Posts

Showing posts from September, 2017

Interview Lucu

Hari ini ada interview online 'operan'. Seperti layaknya interview pekerjaan pada umumnya, saya ditanya tentang rencana nikah. Kebetulan ini yang menginterview cowo semua dan mungkin bujang.

Sambil ketawa-tawa, ya ketawa sopan sih, "kalau rencana nikah? Udah ada atau belum?"
"Belum."
Ketawa lagi.
" Ini bukan apa-apa lhoo. Ini buat memastikan kira-kira kamu bisa kerjanya berapa lama."
Dalam hati, "Saya ga dikasih tahu juga ngerti kali, Mas. Dimana-mana juga gitu."
*Begitulah percakapannya seingat saya*

Emang muka saya se-polos-bego apa sih Sampe interviewer aja harus menjelaskan hal macam tu? Wkwkwk

Tapi sejujurnya, jauh lebih kocak behind the scene saya. Gyahahahaaa

Hidup Orang

Salah seorang teman saya melihat hidup saya lebih bahagia daripada miliknya karena saya orang yang bebas, katanya. Dia menginginkannya. Padahal saya melihat hidupnya lebih bahagia daripada hidup saya karena saya lihat dia sudah menemukan apa yang dia suka, apa yang dia mau, dan tempatnya tumbuh dan berkembang. Saya menginginkan itu.

Hidup, bagaimanapun ternyata sama saja. Rumput tetangga tampak lebih hijau dibandingkan milik sendiri. Padahal bisa jadi hal yang sama terjadi pada tetangganya.

Kenapa Menulis?

Pernah suatu hari salah satu teman saya bertanya, "kenapa sih kamu menulis?" Hmm sebenarnya kadang saya mikir sih, kenapa saya masih saja mau nulis di blog yang mungkin ga ada yang baca selain saya sendiri.

Well, jawaban saya, mungkin karena saya terbiasa menulis diari. Saya terbiasa mencurahkan hampir segala yang saya alami dan rasakan dalam bentuk tulisan. Ini berlangsung sejak SD. Lalu kenapa harus dipost di blog? Jujur saja, saya pikir itu karena kebutuhan diri untuk bercerita, juga keinginan untuk berbagi karena terkadang merasa apa yang dialami dapat dijadikan pelajaran bagi orang lain atau paling tidak bagi diri sendiri ketika suatu hari kembali mengunjungi tulisan-tulisan lama. Namun di sisi lain tak ingin tulisan ga penting dibaca banyak orang seperti jika ditulis di media sosial seperti facebook. Kalau dirasa pantas untuk dibagi buat orang banyak, baru dishare di platform lain. Hahaa tapi belum pernah dishare selain di google+ sih wkwk.

Alasan kedua, saya adalah orang yang gampang lupa. Banyak hal-hal yang saya sudah lupa sementara teman-teman saya masih ingat. Oleh karena itu, menulis adalah salah satu cara saya mendokumentasikan apa yang saya alami, kan katanya "ikatlah ilmu dengan menulisnya", juga agar dapat menjadi pengingat ketika saya mengunjunginya kembali.

Modernisasi Uang

Halo! Entah sudah sejak kapan saya mulai memikirkan tentang modernisasi uang. Sekarang adalah saat dimana dunia sedikit demi sedikit mengurangi bentuk uang fisik, mengubahnya menjadi bentuk angka saja.

Mungkin semua ini berawal dari zaman sebelum teknologi Internet Of Things menjadi trend of the day. Dulu, uang nonfisik yang saya tahu hanyalah pulsa telepon. Kita membeli voucher di counter-counter terdekat untuk meningkatkan nilai pulsa yang tertera di layar hp kita. Hal yang sebenarnya dilakukan ternyata (dalam imajinasi saya) adalah kita semacam memberikan uang sewa kepada penyedia jasa telepon, menyewa jasanya selama beberapa waktu. Ya sebenarnya kita menyewa tenaga dan teknologi mereka. Namun yang terasa oleh penggunanya adalah layaknya membeli beras yang sedikit demi sedikit digunakan dan suatu hari akan habis dan perlu membeli lagi.

Nah, zaman sekarang, uang nonfisik itu bertebaran di mana-mana. Ada yang dalam bentuk kartu seperti kartu transportasi. Namun di Indonesia, setau saya sih untuk membayar transportasi umum di Jakarta,ada alternatif digunakannya kartu khusus yang dikeluarkan oleh bank. Kartunya juga dapat digunakan untuk membayar tol dan belanja di outlet-outlet tertentu seperti Indomaret. Hal ini bikin saya mikir, kenapa ga dibikin simpel dengan menggunakan atm langsung ya -_- Selain bentuk kartu, juga dalam bentuk saldo DI BERBAGAI TEMPAT, seperti online shops, Paypal (Paypal tuh apa ya?), online transport hailing, dan lain-lain. Tetap saja saya berpikir, kenapa ga dibikin simpel langsung dipotong dari rekening bank.

