Menunggu Moment of Blossoming

Belakangan ini saya merasa tidak berguna. Saya merasa bodoh hingga tak dapat melihat adanya nilai tambah dengan adanya saya di lingkungan. Sebenarnya saya benci diri saya yang seperti ini. Karena ini kontras dengan satu nilai yang saya coba untuk percaya.

Saya yakin bahwa tidak ada yang sia-sia di dunia ini. Saya percaya bahwa setiap hal, setiap orang pasti berguna, sekecil apapun value yang disumbangkaan.

Namun mengingat kepercayaan tadi ternyata tidak membantu memperbaiki mood. Anggapan bahwa saya tak dapat melakukan apa-apa tetap saja mengendap di kepala.

Saat seperti ini, saya perlu energi eksternal untuk menarik saya dari belenggu ini. Saya perlu seseorang untuk meyakinkan saya bertahan dan berjuang. Dulu ada bapak yang melakukan peran tersebut. Sekarang, untuk sementara, saya belum punya penggantinya.

Ngomong-ngomong soal kebergunaan diri, saya yakin setiap manusia sudah punya jalan masing-masing untuk menjadi berguna. Ada yang berguna lewat science, agama, komunikasi, kelihaian debat, ketekunan, kemandirian, ketahanan fisik, bahkan sampai bentuk fisiknya. Banyak aspek dari manusia yang memungkinkan dia berguna. Maka mereka yang bukan menjadi bintang kelas, bukan lah orang bodoh dan tidak mempunyai kesempatan untuk sukses. Bisa jadi potensi mereka bukan di bidang itu. Bisa jadi potensi mereka sebenarnya di bidang itu namun hanya perlu waktu untuk membuatnya bersemi. Seperti tanaman, manusia perlu musim dan tempat yang tepat.

Mungkin sekarang saya sedang di tempat yang kurang tepat. Atau sebenarnya sudah tepat tapi hanya perlu menunggu waktu dan moment of blossomingnya. Yang jelas, pasti ada skenario besar kenapa saya ada di sini.

Comments

Popular posts from this blog

Es Wawan