Waaaa sekarang tanggungan tinggal TA doang. Tubes, tugas, dan ngoreksi laporan selesai sudah. Dan sebagai pelampiasan kali ini saya memuaskan diri nonton Gintama dan My Boss My Hero.
My Boss My Hero
Well, ini dorama kocak banget. Suka sama ceritanya. Semenjak saya nonton itu (zaman SMA), saya bertekad, masa SMA saya harus memberikan memori yang indah HA HA HA. Dorama ini sih menceritakan yakuza usia 27 tahun masuk SMA, nyamar jadi anak usia 17 tahun. Somehow, setelah saya nonton lagi (ini sudah ke-berapa kalinya ya?), saya merasa kasihan sama tokoh utamanya. Kasihan sekali dia baru merasakan "hidup" di usia 27 tahun. Wal hasil, kelakuannya bocah banget. BTW saya suka tokoh figuran (beneran figuran, cuma "nongol muka" doang), kalau di gambar sih posisinya paling kanan (bagian kanan pembaca), yang cewe berambut cukup pendek. Haha saya suka model rambutnya :3
Gintama kembali seru
Kyaaaaa~ Sekarang nonton Gintama sudah cukup jauh, sudah sampai episode 193 kalau ga salah. "Stok" sebentar lagi habis :( Haduh, Gin-san keren banget sih. Bahkan pas di episode dia berubah jadi kucing, pas jadi kucing pun terlihat kawaii. Yang lebih menyenangkan lagi, masa lalu Gintoki diperlihatkan sedikit. Waaaaa~ ano otoko wa kakkoii desu.
Di Gintama ada yang lebih ganteng dari Gintoki sih, namanya Hijikata. Dan ... ... ... Pengisi suara Hijikata-san sama kayak pengisi suaranya Zoro senpai di One piece, Karena itulah saya berhasil sedikit mempengaruhi teman kosan buat tertarik ke Gintama. HAHAHA *gapenting, Nal* BTW sempat ada episode yang memperlihatkan betapa unyu-nya HIjikata-san.
Waaaa~ Gin-san, Hijikata-san, ore wa hontou ni omaetachi ga daisuki :D
Waaaa~ wajahnya Hijikata pas ke pabrik mayo. Unyuuu
Hey, you who feel like the most miserable person in the world. Remember this! There are many people have more complicated problem than yours. Your problem is just ... ah, it's just like nothing, it's easy, Bro. Don't you remember, there is "someone" having you? He's waiting for you to ask Him to help. You're small, tiny, you're just NOTHING compared to the universe and He is greater, greater and greater than the universe. So, How can you forsake Him?
Halo halo, minna-san. Akhirnya judul post Cerita Saja kembali muncul. Kini sudah versi ke 6 (udah kayak buku aja -____-)
Beberapa bulan yang lalu saya apply internship di sebuah perusahaan. Sebut saja perusahaan A. Teman saya ada yang sudah kerja part time di sana. Karena merasa sudah lama dan tidak ada kabar, saya minta tolong ke teman saya tadi untuk menanyakan ke HRD hasil yang kemarin bagaimana. Tepat sekali waktu itu ternyata aplikasi batch yang saya ikuti sedang diproses. Tiba-tiba saja nih sore atau besoknya gitu saya dapet email buat interview. Saya sangat berharap itu bukan karena teman saya yang nanyain tapi memang perusahannya yang tertarik.
Datanglah saya untuk interview. Saya pesimis waktu itu jadi saya mencari kesempatan lain. Tanya ke perusahaan lain, sebut saja perusahaan B, apakah ada kesempatan magang di sana. Karena email itu, saya sampai tiga kali ditelpon perusahaan B menanyakan kelanjutan dari saya. Bingung deh. Secara saya sedang dalam rekrutmen perusahaan A.
Wal hasil saya berhasil hingga ke interview kedua perusahaan A. Dan saya memutuskan bilang terus terang ke perusahaan B kalau sebenarnya saya sedang dalam proses rekrutmen perusahaan lain dan merasa ga enak kalau terlanjur mengirim berkas ke perusahaan B dan pada akhirnya diterima di perusahaan A. Tapi perusahaan B meminta dikirim saja dulu. Ya sudah, saya kirim saja berkas-berkas yang diminta hari itu juga.
Dan jeng jeeeeeng. Di hari yang sama, saya dapat email dari kedua perusahaan. Saya gagal di perusahaan A :( tapi diterima di perusahaan B. WOW. ga nyangka sih masih diterima di perusahaan B, secara saya sudah bilang terus terang gitu.
