Posts

Showing posts from January, 2017

Renungan


Pama wong pasa, iki wis arepe maghrib ngono kae kok arepe mokel. Kudu diempet, dipertahankan. Diluk engkas maghrib gek ndang buka.


-- 20170125 --

2016 part3 - ceritanya keterima exchange program

Yay sudah ketiga. Terakhir cerita tentang daftar exchange ya.

Semester lalu di tengah terpuruknya saya, saya membuat sebuah hipotesis bahwa saya baru akan bersemangat jika kegiatan selanjutnya sudah jelas. Karena saya memimpikan untuk exchange ke luar negeri sebelum lulus dari ITB, maka saya mencoba merealisasikan mimpi tersebut. Saya riset sejak bulan agustus. Saat itu saya masih belum memutuskan mau exchange ke mana. Waktu itu yang saya pikir, yang penting exchange, kemanapun, ga masalah. Nah akhirnya diri ini dipertemukan dengan drama Korea yang membuat saya dan teman sekamar telat puber. Saya jadi seneng sama Korea-an. JAdi tertarik sama South Korea. Gara-gara PYC nih. Dan tiba-tiba keinginan saya untuk exchangenya ke Jepang seperti tergeser. Jadi pengen ke South Korea. Pengen ketemu PYC.

Jadi saya nglirik juga tuh pengalaman temen seangkatan yang dulu pernah ikutan program ke Korea. Setelah sekian lama berpikir, menimbang ini dan itu, saya yakin bahwa saya beneran pengen exchange ke sana. Nama kampusnya 금오공과대학교 selanjutnya mari kita sebut KIT Saya sempat menghubungi kampus tsb via e-mail, tanya tanya. Ceritanya, waktu itu belum ada pengumuman apa-apa dari ITB (sebelumnya juga teman saya daftarnya langsung ke sana, ga lewat ITB). Namun e-mail saya tak kunjung dibalas. Dan ternyata periode ini pendaftarannya lewat IRO. Daftarlah saya ke sana.

Anyway, jika pembaca di sini ada yang anak ITB dan belum lulus, kalian harus tahu apa itu IRO. Terutama kalau kalian masih muda dan ingin memanfaatkan kesempatan internasional. IRO adalah kantor internasionalnya ITB. Kantornya di sebelah timur KKP depan parkiran sipil. Di sana kalian bisa menemukan berbagai kesempatan internasional seperti exchange, summer program, pelatihan bahasa, konferensi, dan juga melihat partner universitiesnya ITB. Websitenya ada di sini. Dan kalau kalian mau update terus, sangat direkomendasikan follow twitternya di @IRO_ITB atau kalian cukup sering-sering buka saja webnya.

Saya mantap hati mendaftar. Saya juga berhasil mempengaruhi seorang teman untuk daftar juga. Haha dia mau. Tunggu ditunggu akhirnya ada tiga orang dihubungi sama Mbak Ciptani, staff IRO, salah satunya saya. Wuoh bahagia banget hati ini. Teman saya, Ilma juga dihubungi, dan satu lagi Nadia dari Fisika Teknik. Semuanya 2012. Wew. Kami dihubungi untuk ditanyai apakah kami tetap akan mendaftar program ini karena tidak ada beasiswa untuk biaya hidup. Saya sih karena sudah mantap, ambil saja. Soalnya berdasarkan cerita teman yang sebelumnya di sana, hasil part-time job yang disediakan cukup untuk hidup di sana. Jadi karena saya sudah terlanjur pengen, saya iya iya saja. Waktu itu saya yakin, kalau saya mau, Allah pasti kasih jalan.

Berkas kami bertiga dikirim. Menunggu pengumuman selanjutnya lamaaaaa banget. Nah karena diterima di level ITB ini nih saya jadi ada sedikit semangat buat mengerjakan TA, yang saya bilang cuma bertahan tiga minggu di post sebelumnya. Ya karena itu. Tapi waktu itu saya mengerjakan tidak di lab. Saya masih takut ngelab. Takut ketemu orang-orang di lab.

Lamaaa banget nungguin pengumuman dari KIT. Saya sama Ilma sampek gantian nanyain ke Mbak Ciptani. Hingga pertengahan bulan Desember saya baru mendapatkan kabar resmi bahwa saya dan Ilma diterima program exchange di KIT.  Seneng? BANGET. Nadia karena sesuatu dan lain hal di prodinya, aplikasinya di withdraw. Sayang sekali :(



Selanjutnya saya e-mail2an sama Ms Lee buat nanya-nanya. Kami nanya banyak banget. Tentang kesempatan beasiswa dan detail program. Karena ga ada beasiswa, kami menyiapkan proposal (awalnya sponsorship) permohonan bantuan dana ke prodi dan perusahaan-perusahaan. Jadi waktu itu bukannya ngerjain TA biar cepet kelar, saya mikirin itu dulu. Hahahaa.

