sadar kok teman yang bisa disebut teman main beneran cuma sedikit ya. Hahaha. Kalau disuruh menyebutkan teman lama yang masih dekat, yang misal telponan gitu akan nyaman dan nyambung saja, saya cuma bisa menyebutkan Aji, Manasikana, Nadzifah, Mukti, Saidah, Astuti... kok pikiran saya ga nemu yang lain ya? Hahaa ada juga yang temen main yang lain seperti Prameta, Hidayati, Kokoh, Temen-temen ghibah di kosan: Sunar; Shoimah; Intan Sari; dan Afifah, tapi sudah lama kami tidak berkontak. 

Saya barusan mengunjungi laman blog Suy. Suy ini kalau perlu dikategorikan akan masuk teman menulis. Kami banyak dekat dengan mengunjungi tulisan di blog satu sama lain. Suy ternyata masih aktif ngeblog Catatan Harian. Saya jadi tahu sedikit ceritanya (saya belum baca hingga belakang-belakang sih haha).Ternyata dia masih keep contact dengan teman-teman akrabnya waktu kuliah. Beberapa nama disebut, seperti Nadhiva dan Tazmi yang sedang menggemari hobi masing-masing. Ternyata mengetahui kabar teman lama menyenangkan.

Melihat Suy yang punya teman-teman dekat dari jurusan, saya jadi sadar temen sejurusan yang dekat sama saya kurang dari lima orang. Kok saya jadi kasihan sama diri sendiri ya wkwk.

Ya gitu deh. Sulit memang bagi saya untuk ditembus atau menembus batas pertemanan orang lain. Tapi ketika sudah masuk, saya bisa terikat terlalu dalam. Aseeeek.

Terkait teman-teman dekat ini, saya kemudian bertanya-tanya, apakah pengalaman hidup bersama saya termasuk indah di hati mereka? Oleh karena itu, kemudian saya berdoa semoga pengalaman hidup teman-teman bersama saya terpetakan sebagai hal yang baik dan menyenangkan di memori mereka. 

Saya ingin berterima kasih untuk semua teman-teman yang mau menerima saya. Apa adanya saya, mulai dari fisik, watak, prinsip, ego, cara berpikir, dsb. Adanya kalian membuat hidup saya yang sepi (temenku kan dikit) menjadi lebih berwarna. Semoga teman-teman senantiasa diberikan barokah dalam hidup. Semoga teman-teman tetap mau berteman dengan saya. Amin. Meski kita terpisah jarak, bertemu teman-teman baru, keluarga baru, yang kemudian mengubah kita, tetaplah mau berteman dengan saya.

Terima kasih, Chingu-deul.


Comments

Popular posts from this blog

Es Wawan