Kok saya merasa poin yang pengen saya sampaikan belum berhasil tersampaikan ya. Tapi gimana nyampeinnya ya? Intinya sih saya merasa, apa yang kita usahakan pertama, prioritas kita, bisa jadi bukan yang terbaik untuk kita (ya iyalah). Dan kalau Tuhan memang meridhoi maksud kita, Dia akan memberikan jalan.
I am in the middle of reading Dunia Anna (Anna's World) which is created by the same author as Dunia Sophie (Sophie's World). Haha padahal belum berhasil menyelesaikan Dunia Sophie tapi sudah beralih hati.
Well, this novel try to build awareness of the readers about the earth: climate change, flora and fauna extinction, pollution. global warming. Through the main character, Anna, the author guide us to think about how the next generation's life will be. Dia mencoba menyadarkan pembaca bahwa bumi kita sedang terancam dan kita punya tanggung jawab yang sama untuk menjaganya.
Saya belum selesai membacanya. I like an idea from the novel of how we can save the earth. Idenya adalah, bagaimana jika pajak yang diberikan ke negara yang sebagian besar tidak jelas kemana arahnya diarahkan ke tujuan-tujuan yang jelas bagi pihak yang membayar pajak. Jadi begini, setiap yang membayar pajak bisa memilih, pajaknya saat itu akan digunakan untuk program apa, misal : pendidikan, pembangunan home industry, pembangunan ruang terbuka hijau, pengembangan energi matahari, pengembangan energi angin, pengembangan transportasi, pelestarian harimau, pelestarian hutan hujan tropis, pelestarian gajah, (aduh, hewan apalagi yang sudah terancam punah?) dsb. Kalau di novelnya sih idenya dibuat 1001 pilihan. WOW.
Saya jadi mikir, kalau begini, bagus sih, dengan asumsi kejujuran dan transparansi dijunjung tinggi, uangnya jelas akan ke mana. Selain itu bukankah itu sangat membantu usaha pelestarian yang (setahu saya, dan dalam imajinasi saya) biasanya kekurangan biaya. Kalau bisa begini, pengembangan teknologi tidak perlu kebingungan masalah biaya (iya gasih?). Tapi ada sisi negatifnya, bagaimana jika terdapat sektor yang hanya mendapatkan dana paling sedikit? Jadi kepikiran lagi, aparat pemerintah mendapatkan gaji dari uang rakyat kan? Lantas apakah akan ada bagian tersendiri pajak yang disalurkan untuk gaji aparat pemerintah? berasa aneh gitu kan? Tapi apakah seharusnya pemerintah mengharapkan imbalan? Ya trus mereka hidupnya gimana, Nal? Sudah. Abaikan pertanyaan saya tentang gaji pemerintah.
Haha saya hanya tertarik dengan ide ini. Saya belum terbayang jika metode ini diterapkan beneran apakah akan bagus atau tidak.
Oke kembali ke novel. Novel ini bercerita tentang Anna yang mengkhawatirkan bumi, bahkan dia sampai memimpikan bagaimana kehidupan generasi cicitnya nanti. Sampai yang saya baca, dia sedang melangkah membuat gerakan penyelamatan bumi. Well, saya suka tujuan novel ini.
Dan beberapa hari setelah mulai membaca Dunia Anna, saya nemu video ini. Sebuah video yang sejalan dengan novel ini.
Hidup memang tak semudah yang kita inginkan. Tapi sebenarnya kita bisa menganggap hidup ini mudah dan indah. Kok kontradiktif begini jadinya. Maksud saya begini, hidup ini penuh tantangan, penuh dengan cobaan. Oleh karena itu saya bilang hidup ini tak semudah yang kita inginkan. But the way we think, the way we react to the "test", can turn it to be easy, at least we have enough "energy" to keep struggling and then someday win the test..
Memang kalau sedang negatif, pikiran-pikiran negatif berdatangan. Membuat bimbang, bingung, dan lama-kelamaan bisa berujuang membujuk untuk menyerah. Rasanya jadi ingin lari saja dari semua masalah. Tapi jika kita lari apakah akan memperbaiki sesuatu? Ya, kita lebih tenang. Eh kata siapa? Memangnya yakin, ga akan ada efek lebih negatif lagi ketika sudah lari? Memangnya ga akan lebih menyesal ketika berlari? Memangnya lari benar-benar pilihan terbaik untuk menyelesaikan masalah? Coba dipikirkan kembali.
Kalau kata seorang teman, "apa yang kita lalui hari ini adalah persiapan untuk apa yang kita hadapi di masa yang akan datang." It means, bukan kita yang men-set bahwa hari ini adalah persiapan untuk suatu saat nanti, tapi memang Yang Maha Mengatur yang memberikan itu untuk membuat diri kita lebih siap menghadapi apa yang akan diberikan-Nya di masa yang akan datang. Dan seharusnya kita bisa bertahan, Kawan karena Tuhan pun berkata :
Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan batas kemampuannya. ... Q.S. Al Baqarah (2) : 287
Pengamalannya memang susah, Kawan. Tapi yuk kita berjuang.