Ternyata kepikiran ga punya duit itu bikin stress juga wkwkwk. Waktu itu rencananya saya ga pulang pas liburan akhir tahun, namun ternyata ga kuat. Ditambah ternyata Ilma mengundurkan diri. Beuh kehilangan teman berjuang. Masih juga kepikiran TA belum kelar. Saya rapuh. down. ga kuat. saya pulang mendadak di tanggal 31 Desember 2016.

Cuma lima hari di rumah tapi worth it sanget. Bapak saya tahu, masalah utama saya sebenarnya adalah ketakutan dalam diri saya. Saya terlalu rapuh. Sebelum saya kembali lagi ke rantau, bapak saya ngomong (seperti biasa, bukan ngobrol yang kami duduk bareng. Waktu itu saya lagi bikin teh, beliau barusan dari kamar mandi),

"La, nanti kalau udah balik, kalau sendirian jangan takut ya. Kancane Gusti Allah. Nanti kalau ke lab juga jangan takut lagi. Kancamu Gusti Allah. Ga usah peduli orang di sana. Sama Allah aja. Hatinya diisi Gusti Allah"

Saya hampir mbrebes ndenger itu. Nyess banget. Jleb jleb jleb. "Kancamu Gusti Allah.". Sebelum balik, saya punya keinginan, SAYA HARUS KEMBALI HIDUP SEBELUM SAYA BERANGKAT KE KOREA. HARUS.

Saat saya balik, tiba-tiba saya dihubungi dosbing, nanyain TA. Langsung stres mau gimana. Soalnya beliau menghubungi saya karena beliau dihubungi kaprodi. Beuh langsung stress. Hari itu juga saya ketemu dosbings. Pikiran saya penuh awan kegelapan. Saya takut. Takut banget. Selama ini, jangankan ke labtek 8 lantai 2, labtek 8 saja udah serem buat saya selama satu semester.

Hari itu pertama kalinya saya memaksa diri saya untuk mengunjungi labtek 8 lantai 2 setelah terpuruk sekian lama. Takut banget. Sepanjang jalan, mata saya pedas, bekas nangis yang juga masih pengen nangis. Sepanjang jalan, saya bilang ke diri saya, "tenang, Nal. Kancamu Gusti Allah. Kancamu Gusti Allah. Ga ada yang perlu dikhawatirkan." Saya tak tahu kenapa ketakutan saya terhadap labtek 8 lantai 2 separah itu padahal kalau dipikir-pikir, sebenernya saya tinggal dateng, duduk, ngerjain. Yah, orang lain mungkin bisa tapi psikologis saya waktu itu belum bisa.

Saya ketemu dosbings dengan pikiran berkecamuk. Muka saya pasti sangat muram. Saya banyak menunduk. Saya bingung menjawab pertanyaan dosbing selama ini saya ngapain aja. Saya ceritakan bahwa masalah saya yang utama adalah masalah psikologi dan kontrol diri. Responnya ... Haha. Hari itu juga saya menyadari bahwa di dunia ini tidak ada orang yang peduli bagaimana keadaan saya. hanya Allah yang mengerti saya. Hanya Allah yang peduli saya. Orang terdekat seperti keluarga memang peduli namun mereka tidak bisa peduli secara real-time seperti Allah. Iya. Hari itu saya mendapatkan pelajaran yang berharga.

Saat bertemu dosbing, saya punya dugaan beliau menduga saya mahasiswa yang dari dulu-dulunya gagal, perangainya buruk, prestasinya sangat kurang. Soalnya beliau juga menanyakan IP saya. Hahaa. Saya berdalih, "Saya ga inget, Pak". Saya juga ditanyain, kira-kira bisa ga ini selesai dalam dua minggu. State negatif memang sangat menyebalkan. Jawaban yang saya utarakan, "Saya tidak berani menjanjikan bahwa saya bisa." Saya menjawab sambil melihat meja, bukannya eye-contact dengan beliau. Saya tahu beliau kecewa. Mau gimana lagi, saat itu saya sedang negatif, itu yang muncul di pikiran saya dan keluar begitu saja. Akhirnya saya keluar ruangan beliau dengan murung, wajah tertunduk.  Intinya kerjakan saja sebisanya sampai akhir Januari. Harus selesai akhir Januari karena kalau sampai waktu PRS nilai saya belum berubah, nilai TA 2 saya jadi E which is saya ga lulus dan harus ngulang. Kalau jadi ke Korea bakal terbelenggu beban lagi tuh kalau sampai E.

