Rencana

Baru-baru ini ada banyak kabar personil kantor lulus maupun memutuskan keluar. Masing-masing dari mereka kemungkinan besar punya rencana kehidupan selanjutnya. Kemudian saya bercermin. Berpikir. Lantas saya menemukan sepertinya saat ini saya tak punya rencana hidup.

Padahal dulu saya banyak maunya. Meskipun tidak bisa dibilang rencana, paling tidak keinginannya, impiannya ada. Ingin travel ke sana-sini, ingin belajar ini-itu, ingin melakukan ini-itu ... sekarang saya cari-cari kok ga nemu. Kalau dulu saya ingin kuliah lagi, sekarang saya tidak keukeuh ingin. Saya belum menemukan jawaban why nya. Kenapa harus kuliah lagi? Kalau dulu ingin jalan-jalannya sampe membuncah-buncah, sekarang biasa aja. Keinginan-keinginan dulu mungkin memang masih ada, tapi tidak sedang saya perjuangkan. Saya sedang dalam mode mengalir saja. Jika ada opportunity nanti diambil. Kayaknya fokus saya sekarang sebatas menyelesaikan pekerjaan yang saya tekuni. Sempit sekali.

Setelah saya telusuri, saya menjalani hidup mengalir saja lebih banyak sejak lulus kuliah (sejak bapak pergi sih tapi bapak pergi kan ga jauh dari wisuda). Saya curiga jauh di dalam diri saya ada trauma sehingga membuatnya tak mau menaruh harap yang muluk-muluk. Karena dulu di saat usai lulus kuliah, saya dihadapkan pada kenyataan bahwa impian saya untuk melanglang buana mencari pengalaman mandheg oleh pesan terakhir. Pada akhirnya ibu mengizinkan pergi kok 😊 Namun demikian mungkin traumanya masih ada atau simply diri saya jadi terbiasa dengan "ga usah berharap yang muluk-muluk".

Kenyataan tiadanya rencana ini membuat saya khawatir. Saya takut saya seperti katak dalam sepanci air yang dipanaskan. Terlalu nyaman dan tidak menyadari adanya bahaya. Atau malah jangan-jangan saya sama kayak dulu, kayak mayat hidup. Cuma dulu isinya hampir putus asa dan pesimis melulu, semangat hidupnya kurang. Kalau sekarang deep down inside nya kosong melompong ga tahu arah dan tujuan. Pikir saya, kalau punya rencana atau paling ga punya keinginan kan ada hal yang mau diperjuangkan. Jadi hidup lebih bergairah gitu.

Akhirnya saya curhat ke grup HME Bebs PSTK Girl. Mereka berdua punya rencana atau paling tidak ada hal yang ingin dicapai. Manasikana memang selalu punya rencana. Sudah kebiasaan. Dulu pas kuliah, planner-nya selalu dibawa ke mana-mana. Kalau Aji mirip-mirip sama saya. Instead of rencana yang ber-timeline, kami berdua cenderung bermimpi. Impian-impian itu yang kemudian menentukan pilihan-pilihan kami selanjutnya. Masalah timeline, kami tipe yang "sudah Allah atur". Kalau ada chance, grab it fast. 

Namun demikian, kata Manasikana tak apa saat ini tak punya rencana. Manasikana yang planner banget pun kadang juga ga pengen apa-apa, ga pengen berjuang. Tapi begitulah hidup. Ada mode-modenya. Akan ada mode harapan melambung tinggi, hidup penuh semangat memperjuangkan asa, jadi orang ambisius, pandangannya ke depan dan ke atas. Akan ada saat juga di mana hidup ya ngalir saja, bawaannya lempeng dan legawa, pandangannya pada masa kini dan masa lalu, lebih banyak introspeksi dan menganalisis hari ini. No need to worry. The time will come. We will find it eventually. 

Comments

Popular posts from this blog

Es Wawan