Waaaaa saya bahagia. Tadi malam adalah momen pertama saya menginap di kampus bersama Squiddie dan Patrick, dan tentunya Nao
Gambar di atas : Hilmi as operator, Irfan as a customer, me (?) as tukang pegang kamera :D
*harus nulis gini. Setting default templatenya (Smart Blog Template), gambarnya muncul di paling atas :( Mager melototin html
Waaa saya bahagia walaupun saya juga hectic karena deadline yang emmm. Deadline nya sih ga bermasalah. Yang dikerjain dan yang ngerjain aja yang bermasalah haha.
Terimakasih Ya Allah. Kami memiliki momen itu. Terima kasih. Haha saya bahagia. Lihat penduduk LSKK. Ada yang belum difoto sih haha
DARI JUDULNYA, INI BUKAN TIPE BAHASAN SAYA BANGET. Tapi biarin lah. Sekali-kali kan gapapa. Biar ga dikatain masih anak SMP melulu (bahkan orang tua saya bilang kelakuan saya masih kayak anak kelas 6 SD -_______-) *curhat*
Well, entah kenapa beberapa waktu ini saya dipertemukan dengan sesuatu yang berbau pernikahan. Jumat lalu saya main payon di respsi pernikahan orang. Dua hari ini nemu manga yang tokohnya sudah menikah (Tenang. Manga shoujo eh josei kok. Bukan seinen :D). Trus barusan nemu postingan kakak tingkat yang baru menikah sekitar dua minggu yang lalu. Oh ternyata kejadian yang berkaitan dengan pernikahan cuma tiga.
Payon
Cewe-cewe yang ikut main payon (entah kenapa) biasanya baper in the end. Katanya lihat acara nikahan orang bikin pengen nikah. Kok saya ngerasa biasa aja ya? Hanya saja waktu itu, saya berpikir, nanti kalau saya nikah dan kalau ada acara resepsi yang pakai MC, saya ga pengen MC nya kayak di payon tanggal 6 Mei waktu itu. Sekalian aja MC nya yang kayak di payon 20 Maret, terasa kalem dan ga membuat saya terdistraksi pas main karawitan. Sudah. Itu saja yang terpikir. Belum seperti mereka yang baper jadi pengen nikah.
Manga rumah tangga
Sepertinya saya belajar beberapa hal setelah membaca manga yang isinya tentang rumah tangga. Haha belajar apa, Nal?. Kebetulan di manga yang saya baca, tokoh utamanya belum terlalu kenal saat menikah dan memang menikahnya agak terpaksa. Ceritanya jadi lucu, jadi kayak cerita teenlit gitu tapi ga terasa alay karena maklum, ya memang tokohnya sudah menikah. Kalau cerita teenlit kan berasa alay gitu. Dikit-dikit nangis, jealous, kadang sok ngatur lagi. kalau baca manga berbau teenlit gitu saya sering komen, "Apaan sih", "Hellooo, dia bukan siapa-siapa elu".
Post blog isinya tentang nikah
Ternyata kakak tingkat saya yang belum sempat saya berteman eh berkenalan properly dengannya, menikah sekitar dua minggu yang lalu. Alhamdulillaaah. Terakhir saya baca postingannya yang berhubungan dengan rencana menikah adalah saat dia datang ke rumah sang calon. Yang katanya dia sampai berkeringat lebih dari biasanya karena saking nervousnya. Dari postingannya, beliau sepertinya bahagia sekali. Postingan beliau memperkuat kesimpulan yang saya ambil setelah membaca manga rumah tangga tadi : kayaknya kalau nikah dan sebelumnya ga pacaran bakal seru.
Halo, minna-san. Ohisashiburi.
Belakangan ini saya bahagia ehehe. Teman saya kembali dan kami kembali seperti dulu. Dia kembali setelah mengeluarkan semua uneg-unegnya. Meledak tiba-tiba.
Ya lebih baik begitu. Tak apa meledak dan tegang sementara tetapi ada keterbukaan di sana. Diam hanya membuat orang lain bingung to? Hanya membuat kejelasan semakin tertunda untuk to be revealed. Saya harap kita bisa akur begini terus, Teman karena saya ingin kita berhubungan baik sampai nanti.
Selamat datang, Mei! Sebentar lagi puasa. Saya bahagia, sepertinya EE Days pas puasa. Semoga pengunduran jadwal itu semakin berkah.