Ternyata salah satu penyumbang state negatif saya adalah PMS -_- Esoknya, sudah terasa lebih baik. Mulai hari itu saya ke lab. Masih sepi karena belum masuk jadwal perkuliahan. hari pertama itu, saat berangkat, sepanjang jalan saya kembali meyakinkan diri saya, "kancamu Gusti Allah. Tenang. Gak perlu wedi. Kancamu Gusti Allah." dan hari itu sepanjang di lab, karena masih pertama (lagi), ketakutannya masih sering muncul. Tiap kali muncul, kembali saya menenangkan diri dengan "kancamu Gusti Allah." dan juga segera ngechat teman sekamar apa yang saya rasakan, bahkan isi chatnya seolah saya sedang menasehati diri saya sendiri. Begitu pula hingga berhari-hari berikutnya. Sampai saat ini saya merasa lebih biasa saja untuk datang ke lab. Hari itu saya belajar menyembuhkan ketakutan saya kepada lab.

Kalau ga salah hari kedua, ada Mas Hendy. Waktu itu saya sedih banget selama ada beliau. Saya tahu, cara beliau melihat saya adalah pandangan kasihan. Saya tak suka dikasihani dan saya tidak nyaman dengan itu. Tapi saya harus maklum sih, keadaan saya memang sangat memprihatinkan. Jadi hari itu saya belajar menerima kenyataan bahwa orang lain mengasihani saya. Perlahan saya mulai biasa dengan itu. Saya pikir, kalau saya bisa biasa saja menghadapi ini, mereka juga akan biasa saja melihat saya.

Pernah saat ke lab, udah ada partner di sana. Kami cuma berdua. Ketakutan saya masih belum hilang. Apa yang terjadi? TIGA JAM SAYA GA NGAPA-NGAPAIN. Saya takut ngerjain TA karena ada dia. Astagaaa. Tapi selanjutnya saya memaksa diri dan berakhir saya ngerjain selama satu jam. Lumayan. Pulangnya, saya pamitan juga sama partner. Dan saya bilang ke diri saya, "Dia ga ngapa-ngapain, Nal. Apa yang ditakutin?" Saat itu juga, saat saya pamit ke partner, secara tak sadar saya memulai belajar overcome ketakutan saya pada partner.

Dan sekarang? barusan saya ke lab. Ada partner. Dan rasanya biasa saja. Saat ini, saya sedang stuck ngerjain. Tolong doakan saya. Tinggal beberapa hari lagi :(

2016 part2

Saya sedang suntuk. Suntuk dari kemarin kok ga kelar-kelar. Oke oke. Trus saya bisa apa kalau semurung ini? Setelah baca-baca tulisan teman, saya jadi mau move dari kasur dan sampai saat ini, pikiran negatifnya hilang. Saya pikir, bangun, mungkin setelah kamu menulis kamu jadi lebih rileks. Jadi, mari kita lanjutkan tulisan kemarin, Nal.

Ada momen yang sangat saya ingat. Waktu itu hari deadline pengumpulan kelengkapan sidang : poster, makalah, buku TA, slide presentasi. Malam sebelumnya, saya mimpi cukup menakutkan, dan saya cerita ke partners.

N : "Tadi malem aku mimpi serem."
P1 : " ... "
P2 : "Apaan, Nal?"
N : "Aku mimpi, aku kalian tinggal sidang."
P1 : "Hah?"
P2 : "Hah? Nal, ini aja belum kelar, udah sidang aja."
N : "Ya kan mimpi."
P1 : "Udah, ini kelarin dulu."

Ternyata itu pertanda pertama untuk nasib saya selanjutnya. Haha. Saya ingat, saat pembuatan poster, semangat sekali saya bikinnya. Siang hari, partner 1 inisiatif bikin gitu tapi, maaf ya, menurut saya kurang menarik. Teman sekamar saya juga bilang begitu. Jadi saya bikin deh poster semalaman sampek gak tidur. Esoknya diprint sama partner 1. *ini ga penting deh, Nal*

Semester itu adalah semester yang banyak keluhan. Saya tidak suka dan tidak kuat dengan kondisi lapangan. Kalau kemarin saya bilang bahwa hubungan internal tim saya membaik hingga sidang, ya memang lebih baik, tapi tidak seperti kondisi yang saya harapkan. Dan kondisi yang seperti itu : kurang komunikasi dan "ketakutan" membuat saya terlalu sering stress. Semester itu menjadi semester yang saya paling sering jalan dengan pikiran kosong (eh apa justru karena terlalu mikir ya?). Sampek ga menyadari kalau ada orang yang dikenal, trus pas disapa agak kaget dan membalas, "Ah, hai." dengan senyum agak maksa. Semester yang membuat saya murung. Hahaa. Saya ingat, suatu hari saya bertemu Fitri dan Mentari di Masjid Salman. Mentari menyapa saya, dan entah waktu itu seperti apa intinya yang saya tangkap, kata mereka muka saya murung banget, serem. Dan hari itu saya menyadari saya terlalu lemah dan sudah keterlaluan stress-nya.