Saya membayangkan kedua bentuk uang nonfisik yang bertebaran ini cukup mengganggu. Bayangkan kita punya banyak kartu di dompet: kartu buat transport, kartu buat belanja ini-itu, kartu buat bayar tol. Dan terpikir, kenapa ga dibikin jelas satu kartu gitu lho. Misal kartu transportasi. Yaudah, orang Indonesia pakainya jenis kartu itu aja buat transportasi. Kayak yang di Singapura gitu. Saya sampai di pemikiran, mungkin kalau dilakukan begitu, bakal ada monopoli sementara Indonesia ga menganut sistem itu.

Trus uang kita bertebaran di berbagai tempat, di saldo olshop ini, olshop itu, pemberi jasa ini, dan itu. Memang sih setahu saya bisa ditarik atau dimasukkan kembali ke rekening, tapi saya tebak, akan ada minimum amount yang dapat ditarik atau ditransfer, atau paling tidak, kita jadi malas misal saldo di sana tinggal sedikit, misal 1234 rupiah.

Sebenernya rekening bank juga mungkin ada saldo yang ga dikasih saat menutup rekening(iya ga sih?), masa iya 123rupiah nanti juga dikasih? Tapi paling juga sedikit sih orang menutup rekening bank, soalnya banyak yang perlu.

Setelah saya berpikir lebih lanjut, kenapa sih mereka memberikan fasilitas uang nonfisik ini? Jawaban yang saya temukan adalah lebih mudahnya dapet 'investasi' dari pengguna. Gini. Misal bentuknya kartu transport-tol-belanja nih (macem Flash BCA dan teman-temannya), kemungkinan besar akan ada uang sisa yang ga bisa digunakan, misal 1000 rupiah. Nah, kebanyakan kartu ini kan kemungkinan penggunanya orang Jakarta. Tahun 2015, penduduk jakarta 10,2 juta. Berdasarkan penglihatan kasar di sumber ini, usia produktif (yang mungkin pakai kan kebanyakan usia produktif) sekitar 5 juta. Jika seperempatnya (seperempat dari mana, saya ga tahu, asal saja. ga ada survey sih) pakai kartu beginian, total 1000rupiah x 1.25juta = 1.25 miliar. Uang yang mungkin cukup untuk perusahaan beli jajan.

Nah kalau olshop lebih besar lagi coy. Pengguna Tokopedia kata tempo, sekitar 12 juta. Jika diambil contoh sama, 25% konsumennya punya sisa saldo tokopedia rata-rata 1000rupiah, maka total uang numpuk di sana ya 3 miliar. buanyak. Apalagi kalau konsumen males gamau mengirim itu ke rekening sendiri, atau memang mungkin ga bisa karena ga nyampe minimum amount, maka uang sebanyak itu diberikan kepada perusahaan bukan?

Tapi setelah searching lagi (beneran ini nulis ga persiapan banget, risetnya baru pas nulis), saldo olshop ini berguna buat penjual. Biar perusahaan ga ribet ngirim satu per satu uang transaksi ke rekening penjual. Kalau ini saya setuju sih. Saya juga ga mau ribet.

Ya jadi begitulah hasil pemikiran tentang modernisasi uang.

Sebenarnya ada hal lebih lanjut sih. Jika suatu saat hampir semua transaksi dilakukan dengan uang nonfisik, berarti bentuk uang berubah menjadi data-data angka yang tersimpan di cloud sana? Kita hanya punya angka? Barang-barang yang dijual itu ditukar dengan perubahan data di cloud sana yang hanya butuh sebuah perintah oleh komputer? yang bisa saja na'udzubillah dimanipulasi oleh penjahat-penjahat pintar? Ga tau sih ya. Mungkin perlu baca-baca gimana kata orang-orang ekonomi yang lebih ngerti.

Lagu Bagus

Hahaha ini post ga penting banget sih. Saya nemu lagu yang terdengar enak di kuping saya. Lagunya semangat banget. Setelah cari translation-nya, lagunya menggambarkan kehidupan sehari-hari sih haha. Kalau saya lihat, lagu ini juga memberikan contoh bagaimana meng-encourage diri sendiri biar selalu semangat. Yo! Ganbare watashi! Ganbare kyou mo









Busy


People are eagerly doing their responsibilities while I am just doing unnecessary things, hardly dragging myself to finish mine.

Ya omae! Finish this first!


どうして きみ を すき に なって しまったんだろう?
-- sung by 동방신기 *when they were 5*-- 

Teman

Barusan saya menghabiskan waktu dengan seorang teman seperjuangan, Astuti namanya. Saya bilang seperjuangan karena kami pernah berjuang di beberapa institusi yang sama. She wasn't my close friend, yet she is, I think.

