Posts

Showing posts from May, 2019

Letter to Bapak (6)

Assalaamu'alaikum! Bapak, apa kabar?

Ini Ramadhan kedua tanpa sampean. Mendengar orang-orang di kos telponan dengan keluarganya membuatku ingat masa lampau saat kita sering berjumpa via telepon. Kita justru lebih dekat ketika fisik kita terpisah kota.

Aku ingat dulu aku pernah begitu antusias bercerita seberapa baik Allah hari itu padaku. Memberiku ini-itu di luar dugaanku. Berkesimpulan Allah baiiik banget. Sama seperti hari ini, hari ini banyak pemberian Allah berupa makanan untuk kami satu kos. Sama sekali tak terduga padahal komponen pendukung adanya makanan seperti biasa sedang kurang. Tapi Dia memberi dari jalan yang lain. Allah memang Maha Baik, Pak.

Bapak saiki lagi ngapain? Semoga Bapak diberikan tempat yang baik. Semoga Bapak bahagia.

Dadaaaaah
Wassalaamu'alaikum

A Letter to Bapak (5)

Bapak, semoga bapak bahagia. Jika memungkinkan, tolong titipkan pesan-pesanmu untuk kami pada Allah, semoga Dia sampaikan melalui alam. Entah kejadian, kehidupan sehari-hari, atau alam itu sendiri tanpa terjadi sesuatu. Mungkin ini kurang ajar, tapi aku yakin bertukar sapa dan berkirim pesan via Allah mungkin untuk dilakukan. Bukankah dulu bapak sering bilang, doa itu layaknya pesan. Jika sinyalnya kuat dan pemancar dan penerimanya baik, maka doa itu bisa sampai ke tujuan. Kuharap itu berlaku dan masih berlaku untuk kita. Semoga kami sendiri mampu membuat pemancar dan penerima sinyal yang baik dalam diri. Agar pesan kami, agar pesan bapak (jika memang ada), sampai ke tujuan. Karena mungkin, sebagai orang tua, banyak hal yang belum sempat bapak sampaikan. Pun dari kami, masih banyak hal yang ingin kami tanyakan dan obrolkan. Bahkan kami bertiga, anakmu, sepertinya belum sempat mengucapkan terima kasih dan mengatakan bahwa kami mencintaimu.


Pernah diposting di lapak tumblr. Direpost di sini agar surat-surat (gaib) ini terkumpul di satu tempat

A Letter to Bapak (4)

Assalaamu'alaikum.
Bapak, maturnuwun. Dulu aku belum sempat menyampaikan satu ungkapan ini. Terima kasih atas semua hal baik yang kau lakukan untukku. Terima kasih sudah sabar membimbing kami. Terima kasih sudah berjuang untuk kami. Terima kasih atas hal-hal kecil yang membuat kenangan manis atas momen dan nasihat-nasihat hidup.

Hari ini mulai Ramadhan. Aku kembali tidak di rumah. Setelah 5 tahun, akhirnya tahun lalu aku puasa sebulan penuh di rumah. Itu pun ternyata tanpamu. Sekarang di rumah pasti sepi. Hanya ada ibu dan adik. Semoga di sana meski sepi tak membuat hati kesepian.

Kapankah terakhir kali kita sholat berjama'ah? Apakah itu 2 tahun lalu? Aku bahkan lupa. Tarawih pertama seorang diri di kota baru ini membawa ingatanku padamu. Pada saat kita sekeluarga sholat berjama'ah. Juga pada saat kau tak bosan-bosan mengingatkanku di rantau untuk tarawih meski sendiri, meski hanya 8 rakaat.

Bapak, terima kasih atas semuanya. Sepertinya terlalu banyak hal darimu yang seharusnya kuberterima kasih atasnya. Terima kasih.

Salam,
Nala