Agama Rutinitas

Beberapa hari yang lalu, saya melakukan obrolan teks dengan Mbak Primadini. Dimulai dengan pernyataan sadar diri bahwa kami melakukan sholat hanya untuk sekadar menggugurkan kewajiban. Miris sekali. Saya sendiri sering bertanya-tanya apakah niat sholat saya sudah benar. Selama ini mau sholat ya sholat saja. Apakah ini benar atau salah? wallahu a'lam.

Dalam pikiran saya, alangkah indahnya jika tiap melakukan sesuatu kita sadar alasan di baliknya. Kita sadar senyata-nyatanya bahwa niatnya memang karena Allah. Bisa jadi karena cinta Allah, atau mungkin karena rasa terima kasih pada Allah, atau karena takut pada Allah, atau ... apalagi? Bukan apa-apa. Saya takut saja jika ternyata saya hanya beragama rutinitas. Atau mungkin seperti kata Al-Quran, hanya beragama nenek moyang. Hanya melakukan sesuatu tanpa mengambil esensinya.

Ngomongin masalah niat dan agama nenek moyang ini, saya jadi ingat postingan ini.

Sampai sekarang, saya penasaran gimana rasanya hidayah yang didapat para muallaf. Saya menduga berislamnya seorang muallaf bisa jadi lebih mantap daripada berislamnya  saya. Karena mereka mengalami proses mencari dan menemukan alasan hingga mereka memilih Islam sementara saya terbiasa melakukan ajaran-ajaran Islam sejak kecil, karena lingkungan yang juga Islam.

Mungkin karena menemukan sendiri, mereka lebih menyadari indahnya Islam dan kebesaran Tuhan. Mungkin mereka lebih mantap melakukan sholat karena mereka tahu mengapa mereka mau sholat. Mungkin mereka yang baru berhijab lebih jelas kenapanya, lebih tegak niatnya.

Saya sendiri bertanya-tanya, kenapa saya berhijab? Karena perintah? Lantas kenapa saya mau-maunya taat aturan? Nyatanya saya tidak memikirkan itu saat sedang mengenakan hijab. Mau keluar ya pakai saja. Aneh dan malu rasanya kalau ga pakai. Sholat juga begitu. Saya kadang bertanya-tanya, kenapa alam bawah sadar mengajak sholat ketika sudah masuk waktu? Kenapa diri saya mau diajak sholat? Rasanya saya mau sholat ya berangkat saja. Tak berpikir kenapa-kenapanya.

Ini yang kadang saya khawatirkan. Saya khawatir bahwa menjalani rutinitas agama tanpa esensi hanyalah menjadi beragama rutinitas.

Comments

Popular posts from this blog

Es Wawan