Kerjaan bagian saya di TA sebenarnya simpel namun entah kenapa kok saya susah banget ngerjainnya. Mungkin saya bodoh tapi ga nyadar, jadi sok merasa kalau itu simpel (gara-gara novel Laskar Pelangi, tertohok juga saya. Jadi takut kalau saya beneran bodoh tapi ga nyadar). Kenapa ya, kok kerjaan yang seharusnya bisa menyenangkan dan simpel itu bisa menjadi begitu susah saat itu. Kerjaan bagian saya belum sempurna hingga saat sidang. Dan lagi, kerjaan kami bertiga belum diintegrasikan. Karena belum siap, saya makin stress di hari sebelum EE Days. Saya ingat, hari pertama, Kaprodi nyamperin booth kami.

"Kenapa?"
"Hah? Kenapa apanya, Pak?"
"Kok kayaknya takut, tegang begitu. Belum sempurna?"
"Iya, Pak."
"Jangan tegang. Kan ga ada yang tahu."

Dan hari pertama saya tetap tegang seharian. Kepikiran besoknya sidang gimana kalau ga siap. Akhirnya setelah EE Days hari itu berakhir, saya lembur di lab, mencoba memperbaiki kerjaan saya. Saat itu, masalah baru muncul. Motor kaki kiri robot nao yang dipakai bermasalah. Ditambah, waktu itu tiba-tiba ga bisa streaming gambar dari robot lewat server yang biasanya. Beuh panik dong. Saat itu saya ga berhasil. Saya pulang tengah malam. Saat itu hujan tapi saya nekat karena kalau saya ga pulang nanti malah gawat. Saya ga berani nunggu angkot caheum-ledeng yang jam segitu pasti hampir ga ada jadi saya berencana lewat jalan dago. GA ADA ANGKOT. Saya jalan sampek McD lanjut naik angkot caheum-ciroyom. Hujan-hujanan (pake payung sih tapi tetep aja basah). Kok waktu itu saya ga pake angkutan online gitu sih? Bego emang.

Di kosan sebenernya ga tidur sih, ngebenerin slide presentasi. Selain itu juga ga berani tidur karena saya berencana ke kampus pagi-pagi. Hari itu hari sidang saya, 08 Juni 2016. Dengan kehujanan di malam sebelumnya dan tanpa tidur semalaman.  Hari itu rasanya saya tak ingin berangkat. Saya takut. Rasanya ingin lari saja. Akhirnya sebelum berangkat, saya menelpon keluarga di rumah. Siapa lagi yang selama ini jadi perantara pengadem hati saya?

"Apa yang akan terjadi nanti sudah tertulis dari sononya. Jadi jangan lari. Ga usah khawatir. Semuanya udah ditulis."

Berangkatlah saya jam 6 pagi. Ternyata di lab sudah ada partner 1. WOW. Di hari sidang itu malah suasana dalam tim kami jadi tidak mengenakkan. Ada kesan salah satu di antara partners ngambek. Diem2an deh. Duh, itu tuh saat dimana sebuah tim seharusnya saling menguatkan. Ditambah kami dapat kabar kalau salah satu penguji kami diganti dan setahu kami perangai pengganti ini tipe dosen yang "susah". Makin dag dig dug deh. Tapi hari itu saya bahagia. Kami ga janjian pakai baju warna apa. Tapi baju kami matching. Hahahaa seneng karena hal agak ga penting.

Suasana tidak enak hingga kami akan menuju ruangan sidang. Sidang kami hanya ditonton 3 orang : adeknya hilmi, pacarnya Irfan, dan Fitri. Saya sangat berterima kasih pada Fitri yang memilih melihat sidang saya karena ada dosen senior, bukan sidangnya Lovila. Kalau tidak, kok kasian banget saya ini.

Dan ternyata sidangnya sangat menyenangkan. Saya bisa senyum-senyum setelah sidang dan tidur nyenyak di kosan. Alhamdulillah.

Saya sudah cerita atau belum ya kalau semester itu karena keadaan ekonomi, saya punya plan setelah sidang saya mengisi liburan dengan magang. Iya. Akhirnya saya beneran magang di Tritronik. Dan pas EE Days, pembimbing saya mampir. Hahahaa.

Setelah sidang kan revisi tuh. Sebelum lanjut, saya akui bahwa saya ini terlalu lemah dan bego. Kami bertemu dosbings. Beliau meminta kami melanjutkan kerjaan sampai wisuda Juli 2016. Buku TA sih sesuai yang ada saat itu saja gapapa. Tapi saat pertemuan itu juga, saya mendapatkan pertanda kedua nasib saya selanjutnya. Apa yang terjadi? Saat pengumpulan buku TA, saya belum siap. Saya terlalu down dengan pertanda yang saya dapatkan. Kami tidak mengerjakan hingga nilai TA keluar. Saya sih terlalu down dengan tidak lulus. Selain itu juga kan saya lagi magang. Pas saya cek, apa nilai saya? TA2 saya A. Saya ga percaya dan tanya dosbing. Dan katanya, ada kesalahan entry. Dan akhirnya? Nilai TA2 saya T. Alasannya? Saya terlalu bego. Saya tidak menemui untuk meminta kejelasan lebih lanjut. Saat itu yang saya tangkap : saya masih ada satu semester lagi untuk menyelesaikan SKS, kami belum mengerjakan yang disuruh hingga tanggal wisuda, entah di pertemuan kapan gitu saya pernah bilang ke dosbing kalau yang terjadi di tim saya itu salah satunya ya salah saya, saya belum ngumpulin buku TA, makanya itu saya dapet T. Dan yang saya tangkap, saya harus mengerjakan lagi. Bego emang bego.

