Saya sudah banyak ngepost behind the scene yah. *di post ini percakapannya ga persis aslinya. Ya kali saya bisa inget persis detilnya.*
Hari Jumat, 15 Juni 2016 adalah satu-satunya hari selama saya di Singapur tanpa jalan-jalan. Saya dan teman sekelompok (dan sebenarnya juga kelompok lain) mempersiapkan presentasi untuk esok harinya.
Tapi saya ga berniat cerita momen itu di post ini eheheee.
Sabtu malam adalah malam terakhir kami di Singapur dan malam paling berkesan menurut saya. Sore hari kami mengunjungi Gardens By The Bay since we got free tickets haha. Pertama kalinya kami main tanpa ditemani teman-teman dari Singapura. Kami mbolang saja, kalau kata anak-anak mah, "let's get lost together". Padahal naik MRT itu gampang banget. Tinggal memahami makna gambar-gambar rute di stasiun maka InsyaAllah tidak akan nyasar.
Gardens By The Bay
Sebenernya ini surga dunia buat saya. Saya yang awalnya capek, bahkan sampai tidur berdiri di MRT, langsung beneran melek pas sampai sana. Sayang sekali hp saya mati kala itu. Aaaah saya hanya bisa mememorikannya dengan indra dan memori alam saya, BTW kenapa surga dunia, Nal? Soalnya di sana banyak banget tumbuhan dan yang lebih penting, banyak banget bunga karena memang yang "disajikan" di sana ya tumbuh-tumbuhan itu. Sayang sih rame dan waktunya singkat. Hahahaaa
Tiga tempat kami kunjungi : Skywalk, Flower Dome dan Cloud Forest.
flower dome. sumber gambar : google
skywalk. sumber gambar : google
cloud forest. sumber gambar : google
Seneng banget bisa lihat segitu banyak tanaman dan ditata sebegitu rapinya, Sejuk banget di dalam flower dome (yang saya yakin itu juga efek pengatur suhu ruangan) dan di cloud forest (itu sih karena efek air terjun buatannya). Waw keren banget. Cloud forest adalah "taman" vertikal paling gede yang pernah saya lihat sampai saat ini. Saya berimajinasi, saya bisa jalan santai, pelan, merentangkan tangan, menikmati semuanya sampek merem2. Gitu deh. Kayak di film2. Sayangnya itu hanya imajinasi.
Sayang banget lah rame dan waktunya sedikit jadi kurang menikmati gitu. Kami harus segera caw karena kami janjian dengan teman-teman Indomie (Leg Singapur yang ke Bandung, memberi nama grup mereka "Indomie"). Kami mau makan bareng dan menikmati malam terakhir kami bersama di Singapur.
Makanan Indonesia di Singapur : Ayam Penyet Ria *ga promosi
Kami makan di Ayam Penyet Ria. Relatif lebih murah daripada di restoran Thailand yang kami kunjungi sebelumnya. Saya baru sadar, porsi ayamnya gedhe banget. Kelihatan banget sih "ayam suntikan". Di Indonesia juga "ayam suntikan" sih tapi ga segedhe itu. Karena sebuah pikiran yang muncul beberapa hari sebelumnya, saya jadi ga mau makan ayam di sana. Hahahaa. Wal hasil pesen udang deh.
Orang mabuk
Malam itu juga berkesan karena itu adalah pertama kalinya saya melihat orang mabuk secara langsung. Setelah makan, kami pulang. Kami berpisah dengan teman-teman Indomie di stasiun Orchard (kalau ga salah). Sebelum berpisah, kami bertemu dengan Bennet dan dua orang temannya. Mereka bertiga lagi mabuk. Dua temannya udah cukup lost control. Hahahaaa ternyata orang mabuk itu gitu to mukanya. Merah merona, ngomong ga jelas, jalannya ga bener. Hahahaaaa. Tapi serem euy.
Let's get lost together
Malam itu pertama kalinya kami pulang tidak diantar sama sekali. Kami bersembilan dilepas di stasiun itu (Salah satu dari kami ikutan mereka clubbing). Kami hanya diberi tahu untuk ke Stn.Botanic Gardens lalu naik bus 151. Dan di malam itulah, akhirnya Siwo beneran bertindak menjadi leader dan buddy kami. Dia menggantikan kerjaan Glennson selama ini. Hahahaa malam itu dia menghitung jumlah kami setiap beberapa waktu sekali. Hahahaaaa.
Kami sampai di Botanic Gardens. Kami langsung mencari halte bus terdekat. Tinggal kurang dari 20 meter dari halte bus, kami melihat bus 151 sudah sekitar 15 meter menjauh dari halte. Bus nya sudah berangkat. Panik deh panik. Diva yang punya apps buat liat jadwal kedatangan bus, ga bisa nemu bus 151 lagi di halte itu. Makin panik nih.
Bertanyalah saya ke orang di Halte.
"Excuse me. Anooo. What time is the last bus will be?"
"I think it depends on the bus. You can see it on the board."
Jalan ke papan. Ngecek.
"guys, what time is it?"
"OMG, that was the last bus!"
Makin panik makin panik. Tanya orang lagi. Orang yang sama.
"Emmm do you know how to get to University Town? Umm I mean NUS."
Orangnya ga tahu. Tapi ada orang lain yang njawab.
"I think you better take MRT to Clementi"
"Ah OK. Thank you."
Berlarianlah kami cepat-cepat menuju stasiun kembali. Kami memutuskan untuk naik kereta sampai Buona Vista lalu naik bus 196, seperti biasa. Suasananya panik nih. Soalnya MRT hanya beroperasi sampai jam 11pm
"Kalau nanti pas sampek di sana busnya udah abis, yaudah sih, nanti jalan."
"Kan kalau begini ada sesuatu yang mengesankan gitu kan. Malam terakhir ketinggalan bus. Jalan sampek kampus. Nanti pasti paling diinget tuh."
(up) entah siapa yang komentar gitu hahaha.
Saya pernah keliling sendirian di Buona Vista di hari pertama saya sampai di Singapur. Saya tahu jalannya. Tapi ya kurang mantep gitu. Secara, kemampuan mengingat saya ini ... perlu ditingkatkan. Yang paling panik Diva sih.
"Kaaak, ayo cepet!" kata Diva.
Si Wahid di belakang berusaha menenangkan, "Tenang. Kalem. Hati-hati jalannya. Tenang-tenang. Gue anak keamanan kok."
So what? Apa hubungannya sama maneh anak keamanan OSKM, Hid?
Pas saya nunjukin jalan, yang kelihatan malah menuju MRT lain (padahal itu memang jalannya). Diva panik banget nih. "Kak, ga ada jalannya ini." Dia balik naik eskalator ke atas. Shasa dan Laras pun ikutan.
"Guys, Itu ada jalan keluar!! Guys, Itu ada jalan keluar!!" Saya teriak-teriak di lorong stasiun yang udah sepi karena udah mau jam 11. Saya jadi ikutan panik coy.
Akhirnya, they followed me and we found Opp Buona Vista bus stop. Bus selanjutnya masih sekitar 10 menit kemudian. Aman.
Pelajaran yang kami dapat di malam terakhir kami di Singapur
Don't let panicked girl lead the way
Begitulah malam terakhir kami. Epic tapi menyenangkan.
Bus 196 andalan kami