Punya teman itu sangat menyenangkan, apalagi teman seperjuangan atau teman dekat. Mereka bisa menjadi tempat berdiskusi, saling memberi, berbagi, dan menguatkan. Orang yang berperan banyak menyisipkan memori tak terlupakan.

Dalam definisi saya, teman dekat adalah teman yang saya dapat dengan senang hati mencurahkan hampir segala cerita dan isi hati saya. Benar-benar hampir segala yang saya alami. Kalau teman seperjuangan, ya teman yang mengalami hal yang sama jadi bisa berbagi tentang hal tersebut.

Saya sangat bahagia, malam ini bisa bertukar cerita dan pikiran dengan Astuti. Mulai dari keluh kesah, pemikiran-pemikiran yang muncul hingga hal-hal konyol. Karena kami pernah mengalami hidup di institusi yang sama, kami pun banyak menguak cerita-cerita masa lalu yang terjadi pada kami. Seru sekali. Membuat kami banyak menertawakan betapa konyolnya kami dahulu. Merefresh sejenak pikiran dari ketegangan memikirkan masa kini dan masa depan.

Btw ternyata ga cuma saya yang mikir bahwa masa paling indah adalah masa MTs. Astuti juga berpikir begitu. Kalau saya sih, masa MTs itu paling indah karena saya punya geng, dan saya ngerasain kekonyolan asmara abg. Di SMA, saya ga bisa bilang punya geng, dan juga saya ga ngrasain yang namanya demen sama cowo. Lagian, saya bisa bilang, saya sekolah di SMA yang tidak saya inginkan. Ga bisa bilang itu karena kemampuan saya (karena saya belum mencoba) tapi karena alasan lain. Padahal banyak orang bilang masa paling indah adalah masa SMA. For me, NO! MTs is the best! 

Saya jadi pengen ngiming-ngiming, membujuk-bujuk adik saya biar nanti lanjut sekolah di MTs tempat saya sama mbak saya sekolah dulu. Hahaha

Terima kasih kepada :
+ Hidayah, Hasna, Rahma, Jazilah, dan Agustian atas segala kisah, terutama selama dua tahun kita satu kelas ;
+ Teman-teman satu kelas 7H sampai 8H  yang menambah warna kisah kami. Tapi sejujurnya yang paling kerasa itu pengaruh Wartet Kwek-Kwek : Sadewo, Nasarullah, Dhiya' Udin, dan Ali, dengan segala kekocakannya;
+ Dia (yang namanya tidak saya sebut di sini -- malu coy) yang menjadi tokoh utama kisah romansa abg alay saya wkwk.
+ Dan tentu tak lupa angkot yang kami sebut len (huruf e nya dibaca kayak bilang huruf "n"), berperan serta membantu kisah romansa abg saya wkwk;

Kalian terbaik! Terima kasih telah membuat masa MTs saya begitu berkesan.

Maaf sekali teman-teman kelas 9, masa paling berkesan bagi saya selama MTs memang saat kelas 8 karena sudah training hidup bersama teman-teman yang sama di kelas 7. Sementara di kelas 9 saya harus berpisah dengan teman satu geng dan beradaptasi ulang dengan teman-teman baru.

Namun, bukan berarti kalian terlupakan. Kenangan dengan kelas 9C mayoritas adalah kenangan belajar karena banyak ujian, try out dan fokus UAN. Saya masih ingat, menyetujui kalian mengunci pintu dari dalam kelas untuk guru (yang katanya) paling killer sehingga beliau ga bisa masuk buat ngajar mungkin adalah tindak "kriminal" pertama yang saya lakukan kepada guru secara terang-terangan.

Terima kasih semuanya. Kalian membantu saya bertumbuh hingga seperti saya yang saat ini. Kalian membuat masa MTs saya benar-benar seru dan berkesan.

(Emperan) Bioskop Pertama

Ternyata sudah tiga tahun yang lalu
Pertama kali ke (emperan) bioskop denganmu
Duduk bersanding berdua denganmu
Seperti anak hilang
Menunggu hujan
Aku bahagia ada hujan sore itu
Membuat kunjungan (emperan) bioskop pertamaku jadi denganmu.

Bagaimana kabarmu?

Renungan

Jika saja kamu dilahirkan dan dibesarkan tidak dalam keluarga muslim, apakah kamu akan dapat menerima Islam sebagai keyakinan yang kamu anut atau malah kamu akan menolaknya mentah-mentah?

Sungguh, dibesarkan oleh keluarga muslim adalah karunia yang luar biasa bagi kamu, Nal! Jadi, berbaktilah pada orang tuamu yang telah membimbingmu untuk belajar tentang agama Islam.