Down? YA IYA LAH. Down-nya ga tanggung-tanggung. Lebih dari satu semester ga bangkit.

Ohiya di tengah magang, saya masih kepikiran keinginan untuk exchange. Tapi saya terlalu bingung untuk memikirkan TA belum lulus, semester selanjutnya udah ga dapet beasiswa, mau minta dari rumah kok gimana. Jadi suatu hari saya pernah menemui dosen lain untuk curhat dan konsultasi. Mungkin saat itu bu dosen tidak melihat semangat sama sekali di mata saya. Saya juga ditanyain, "kamu masih semangat kan?" Haha ceritanya kembali waktu itu saya pengen daftar YSEP yang periode spring. Masih belum kapok juga haha. Tapi kali itu gagal daftar karena saya takkunjung bisa membuat motivation letter. Haha ini kayaknya niatnya kurang gedhe sih, Nal

Di awal semester lalu, saya menemui dosbing. Memohon maaf karena saya menghilang. Saya lebih memilih menyelesaikan magang saya karena kan sudah kontrak. Saya cuma ketemu dengan satu dosbing. Saat itu katanya saya diminta melanjutkan mengerjakan kembali. Saya diminta memikirkan apa yang akan saya lakukan. Di pertemuan selanjutnya, masih dengan dosbing itu, saya menjelaskan apa-apa yang saya rencanakan. Dan iya iya saja.

Kenyataannya, ternyata saya belum bangkit dari keterpurukan. "Ketakutan" saya masih ada. Semester lalu saya tidak berhasil menguatkan diri saya untuk berani ke lab. Di lab ada apaan sih, Nal??? Saya takut ketemu orang-orang, terutama partner yang masih di lab. Malu kali, Nal. Iya deh, malu, tapi takut juga.

Yah begitulah. Selama satu semester saya terpuruk tanpa kejelasan. Sering saya sok menganalisis kok saya begini sih. Ternyata tidak lulus TA membuat saya terlalu drama. Saya selalu ga bisa mengajak diri saya mendatangi sidang teman-teman. Haha, maaf guys. Denger kabarnya saja membuat saya kembali meratapi nasib. Selama itu juga setiap teringat teman-teman lain yang TAnya masih berkelompok, saya iri. "Enak ya ada temen. Andai ada teman yang bisa ngajak saya dan membuat saya ga takut." Selalu saya berpikir begitu. Saat itu saya sangat mendambakan sosok Arai.

Ohiya, masalah keuangan semester lalu dapat terselesaikan karena saya mendapatkan beasiswa dari IOM dan juga nyambi ngajar. OK kembali ke plot sebelumnya.

Saya terjerumus terlalu dalam ke dalam lingkaran setan (halah bahasanya). Saya bingung karena tidak ada motivasi sama sekali untuk segera menyelesaikan ini semua. Saat itu, sering sekali saya menyalahkan Tuhan. Kenapa sih kok saya ga lulus. Dulu saya sampek segitu stressnya lho. Mau sidang pun sampek hujan-hujanan. Kenapa harus ga lulus dan harus ngerjain lagi? Saya ingin bebas dari belenggu itu. Saat itu saya sadar dengan sesadar-sadarnya, belenggu yang memberatkan hidup saya waktu itu ya TA ini. Namun, aneh sekali saya menyadarinya tapi tak punya motivasi untuk mengerjakannya.

Mengingat orang tua tidak mempan bagi saya. Dasar anak kurang ajar. Omelan teman sekamar juga tak mempan. Melihat teman sekamar yang semangat NeA bersama teman-temannya malah membuat saya kembali iri dan mendambakan Arai.

Saya terlalu lemah. Bapak saya memang orang yang jauh lebih baik dibandingkan saya. Lebih optimis, lebih pantang menyerah, positive thinking, lebih "adem", sering inget bersyukur. Namun, sayang sekali sifat seperti itu tidak diturunkan melalui gen. Manusia mendapatkan sifat-sifatnya berdasarkan pengalaman hidup yang telah dilaluinya. Jadi ya beginilah saya, masih lemah hingga sampai saat ini saya mendambakan ketahanan mental at least setangguh bapak saya.

