Menuju Negeri yang Jauh - Part 2
Last time, saya cerita tentang akan berangkatnya saya ke negeri jauh yang masih dirahasiakan. Usai ngobrol, sarapan, nonton TV, dan check in pesawat bersama, saya, Mas Nugroho, Mas Ervani, dan Mas Kridanto menuju kamar masing-masing untuk melakukan berbagai hal pribadi.
Seharian kegiatan kami tidak jauh-jauh dari persiapan. Ada yang beli sepatu, botol minum, balm, rain cover, long john, dll. Lucu banget lihat cowo-cowo ini persiapan apalagi mereka harus beli lip balm yang bagi mereka bukan cowo sekali. Hahaha padahal kan normal-normal aja.
Long story short, kami berangkat sekitar pukul 20.00 diantar Mas Gianto dan beberapa orang. Sebuah perjalanan dalam diam yang esoknya jadi bahan keluhan Mas Gianto kepada seorang teman saya yang kebetulan lagi di mess. Hahahaa maafkan kami, Mas Gianto.
Penerbangan kami dimulai dari Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno Hatta. Itu pertama kalinya saya ke terminal baru itu. Penerbangan yang pernah saya alami sebelumnya bermula dan berakhir di terminal yang lama.
Koper saya paling gedhe ya diantara mereka. Well, saya memang merencanakan ga nyuci sama sekali selama di sana. Lagian itu koper pinjeman. Seadanya lah hahaha.
Enaknya pergi bersama adalah kalau ke toilet ada yang jagain bawaan. Hal yang harus saya lakukan untuk menyesuaikan diri adalah menunggu. Well, kecepatan berjalan kami berbeda. Sering banget lho saya berakhir jalan paling depan dan rombongan tertinggal cukup jauh di belakang. Ga cuma rombongan ini, yang lain-lain juga sering begitu. Mungkin alam bawah sadar saya melakukannya agar diri bisa tenggelam dalam keasyikan sendiri. Beruntungnya tiga mas-mas ini mau mengerti. Terima kasih banyak, Mas-mas, sudah mau mengerti kolega yang mungkin aneh menurut kalian dan sebagian orang.
Usai seluruh pemeriksaan, saya menyempatkan menelpon keluarga sambil menunggu gate dibuka. Well, kangen bapak sih kalau dalam suasana berpetualang seperti itu.
Menunggu pesawat. Pardon their weirdness. |
Dari Jakarta, kami menuju Dubai untuk transit. Lalu dilanjutkan penerbangan kedua menuju negara tujuan. Beruntung dalam keberangkatan ini saya mendapat tempat duduk di samping jendela di kedua penerbangan. Mas Nugroho dan Mas Kridanto tepat di tempat duduk belakang saya sedangkan Mas Ervani terpisah di kelompok tempat duduk lain.
Kami bisa ber-swafoto bersama. Bye, Mas Erv. |
Di samping kiri saya adalah tempat duduk dua sejoli yang kembali ke Belanda. Mereka juga transit di Dubai. Saat saya bilang mau ke negeri yang saya tuju, mukanya seolah tidak percaya, “You’re so brave!”. Wait. Apa yang membuat pergi ke sana mendapat komentar bahwa saya berani?
Kali itu adalah ketiga kalinya saya ke luar negeri. Mungkin ke-enam kalinya mengalami take off-landing pesawat tapi excitement saya masih sama saja. Kali itu adalah penerbangan pertama Mas Kridanto. Saya kira, dia se-excited saya. Ternyata tidak! Ternyata cuma saya yang excited sampai ga bisa tidur. Saya asyik memandang keluar jendela yang sebenernya isinya paling cuma awan, malah sering tidak terlihat apa-apa. Kegiatan lain yang saya lakukan tentunya excited melihat fitur-fitur pada panel entertainment di pesawat. Melihat informasi kondisi pesawat ternyata masih sama menyenangkannya dengan yang sudah-sudah. Hahahaa dasar udik!
Jakarta dilihat dengan mata elang
Emirates menjawab keinginan saya untuk melihat bintang saat di pesawat meskipun artifisial :D
|
Maskapai yang kami gunakan adalah Emirates. Enaknya, tak perlu khawatir tentang makanannya. InsyaAllah halal. Saya lupa apa snack dan main menunya tapi seperti biasa, enak hahaha.
Kami tiba di Dubai sekitar pukul 5.00 waktu setempat. Bertepatan dengan waktu subuh. Lanjut di pertemuan selanjutnya yaaa. InsyaAllah.
Dubai kala subuh dilihat dari mata elang |
Comments
Post a Comment