Marhaban Ya Ramadhan

Marhaban Ya Ramadhan

malam ini sudah resmi masuk bulan Ramadhan. Setahun yang lalu, saya melalui bulan Ramadhan di tanah rantau terjauh yang pernah saya kunjungi hingga saat ini. Kali ini, sepertinya saya akan menghabiskan bulan Ramadhan sepenuhnya di rumah. Dua buah suasana yang sangat berbeda.

Sama sekali tak pernah menyangka Tuhan akan memberikan jalan hidup seperti ini untuk saya. Siapa juga yang bisa menebak misteri ilahi?

Semoga bulan Ramadhan ini benar-benar memberikan berkah bagi saya, keluarga, lingkungan saya, dan siapapun yang baca ini. Semoga ampunan dikucurkan bagi kita semua, terutama saya yang kerjaannya ga aman dari dosa.

Saya mau cerita. Sudah sekitar satu bulan saya bekerja di suatu tempat. Di sana bukanlah tipe zona nyaman saya. Mengesampingkan hal-hal negatifnya, saya menemukan beberapa hal positif di sana. Pertama, saya merasa secara tak sadar saya kembali melatih kemampuan komunikasi saya. Mungkin hanya orang yang dekat dengan saya sejak masuk hingga lulus kuliah yang merasakan perubahan sosial saya sehingga saya perlu berlatih lagi dalam bersosial. Eh apa perubahan yang saya maksud ini cuma perasaan saya ya? Kedua, dua orang rekan kerja saya lebih muda tiga tahun dibanding saya. Namun, saya melihat mereka lebih dewasa dan bertanggung jawab dibandingkan saya. Saya perlu belajar dari mereka. Ketiga, akhirnya saya nemu teman yang juga suka buku. Namanya Wicaksono, salah satu rekan kerja yang saya sebut sebelumnya. Semangat saya meluap-luap tiap kali saya memperbicangkan buku dengan Wicaksono. Senang sekali. Sejauh yang saya ketahui, Wicaksono menyukai buku-buku karya Fiersa Besari. Belakangan dia juga tertarik baca Bumi Manusia karya Pak Pram tapi karena kami berdua belum punya ya belum jadi baca.

Sejak akhir Januari sebenarnya saya sudah menjalani profesi sebagai tutor les di sebuah LBB. Pengalaman kali ini rasanya berbeda dengan pengalaman nutor sebelumnya saat kuliah. Kali ini, ikatan yang terjalin lebih terasa. Saya jadi ragu apakah benar-benar akan melepas pekerjaan ini (di tempat ini) setelah semester ini berakhir atau tidak mengingat saya sudah bekerja dan sudah di-tag untuk ngelesi anaknya seorang rekan kerja. Memang sih ini sama-sama nutor, tapi saya sudah terlanjur terbiasa dan cinta sama teman-teman lama 😆

Bukan uang yang saya cari di sana melainkan kepuasan hati. Pada banyak kesempatan, saya merasa berbunga-bunga selama ataupun setelah nutor teman-teman. Terkadang lelah dan malas memang menyerang tapi dapat dikalahkan oleh semerbak wangi bunga dalam hati saya. Sepertinya pekerjaan ini adalah salah satu hal selain buku yang membuat saya merasa masih menjadi manusia normal, bukan robot ataupun mayat hidup dalam definisi kiasan saya. Dia membuncahkan semangat saya. Dia membuat saya merasa hidup saya berarti yang pada akhirnya menyadarkan saya bahwa saya pernah punya mimpi. Lantas sekarang tak punya?

Btw sudah lama tak menulis rasanya tulisan jadi kaku ya. Halo! Apa kabar impian jadi penulis, kuliah S2 di luar negeri (belum jelas ke mana), pergi ke Jepang, keliling Eropa, memperbaiki sistem pengelolaan sampah di lingkungan sekitar, dsb dsb? Apa kabar?

Saya tadi kepikiran, bulan Ramadhan ini mending saya ikutan ngaji lagi kali ya? Bukan ngaji Al-Quran. Maksudnya ngaji ilmu biasa macem akidah, tasawuf, atau lainnya bergantung di kampung ngadainnya apa. Saya juga kepikiran buat lari dari musholla sampai rumah seusai tarawih. Sounds interesting.

Comments

Popular posts from this blog

Es Wawan