Akhirnya semester lalu saya hanya berhasil memaksa diri saya mengerjakan sangat sedikit sekali. Hanya bertahan 3 minggu kalau tak salah. Dan sekarang setelah saya memulai kembali pun juga stuck begini.

Keinginan untuk exchange masih ada. Masih ada, coy. Saya terpikir, mungkin seperti yang dulu dulu, saya perlu pendorong berupa target selanjutnya yang sudah fixed. Makanya saya masih pengen exchange. Saya pikir, kalau saya keterima exchange, saya akan lebih semangat untuk segera melepas belenggu ini. Jadilah saya mendaftar exchange. ...

Anyway, di bulan Juni-Juli gitu saya juga ikutan kegiatan student summit yang diadain NUS tapi sepertinya euforianya ga sebahagia jika saya lulus TA saat itu. Haha

2016 part1

Saya pernah bilang bahwa saya akan menulis review hidup setahun yang lalu kan ya? Niatnya mau ditulis akhir Februari tapi kok eummm ... sudah pengen nulis.

Last year was tough. Even I think it was the toughest year of my life (hingga detik ini). Jika sebelumnya toughest time in my life adalah zaman SMA, namun saat itu sebenarnya hanya cipratan dari tough times nya orang tua saya. Nah kalau yang sekarang, ini saya yang mengalami sendiri. Bukan cipratan lagi, ini mah udah keguyur.

Awal tahun lalu, karena dekat dengan akhir tahun sebelumnya, dimulai dengan berakhirnya B300. Apa itu B300? B300 adalah bagian dari Bseries yang merupakan bagian Desain. Bseries sendiri merupakan dokumen pengembangan proyek yang terdiri dari proposal pengembangan, spesifikasi, perancangan, implementasi dan pengujian. Semua dokumen ini adalah dokumen-dokumen untuk tugas akhir di program studi saya.

Sayangnya, satu semester berlalu bersama teman satu tim sudah mulai memunculkan konflik yang ternyata semakin parah di waktu selanjutnya. I can say, saat itu saya mulai menjadi seorang penakut, termasuk takut untuk bersosial. Awal Januari, ada kegiatan ekskursi jurusan saya. Itu merupakan kesempatan besar untuk bersenang-senang sebagai "last moment" seangkatan sekaligus untuk memperbaiki kondisi psikologis saya terkait hubungan sosial. Namun, bodohnya saya tidak ikut. Alasan utama saya adalah saya takut. Saya takut akan sendirian di tengah keramaian. Bodoh memang. Ya memang saya bodoh.

Setelah B300 dikumpul di akhir semester sebelumnya, maka tanggungan saat itu adalah B400 (implementasi) dan B500 (pengujian). I am not a fast learner. Salah saya juga sih semester sebelumnya tidak segera belajar bahasa pemrograman terkait dan segera memahami sistem sebelumnya. So, I can say, saya sangat tertinggal.

Di minggu akhir bulan Januari saya mulai curiga atas keadaan di rumah. Saya curiga atas pesan yang dikirimkan mbak saya. Dan benar saja. Beberapa hari setelah itu, saya tahu dari Om Bahrul bahwa bapak saya jatuh sakit. Dan sakitnya masih berlanjut sampai saat saya menulis ini namun saat ini sudah sangat jauh lebih baik dari setahun yang lalu. Down? Iya.

Saat itu saya juga sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti YSEP periode September 2016. Halah mempersiapkan diri, cuma ikutan tes TOEFL doang kok. Jadi ceritanya, waktu itu rencana saya adalah lulus sidang Juni, September ke Jepang buat YSEP gitu. Namun Tuhan berkata lain.

Anyway, YSEP (Young Scientist Exchange Program) adalah program pertukaran pelajar yang diadakan oleh Tokyo Institute of Technology, Jepang. Ada dua jenis : selama satu tahun dan satu semester. Keduanya isinya sama, kuliah, riset dan kegiatan yang bervariasi seperti kunjungan industri.

Saat itu, saya tak lupa mempertimbangkan kemungkinan mengulang untuk rencana YSEP ini (berkaca dari tahun sebelumnya dimana saya harus menerima kenyataan bahwa saya mengulang 2 matkul, dan baru saya bayar di semester ganjil 2015/2016). Jadi saya ada 2 atau 3 plan gitu. Haha ternyata plan A gagal. Saya harus menerima kenyataan bahwa saya harus mengulang mata kuliah Rekayasa Termal dan Mekanika Fluida. Membuat saya masih mempunyai beban 22 SKS di semester 8. Down? IYA. Bisa sih diambil 22 SKS, ga menyalahi aturan. Namun, melihat kelakuan dan sifat saya, saya memutuskan memecahnya menjadi dua. Saya memilih untuk molor satu semester. Hilang sudah mimpi saya ikutan YSEP yang periode satu tahun. Selain itu juga karena hasil tes TOEFL keluar telat sih.

Saat itu, ceritanya saya juga lagi bokek parah. Melihat kenyataan bahwa keadaan di rumah sedemikian rupa : bapak sakit, saya tak tega meminta kiriman dari rumah. Kok saya merasa itu datangnya bertubi-tubi ya. Bokek, bapak sakit, ngulang, molor satu semester, ga bisa daftar YSEP, stress karena partner TA. Sedih pula, orang tua sakit malah saya dibilang ga usah pulang. Mau pulang tanpa bilang-bilang juga lagi bokek sih.

Salah satu hal buruk dalam diri saya adalah saya terlalu memikirkan sesuatu. Belum bisa menjadi pribadi yang bisa "dibawa santai aja".

Ah, cuma gitu doang, Nal.

Hidup saya selanjutnya masih berlanjut kok. Karena saya terlalu lemah untuk terguyur berbagai hal tadi, saya agak menyingkirkan TA. Pikiran saya teralihkan untuk mencari-cari kerjaan sampingan. Saya tak bisa fokus mengerjakan TA. Hahaa tiap buka TA, kepikiran lagi bokek dan harus cari kerja. Baru dapet pas akhir bulan Februari kalau ga salah. Sejak saat itu, saya nyambi ngajar di daerah ... lupa namanya pokoknya deket Jalan Soekarno-Hatta, Bandung.

Nah, tadi sudah saya singgung kan, saya tertinggal dalam hal TA dan kondisi tim saya sedang tidak baik. Saya baru bisa settle down akhir Februari. Waktu itu deadline B400 adalah 11 Maret. Mepet banget. Dan lagi, I am not a fast learner dan saat itu, karena faktor ini dan itu, saya cuma bisa mengerjakan TA malam hari. Apa yang terjadi? Gak nutut. Saya tidak memasukkan bagian saya di B400 versi 1 waktu itu. Saya inget banget waktu itu salah satu partner sampai nulis "INI MANA WOY" di gdocs bagian dokumen saya. Kami biasa mengerjakan dokumen bersama di gdocs, selanjutnya saya yang merapikan setelah semua terkumpul. Sejak saat itu saya semakin takut pada partner yang satu itu (mari sebut partner 1, ga berani sebut Patrick atau Squidward haha). Dan alasan saya mengerjakan TA malam hari semakin bertambah : biar ga ketemu partner 1 (takut banget ketemu dia) dan kalau malem biasanya ada partner 2. Bentar. Ini kalian tim atau bukan sih?

Tanggal 1 Mei, saya akan mengingat tanggal itu, sehari sebelum saya wawancara rekrutmen di Xtremax, ada chat di grup TA. Itu adalah pertama kalinya saya mendapatkan chat yang kontennya seperti itu. Saya dan partner yang satunya langsung down. Waktu itu saya drama banget. Sampek nulis di diary, berimajinasi kalau itu surat buat partner yang ngasih chat tadi. Surat yang akan saya berikan saat dia wisuda. Tapi tenang, itu hanya mengendap di laptop kok. Namun kejadian itu membawa berkah juga ternyata. Selanjutnya hubungan kami menjadi lebih baik hingga sidang Juni kemarin. YAAAAAY.

BTW ngerjain TA bareng partner 2 dan teman-teman yang ada di lab malam hari sangat menyenangkan. Banyak berbagi makanan, banyak ketawa, saling bantu, curhat, ngisengin. Seneng deh pokoknya.

Anyway, partners, maaf ya, I spoiled dark stories publicly.

Lari

Kembali
Rasanya aku ingin lari
Ingin menghindar dari semua ini

Aku hanya punya waktu sedikit lagi
Sembilan hari
Anggap saja dua hari terakhir aku sudah bisa "bebas", tinggal mencetak
Hanya tinggal seminggu

Lari memang buka pilihan yang tepat
Aku tahu itu
Tapi bagaimana caranya keluar dari sini?

Piye to piye?

Berjuang



Ingat! Ini adalah perjuangan. Tidak ada ceritanya perjuangan itu mudah dan enteng. Pasti ada tantangan dan hambatan.

--- SMS 20170114 ---

Renungan

Niatnya nyari blog teman (barangkali dia punya blog). Eh nemu ini di blog orang yang saya pun belum kenal. I like it.


Jikalau Neil Armstrong dapat menancapkan bendera di permukaan bulan, siapa yang sanggup menancapkan iman di dalam hati, tempat yang jauh lebih dekat, kecuali Dia Yang Membolak-balik Hati?

dari ikhlasulamal.name "Penjahat Salat"

Ngempet

Saiki diempet-empet dhisik yaaa. Nanti kalau sudah saatnya, jangan lupa nglakuin ini :

- Nonton Gintama Season 2 dan Gintama 2017 (barusan dikasih tahu kalau ada Gintama 2017)
- Nonton One Piece eps 760 - the recent nanti
- Nonton One Piece Gold
- Nonton Natsume Yuujinchou Go
- Ngunjungi rumah Mbak Im
- Makan bareng di luar sama Agung (adikku, coy)
- (Semoga sempet) main ke Jogjakarta sebelum akhir Februari
- Main ke SMA 7 Kediri :D

Sekarang nyanyi-nyanyi-nya diempet juga ya. Ngrasa ada yang aneh kan? Dadi diempet sik yo. Diluk engkas kok.
-----



MAYAT HIDUP


JANGAN LARI.
BIAR GA JADI MAYAT HIDUP MELULU.
Ayo kembali hidup.
Hidup yang sejati.

Lima Hari

Ceritanya kemarin saya cuma di rumah lima hari. Kok ternyata kurang ya. Hahaha saya senang, keponakan saya suka main sama saya. Hahaha seneng deh dia mau manggil nama saya. Dia manggil saya "ma aya".

Di malam terakhir saya di rumah, saya tidur bareng mbak, adik dan keponakan. Hahahaa kapan lagi kami tidur bareng. Sebelumnya saya juga sempat makan bareng di rumah Mak. Seru.
---

Pas pulang kemarin saya sempat nganter bapak saya ke sekolah karena Mbah Kung Puji, yang biasanya nganter bapak, tak kunjung datang. Jarak dari rumah ke sekolah tempat beliau mengajar sekitar 10 km (kata beliau, tapi kayaknya lebih deh). Saat itu adalah pertama kalinya saya mbonceng Bapak setelah beliau terserang penyakit yang cukup lama ini. Seneng? Iya. Siapa sih yang ga seneng nganterin bapak tercinta. Di tengah jalan, beliau bilang sebenernya ada temennya pengen ketemu saya. Dalam hati, "cerita apa aja sih kok sampek ada yang pengen ketemu." But anyway, sebenernya sampai sekarang saya ga tahu ibu guru yang pengen ketemu saya itu yang mana. Saya ga kenalan satu per satu hahahaa.

Saat kami sampai di sekolah, anak-anak langsung ngrubung bapak saya. Salaman satu per satu. Padahal bapak saya belum turun dari motor. Seumur-umur, selama menjadi murid sampai segedhe gini, saya belum pernah kayak gitu. Hahahaa makanya saat itu saya heran sekaligus takjub.
---

Di malam saat saya harus berangkat, saya diantar Pak Lik. Dia harus ngebut karena ternyata kami berangkatnya mepet banget. Kasian dia. Tiap beberapa menit, dia nanya jam berapa.

Waktu itu, saya satu kereta lagi dengan Amel. Satu gerbong, dan akhirnya jejeran. Banyak obrolan, banyak cerita. Amel cerita kalau dia sudah tidak perlu bolak-balik Yogya-Tulungagung lagi karena dokternya mengatakan dia sudah tidak perlu kontrol lagi. Kok saya semakin berharap ini beneran menjadi naik kereta api bareng yang terakhir bagi kami sebelum kami menyelesaikan studi, maksudnya setelah ini "urusan" kami di kampus akan selesai. Yah semoga saja.
---

Anyway, saya pengen nulis review hidup di tahun 2016, tapi .... nanti saja deh, akhir bulan Februari ini saja.

Balik Kampung Dadakan

Tuhan tidak membiarkan saya serta-merta bahagia begitu saja sehingga beberapa hari yang lalu saya memutuskan pulang kampung cukup mendadak. Adek sudah ga kuat, Bang. Ada banyak hal menarik selama perjalanan pulang, mulai dari obrolan dengan Pak Rahmat tentang perasaan orang tua terhadap anaknya. Sempet ke terminal paling keren yang pernah saya datangi sampai saat ini. Pelajaran dari kernet bus : (sepertinya) kebanyakan orang hanya akan baik pada kalian jika kalian memberikan sesuatu yang menguntungkan dia, jika tidak merugikan dia pun bisa saja dia pergi. Melihat kehidupan di bus, saya menyadari banyak laki-laki Indonesia yang ga gentle, khususnya yang sempat satu bus jurusan Solo-Surabaya dengan saya.

Sekitar dua jam setelah sesampainya saya di rumah, Amel datang ke rumah saya. Sama kedua orangtuanya. Itu mendadak banget. Saya belum sempet nyiapin apa-apa. Bersih-bersih, nyapu2 gitu aja belum -_- Tanggal 6 nanti InsyaAllah kami akan berangkat bareng. Kalau dulu kami naik kereta bareng sebagai awal kami menuju kampus masing-masing, semoga kali ini menjadi penutup tanggung jawab kami di kampus. Semoga setelah keberangkatan ini, saat kami kembali lagi, tanggungan kami sudah tuntas semua. Tolong, Tuhan, tolong ... Tolong buat happy ending yang indah banget untuk kehidupan kampus kami.